Friday, March 13, 2020

SKL (Studi Kenal Lingkungan) MTs Salafiyah Syafi'iyah Seblak Jombang 2019

Kegiatan ini adalah acara tahunan yang dilaksanakan oleh MTs Salafiyah Syafi'iyah Seblak Jombang, biasanya dilaksanakan setelah ujian tengah semester ganjil, acara ini berlangsung diluar sekolah.
Berikut ini ada beberapa foto kegiatan SKL.






 Jika ingin melihat videonya silahkan kunjungi di

Teori-Teori Fodor-Katz


BAB I
PENDAHULUAN

  1. LATAR BELAKANG
            Bidang semantik merupakan bidang kajian linguistik yang paling sukar. Apabila mengkaji makna, kita juga harus melihat aspek kebudayaan, konteks, psikologi penutur, alam pemikirannya, hubungan sosial penutur dan pendengar, tajuk dan perbincangan. Pada awal abad ke-20 para pengkaji hanya berminat kepada aspek perubahan makna, pengelasan makna dan sebab-sebab berlakunya perubahan makna sesuatu perkataan. Semantik juga selanjutnya telah dijadikan sebagai dasar untuk penguraian bahasa.
            Pada tahun 1930-an, kajian semantik hanya tertumpu kepada semantik uraian. Pada pertengahan dan akhir abad ke-20, bidang semantik semakin populer dengan lahirnya golongan linguistik transformasi. Semantik dianggap sama pentingnya dengan kajian terhadap struktur bahasa. Banyak teori tentang timbulnya bahasa dan bagaimana bahasa tersebut berhubungan dengan makna telah dikemukakan oleh ahli-ahli bahasa. Teori yang utama ialah teori imejan, teori behaviorisme, teori analisis komponen dan teori logik simbolik. Selain Noam Chomsky, fodor dan kazt yang kemudian juga mengajukan beberapa teori tentang semantic jauh sebelum itu.
            Dari beberapa teori semantic yang dikenal, salah satunya adalah teori semantic yang dikemukakan fodor dan kazt yang dikenal dengan teori Katz-Fodor. Dalam makalah yang sederhana ini, pemakalah berusaha membahas tentang teori dari Fodor dan katz atas sumbangsihnya terhadap kajian ilmu semantic.
            Dalam makalah ini, penulis akan menjelaskan seputar masalah teori Katz dan Fodor dan sumbangsihnya terhadap semantic.
            Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan maka penulis merumuskan permasalahan, yaitu “bagaimana teori Katz dan Fodor beserta aplikasinya dalam semantik”. Yang menjadi batasan masalah dalam makalah ini adalah : a) Bagaimana teori Katz-Fodor itu?, b) Bagaimana penerapan teori Katz-Fodor dalam semantik?




BAB II
PEMBAHASAN
  1. Biografi Fodor-Katz
            Jerry Alan Fodor (lahir 1935) adalah seorang filsuf Amerika dan ilmuwan kognitif. Dia menjabat sebagai Profesor Filsafat negara bagian New Jersey di Universitas Rutgers dan penulis memiliki banyak karya di bidang filsafat pikiran dan ilmu kognitif, di mana ia telah meletakkan dasar untuk 'modularitas pikiran' dan hipotesis 'bahasa pemikiran', diantara ide-ide lainnya. Dia dikenal karena gaya provokatif dan gaya diskusi sengit.[1]
            Jerrold J. Katz (1932, Washington, DC - 7 Februari 2002, New York) adalah seorang filsuf Amerika dan ahli bahasa. Setelah menerima gelar PhD dalam bidang filsafat dari Universitas Princeton pada tahun 1960, Katz menjadi Research Associate di Linguistik di Massachusetts Institute of Technology pada tahun 1961. Dia diangkat Asisten Profesor Filsafat di sana pada 1963, dan menjadi Profesor pada tahun 1969. Dari tahun 1975 sampai kematiannya, ia adalah Distinguished Profesor Filsafat dan Linguistik di Universitas Kota New York.[2]
  1. Gambaran Umum  Teori Fodor-Katz
            Teori katz-fodor ini bersal dari nama penggagasnya yaitu J.J. Katz dan J.A. Fodor (Jerrol Katz dan Jerry Fodor, selanjutnya dikenal dengan Katz-Fodor) yang terkenal dengan karya meraka yaitu “The Structure of Semantic Theory”, yang pertama kali dipublikasikan pada tahun 1963.
            Teori Fodor-Katz disusun dalam kerangka tata bahasa generative Chomski, teori ini menjadi teori pertama dari semantic yang diusulkan dan teori ini telah memainkan sebuah bagian yang penting dalam mengembangkan apa yang disebut teori standar dari perubahan ketata bahasaan, dimana Chomski telah menggarisbesarkan pada “Aspect of the Theory of Syntac” (aspek-aspek dari teori sintaksis), dia (Chomski) melihat kepada lebih dari titik pandang yang umum, teori katz-fodor bisa dilihat sebagai sebuah usaha dalam memberikan pengaruh kepada prinsip komposisi.
            Dalam karyanya itu, dia menyebutkan bahwa semantic merupakan salah satu komponen dari tata bahasa (dua komponen lain adalah sintaksis dan fonologi) ; dan arti kalimat sangat ditentukan oleh komponen semantic.[3] Akan tetapi dari buku sebelumnya (Sintactic Structure) dia tidak menyinggung-nyinggung masalah semantic. Yang mana dalam buku chomski yang pertama dikenal dengan semantic generative dan interpretif meskipun secara potensial menyesatkan dan tidak banyak menunjukkan cara mempelajari semantic mengenai cara menghubungkan semantic dengan sintaksis.[4] Semantic dan sintaksis keduanya berkembang dari tata bahasa transformasional klasik pada tahun 1965.[5]
            Asumsi dari karya Chomski yang pertama (syntactic Structure) adalah bahwa kaidah sintaksis bekerja dalam keadaan sama sekali bebas dari makna, fungsinya adalah untuk mendorong atau menetapkan kaidah kalimat-kalimat gramatikal dari suatu bahasa dan member struktur yang benar bagi kalimat-kalimat ini.[6] Pada tahun 1963 (dalam buku semantic yang lain menyebut pada tahun 1968) Katz dan Fodor yang keduanya banyak menerima pengaruh dari Jacobson, Halle, dan Chomsky mencoba membentuk sifat dasar dari komponen semantic model Chomsky dan membentuk sebuah karya mereka yang terkenal yaitu “The Structure of A Semantic Theory”, sebagai penyempurna dari karya Chomsky. Perlu diingat bahwa pendekatan pada semantic didalam tata bahasa transformasional masih selalu lewat sintaksis, bahwa kalimat suatu kalimat dilihat secara sintaksis sebagai tersusun atas dua tingkatan uatama, yaitu tingkat struktur dalam dan struktur luar (akan penulis jelaskan dibawah ini).
  1. Teori – Teori Fodor-Katz
1.      Teknik Analisi Ciri Pembeda (distinctice-features)
      Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa Katz dan Fodor yang banyak menerima pengaruh dari Jacobson, Halle, dan Chomsky, yang mena teori meraka ialah menggunakan teknik analisis ciri pembeda oleh Chomsky (distinctice-features) dari Roman Jacobson dan Morris Halle (linguis aliran Praha) utnuk membedakan ciri-ciri Lexical Item dalam daftar leksikonnya.
      Teori ini menggunakan fitur yang ditandai dengan (+) dan (-) untuk menandakan ada atau tiada fitur pada perkataan itu. Selain itu teori ini juga mencoba menguraikan makna secara detail dan memasukkan unsure yang bertentangan.  Penguraian makna berdasarkan teori analisis komponen memerlukan proses yang berkepanjangan dan berhubungan erat antara yang satu dengan yang lain.
      Misalnya leksem/kata boy diberi ciri (+ Nomina, + Insan, + Terhitung, + Konkret, + Bernyawa), Dog diberi ciri (+ Nomina, - Insan, + Terhitung, + Konkret, + Bernyawa), Chair diberi ciri (+ Nomina, - Insan, - Terhitung, + Konkret, - Bernyawa), dan kata culture diberi ciri (+ Nomina, - Insan, - Terhitung, - Konkret, - Bernyawa). Tanda + berarti memiliki ciri tersebut dan tanda – berarti tidak memiliki ciri itu.[7]
      Dari contoh dan penanda tadi bisa kita cermati bahwa mereka membedakan penanda gramatikal (grammatical-markers) seperti (+ nomina dan + Verba) dari penanda semantic (semantic makers) seperti (+ Insan, + laki-laki, + Dewasa). Disini tedapat perbedaan antara Katz-Fodor dengan Chomsky, katz dan fodor menganggap ciri-ciri tertentu seperti (+ terhitung dan + laki-laki) sebagai ciri semantic sedangkan Chomsky menyebutnya ciri sintaksis.
      Dalam contoh teori diatas Fodor-Katz membagi konsepnya menjadi dua, yaitu: penunjuk semantic dan pembeda semantic. Perhatikan Contoh ini, warna yang ada pada bendera itu adalah kuning, merah, biru dan putih.
a.   Penunjuk Semantiknya adalah warna
b.   Pembeda Semantiknya adalah kuning, merah, biru dan putih
      Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa warna merupakan kata yang umum atau universal dan kuning, merah, biru, putih merupakan kata bagian.
2.      Analisis ciri komponensial (componential analysis)
      Teori analisis komponen adalah teori yang perbaharui oleh Katz dan Fodor (1963). Teori analisis komponen merupakan teori yang berdasarkan pada kaedah yang digunakan oleh ahli antropologi dalam menentukan hubungan kekeluargaan. Sedangkan analisis komponen sendiri adalah suatu teknik atau cara yang digunakan untuk menganalisis makna dan hubungan yang terdapat pada suatu kata dengan kata yang lain.
      Analisis semantic lain mengenai kosakata yang mirip dengan analisis ciri pembeda tadi adalah analisis ciri komponensial (componential analysis). Analisis komponen ini sebenarnya berkembang terlepas dari tatabahasa transformasi. Analisis ini mula-mula digunakan oleh para antropolog dalam tahun 50-an untuk menjelaskan system hubungan kekerabatan.
      Menurut analisis ini setiap kata dapat diterangkan secara semantic, berdasarkan sejumlah komponen atau ciri-ciri pembedanya seperti dalam analisis ciri pembeda. Hanya bedanya kalau analisis pembeda dari Katz dan Fodor selalu menggunakan cara atau taksonomi biner (yaitu memiliki suatu ciri atau tidak, positif atau negative), sedangkan analisis komponensial selain menggunakan taksonomi biner, mungkin juga menggunakan ciri pembeda lebih dari dua.
      Untuk menganalisis ciri-ciri kata benda analisis komponen ini tidak mempunyai maslah, tetapi untuk menganalisis kata kerja analisis komponen ini tidak praktis, Dixon dalam bukunya Method of Semantic Description mengatakan untuk menganalisis kata kerja itu diperlukan komponen-komponen yang lebih banyak dari kata-katanya. Oleh karena itu sebagai gantinya Dixon mengusulkan agar kita mendefinisikan saja dulu segolongan kata kerja ini (main Verb) berdasarkan jumlah komponen dasar. Baru kemudian mendefinisikan sisa kata kerja lainnya dengan memakai kata kerja inti itu.

3.      The Standard Theory of Transformational Grammar
      Dari teori generatif Chomsky, bahwa kalimat dilihat secara sintaksis yang tersusun atas dua tingkatan utama, yaitu tingkat struktur dalam (deep structure) dan struktur permukaan (surface structure). Menurut Chomsky yang sejalan dengan pandangan rasionalis, menjelaskan teorinya bahwa bahasa-bahasa yang ada didunia ini adalah sama (karena di dasari oleh satu sistem yang universal) hanya pada tingkat dalamnya saja yang disebut struktur dalam (Deep Structure). Sedangkan pada tingkat luar atau struktur luar (Surface Structure) bahasa-bahasa itu berbeda-beda.
      Pada tingkat dalam bahasa itulah terdapat rumus-rumus tata bahasa yang mengatur prose-proses untuk memungkinkan aspek-aspek kreatif bahasa bekerja. Apa yang oleh Chomsky disebut inti proses generative bahasa (aspek kreatif) yang terletak pada tingkat dalam ini. Inti proses generative inilah yang merupakan alat semantik untuk menciptakan kalimat-kalimat baru yang tidak terbatas jumlahnya dan dinamai tatabahasa generative>
Silakan lihat struktur berikut :

                                                                                         
Interpretasi semantik

                                                                              (Kaidah proyeksi)      
(Dasar)                                      STRUKTUR DALAM

                                                                              (kaidah transformasi)
STRUKTUR PERMUKAAN
                                                                              (kaidah fonologis)


Iterpretasi Fonetik
Diantara yang dikemukakan oleh teori klasik adalah :
a)      Bahwa struktur permukaan sintaksis adalah satu-satunya tingkat sintaksis yang relevan dengan ketentuan interpretasi fonetik.
b)      Bahwa struktur dalam sintaksis adalah satu-satunya tingkat sintaksis yang relevan dengan interpretasi
      Jadi, kesimpulan dari toeri standar dari grammar transformasi adalah, setiap kalimat mempunyai dua tingkatan dari struktur sintak, dua tingkatan ini disebut dengan deep structure dan surface structure.
      Pada prinsipnya, makna adalah interpretasi dari isi propositional, dengan arti kata bahwa setiap dua atau lebih kalimat mempunyai persamaan dari struktur dalamnya maka akan mempunyai persamaan makna. Seperti contoh :
      Korespondensi antara kalimat aktif dan pasif :
“the dog bit the postman” (anjing menggigit pak pos)
“The postman was bitten by dog” (pak pos digigit oleh anjing)
      Ternyata kalimat ini setelah dianaisis mempunyai persamaan dari segi struktur dalam. Perhatikan bagan berikut :
S


NP                                                        VP


Det                        N                     Verb                                        NP
(Past tense)


 


The                        dog                  V                     Det              N

bite                  the            postman
            Dalam teori Katz-Fodor terdapat aturan komponen semantic yang biasa disebut projection rules, yang tujuan utamanya adalah :
a)      Untuk membedakan kalimat yang penuh denagn arti dengan kalimat yang tidak berarti.
b)      Untuk memberikan makna kepada setiap kata yang mempunyai arti, atau semantic yang memiliki bentuk yang baik.
            Secara mekanis, ada teori Katz-Fodor yang tidak bisa diterima, yaitu seleksi pembatasa makna (selection restriction), mereka mengatakan bahwa sepasang kata lexem bisa dikombinasikan dengan kata yang bermakna lain dalam berbagai macam kontruksi gramatikal. Seperti contoh, mereka bisa mengatakan bahwa kata sifat “buxom” (montok) bisa di batasi dengan kata benda seperti “girl, woman, lass” (perempuan, wanita, gadis) dan lain-lain, tetapi kata sifat tadi tidak bisa masuk pada kata benda “boy, man, lad” (laki-laki, pria, anak laki-laki) dan lain-lain. Akan tetapi kata “sleep” (tidur) bisa digunakan dengan kata benda seperti “boy, girl, cat” dan lain-lain.




BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
            Teori katz-fodor ini bersal dari nama penggagasnya yaitu J.J. Katz dan J.A. Fodor (Jerrol Katz dan Jerry Fodor, selanjutnya dikenal dengan Katz-Fodor) yang terkenal dengan karya meraka yaitu “The Structure of Semantic Theory”, yang pertama kali dipublikasikan pada tahun 1963.
            Teori ini menggunakan fitur yang ditandai dengan (+) dan (-) untuk menandakan ada atau tiada fitur pada perkataan itu. Selain itu teori ini juga mencoba menguraikan makna secara detail dan memasukkan unsure yang bertentangan.  Penguraian makna berdasarkan teori analisis komponen memerlukan proses yang berkepanjangan dan berhubungan erat antara yang satu dengan yang lain.
            Teori ini hanya bisa menganalisa pada suatu kata saja tidak bias menganalisa pada suatu kalimat. Padahal analisa suatu kalimat lebih penting daripada suatu kata. Kemudian agak sulit untuk menentukan komponen semantic yang khusus dan tepat untuk menguraikan suatu makna pada kata. Memang benar kata itu penting, tapi pada prakteknya kita bias memahami suatu kata dari bentuk kalimatnya bukan bentuk katanya.
  1. SARAN
            Masih banyak penjelasan-penjelasan yang berkaitan dengan Fodor-Katz. Namun pemakalah tidak dapat memaparkan semuanya, dan mohon maaf bila terdapat salah tulis dalam penulisan karya ilmiah. Maka dari itu kami mengharap kritik dan saran dari pembaca, untuk kesempurnaan penulisan karya ilmiah ini.



DAFTAR PUSTAKA

Abdul Chaer,2002,Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT.Rineka Cipta)
Goeffrey Leech, ed.Paina Partana, 2003 Semantik, (Yogyakarta ; Pustaka Pelajar)
http://id.wikipedia.org/wiki/Jerry_Fodor
http://en.wikipedia.org/wiki/Jerrold_Katz



[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Jerry_Fodor
[3]  Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta : PT.Rineka Cipta, 2002), hal.17
[4]  Goeffrey Leech, ed.Paina Partana, Semantik, (Yogyakarta ; Pustaka Pelajar, 2003), hal. 395
[5]  Memiliki dua jenis kaidah ; kaidah struktur-frase dan kaidah transformasi (mengubah sejenis struktur-pohon menjadi yang lain seperti struktur aktif menjadi struktur pasif). Lihat Goofrey Leech, semantic, hal.395 dan 219
[6] Goeffrey Leech, Loc.cit
[7]  Lihat! Abdul Chair, Pengantar semantic bahasa Indonesia, hal.17

SEMANTIK DALAM PANDANGAN BLOOMFIELD DAN BEHAVIOURISME


BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Semantik merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji makna bahasa. Keberadaan simantik sebagai salah satu ilmu yang mengkaji bahasa memiliki pososi yang penting. Semantik yang memiliki posisi pengkajian makna dalam sebuah bahasa tidak bisa dipungkiri lagi bahwa posisi ini sangat urgen, bagaimana tidak, seperti yang diketahui bahwa tidak ada bahasa tanpa makna.[1]
Mengingat keberadaan simantik begitu penting maka seyogyanya kita perlu memahami simantik secara menyeluruh, baik dari segi sejarah semantik, tokoh semantik, pembahasan dalam semantik bahkan sampai aplikasinya.
Semantik sebagai salah satu cabang dalam kajian bahasa berbeda dengan tataran analisis bahasa lainnya. Semantik merupakan ilmu yang erat kaitannya dengan ilmu-ilmu seperti antropologi dan sosiologi.[2] Keterkaitan antropologi dengan semantik dikarenakan analisis makna sebuah bahasa dapat menyajikan klasifikasi praktis tentang kehidupan budaya pemakainya. Sedangkan sosiologi memiliki keterkaitan dengan semantik karena kenyataan dalam pemilihan kata dan ekspresi idiomatik yang khusus sering dapat menandai identitas kelompok dalam masyarakat.
Selanjutnya, jika berbicara masalah semantik tidak lepas dari teori-teori yang dipaparkan oleh para tokoh linguistik. Karena teori-teori yang berkenaan dengan masalah ini sangatlah penting untuk di ketahui dan dipelajari sebagai dasar pijakan dalam memahami makna. Pada makalah ini akan di jelaskan salah satu teori dalam semantik yaitu teori behaviorisme. Salah satu penganut aliran ini adalah linguis ternama yaitu Bloomfeld. Hal yang ingin di ketahui disini adalah bagaimana kaum behaviorisme berbicara masalah semantik.




  1. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Pandangan Bloomfield dan behaviorisme terhadap semantik?
2.      Siapakah Bloomfield?

  1. Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pandangan Bloomfield dan Behaviourisme terhadap semantik.
2.      Untuk mengetahui lebih jauh tentang Bloomfield























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Bloomfield dan Bhaviorisme Berbicara masalah semantik
Leonard Bloomfield merupakan seorang ahli psikologi behaviourisme. Menghasilkan karya agung yang berjudul Language (1933). Konsep yang dibawa oleh beliau telah dijadikan sebagai aliran struktural. Beliau menyatakan bahawa apa pun yang dilafazkan pasti mempunyai struktur. Pandangan Bloomfield berasaskan teori Behaviorisme, yaitu yang beranggapan bahwa tingkah laku manusia dapat ditanggapi oleh indera.
Skema Tindak Tutur (Teori Behaviorisme).[3]
Setiap rangsangan (stimulus) akan mewujudkan tindak balas (respons).

s                 = rangsangan penutur (seseorang berujar)
r-s              = berlaku proses pengubahsuaian data (ujaran)
r                 = pendengar melahirkan gerak balas (tanggapan pendengar)

Berdasarkan sketsa ini makna berada dalam rentangan stimulus dan respons, antara rangsangan dan jawaban. makna ditentukan oleh situasi yang berarti ditentukan oleh lingkungan. karena itu, makna hanya dapat dipahami jika ada data yang dapat diamati yang berada dalam lingkungan pengalaman manusia. contoh, seorang ibu  menyuapkan sesendok bubur tim kepada bayinya. sebelum ibu menyuapkan bubur itu, ibu berkata, “ mam… mam…” dan beersamaan dengan itu ia menyuapkan bubur kemulut bayi .
Karena situasi semacan itu  berulang -ulang terjadi , bayi memahami tadi kegiatan mengunyah sesuatu disebut makan , dan benda    cair  yang biasa dikunyah disebut bubur , dengan kata lain bayi memahami  makna melalui pembiasaan  . Pada suatu hari ibu memperlihatkan pisang dan bersamaan dengan itu , ibu mengatakan pisang. Si bayi memahami  benda itu disebut pisang.Dengan kata lain, proses memahami makna   melalui pengalaman dan datanya ada .Lama-lama yang sudah meningkat menjadi anak akan bertanya sesuatu yang dilihatnya , apalagi jika anak telah berada pada tahap lapar , nama .Pada waktu itu anak akan selalu bertanya, apa ini, apa itu. Anak mencoba menyebutnya, dan Ibu mengukuhkannya. Dengan kata lain, pemahaman makna melalui pengukuhan.
Jika respon yang dibuat mahluk hidup menghasilkan stimulus maka akan memberikan kepuasan dari beberapa kebutuhan atau keinginan (lebih teknis, jika mengurangi beban beberapa negara yang mengalami kekurangan) dengan demikian itu diperkuat dan sebagai respon lebih mungkin disajikan ketika menjadi stimulus yang sama pada hal berikutnya. Hal ini penting untuk menyadari bahwa respon mungkin awalnya telah dibuat secara kebetulan. Kita tidak perlu melibatkan gagasan tentang tujuan atau niat, dan tegas berbicara, kita tidak harus menjelaskan perilaku yang diperkuat sehingga berhasil (karena niat mengisyaratkan keberhasilan). Jika respon tidak diperkuat, kemungkinan itu akan menjadi semakin kurang dan pada akhirnya akan padam, akan lebih cepat dipadamkan oleh rangsangan permusuhan, atau hukuman. Berbicara dalam istilah yang biasa lagi, kita dapat mengatakan bahwa mahluk hidup secara bertahap akan belajar untuk menahan diri sehingga melakukan sesuatu karena mereka menyebabkan rasa sakit atau hukuman dan akan belajar untuk melakukan hal-hal lain karena mereka membawa kesenangan atau beberapa cara menghilangkan rasa sakit atau tertekan. Hal ini merupakan prinsip-prinsip dasar bahwa teori pembelajaran behavioris didirikan.
Sebuah pola perilaku dipelajari sebagai rantai stimulus-respon refleks, sebagaimana dapat digambarkan sebagai berikut,

(S1 -       R1) -       (S2 -       R2) -        (S3 -       R3) -         …

Hal ini sebagai kesimpulan, misalnya: bahwa tata bahasa diasumsikan harus dipelajari. Kata pertama dari suatu ucapan dihasilkan sebagai respon (R1) terhadap beberapa stimulus eksternal (S1); produksi R1 kemudian berfungsi sebagai stimulus (S2) kata yang kedua adalah respon (R2), dan sebagainya. Hubungan kausal antara refleks S-R yang dibangun atas dasar hubungan mereka sebelumnya. Umumnya, tentu saja, akan ada lebih dari satu transisi yang mungkin dari satu kata ke kata yang berikutnya dalam ucapan gramatikal dapat diterima, dan kekuatan ikatan asosiatif antara kata tertentu dan penerusnya yang mungkin akan bervariasi sesuai dengan frekuensi yang mereka miliki sehingga dikaitkan di masa lalu dan hubungan mereka diperkuat. Ini akan menjadi jelas bahwa pandangan tentang struktur gramatikal sesuai sehingga untuk pengembangan alami lebih lanjut dalam hal teori informasi. Untuk probabilitas statistik dapat ditugaskan untuk masing-masing kumpulan penerus, mungkin pada setiap titik transisi dari satu S-R refleks ke yang berikutnya.
Hal yang menonjol dalam versi sebelumnya dari behaviorisme, yakni apa yang sekarang sering digambarkan sebagai behaviorisme klasik, hal tersebut adalah gagasan tentang kondisi refleks. Bahkan, behaviorisme lahir, sebagai doktrin psikologis yang khas, ketika Watson menarik dari pekerjaan Pavlov pada pengkondisian refleks fisiologis implikasi bahwa gagasan ini dapat digunakan untuk menjelaskan pengembangan asosiasi antara stimulus dan respon. Pavlov telah menunjukkan bahwa air liur pada anjing, yang terjadi secara alami atau naluriah sebagai respon fisiologis bersyarat ketika ada makanan, bisa menimbulkan sebagai reaksi terhadap bunyi bel, ketika bel telah berbunyi beberapa kali dalam hubungan dengan penyajian makanan. Makanan itu stimulus berkondisi, dering bel stimulus terkondisi, dan air liur merupakan respon bersyarat untuk makanan, tapi respon dikondisikan dengan bunyi bel. Demikian pula, reaksi cinta, bersyarat (atau insting) dalam hubungannya dengan salah satu rangsangan kecil, bisa dikondisikan untuk rangsangan pengganti lainnya berdasarkan asosiasi, apakah kebetulan atau eksperimental dirancang, dari stimulus digantikan dengan stimulus asli. Penguatan dapat mengkonversi respon awal naluriah menjadi tanggapan yang dipelajari, seperti ketika bayi menangis diperkuat oleh perhatian orang tua di berbagai negara atau rangsangan berlawanan. Akhirnya, respons dapat digeneralisasi untuk semua rangsangan yang menyerupai stimulus dengan respon yang awalnya terkait, dan semakin besar kesamaan dalam rangsangan yang kuat akan semakin besar pula ikatan S-R asosiatif yang dikembangkan.
Berbagai gagasan dasar mengenai teori behaviorisme. Satu hal yang lebih umum dapat dilakukan sebelum kita mengetahui teori-teori behavioris dengan mempertimbangkan makna. Mekanisme penguatan diasumsikan untuk beroperasi sehingga sangat banyak cara yang sama seperti mekanisme seleksi alam dalam biologi evolusi: seperti telah kita lihat, sejumlah refleks kecil diasumsikan sebagai bawaan, tetapi sebagian besar tanggapan awalnya dibuat secara acak, hubungan mereka dengan rangsangan tertentu ditetapkan pula oleh penguatan.
Analisis behaviourist Bloomfield tentang acara pidato-imajiner berdasarkan gagasan pada kata yang sama atau ucapan-ucapan sebagai pengganti rangsangan dan tanggapan. Ini layak untuk dibahas secara rinci karena hal itu adalah salah satu dari jenis analisis bahwa setiap behavioris merupakan awal, tetapi juga merupakan alasan yang lebih penting untuk memberi perhatian khusus mengenai hal tersebut, karena Bloomfield adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam pengembangan studi bahasa ilmiah di abad pertama sehingga dianggap lebih dari orang lain, Bloomfield bertanggung jawab untuk memperkenalkan titik pandang behavioris dalam linguistik.
Contoh Bloomfield dari acara pidato adalah sebagai berikut. Jack dan Jill berjalan di  jalur yang sama. Jack (lelaki) dan Jill(perempuan). Jill yang merasa lapar tiba-tiba melihat sebiji Apel(s). Jill lalu membuat bising dengan menggunakan tenggorokan(larynx), lidah dan bibir (r). Jack mendengar bunyi yang dihasilkan oleh Jill (s) lalu memetik epal yang diminta oleh Jill (r).
Didepan dijelaskan adanya stimulus , jawaban , situasi , kondisi , pengalaman , pembiasaan , dan adanya data. Untuk lebih jelas perhatikan contoh berikut:
Hendrikus dan Jeane pergi kedesa. Hendrikus lapar, jadi ada stimulus berupa lapar.Hendrikus melihat mangga. Hendrikus gembira karena rasa laparnya dapat ditanggulangi dengan makan mangga ( moga-moga tidak akan saklit perut). Lapar, mangga, ingin makan menimbulkan pilihan bagi Hendrikus .Pilhan itu , yakni Hendrikus meminta bantuan Jeane, Hendrikus memeitik begitu saja buah mangga ( saratnya buah mangga itu dalam batas jangkauan tangan Hendrikus), Hendrikus akan  melompat sambil memetik buah mangga ( kondisinya , yakni pohon mangga tempat buah berada, agak tinggi ). Hendrikus atau Jeane akan memanjat ( Jeane tidak mungkin sebab ia perempuan ). Hendrikus akan menjolok buah mangga ( syaratnya harus ada galah), atau baik Hendrikus maupun Jeane akan melempar buah mangga ( syaratnya harus ada batu atau pelanting yakni sepotong kayu atau cabang pohon yang digunakan untuk melempar ).
Dikaitkan  dengan makna contoh ini memperlihatkan adanya keharusan menggunakan lambang berupa kata batu, galah, makan, mangga, melempar , melompat, memanjat, menjolok, lapar, dan pelanting. Hendrikus memahamai bahwa  kalau perut sudah keroncogan itu tandanya lapar. Itu sebabnya Hendrikus berkata kepada Jeane,“Saya lapar”. Dengan kata lain maka lapar ditandai oleh adanya perut yang kerencongan. Untuk mnengataasi lapar, orang harus makan. Muncullah kata makan. Dengan kata lain, Hendrikus memahami bahwa makan adalah memasukkan sesuatu melalui mulut untulk mengatasi lapar. Perasanaan  lapar, dan harus makan menimbulkan keinginan mencari sesuatu. Kebetulan dihadapan mereka ada mangga. Lahir kata mangga. Dengan kata lain, makna mangga adalah sejenis buah yang dapat dimakan untuk mengatasi rasa lapar.[4]
Situasi lapar yang menimbulkan  kegiatan untuk mengatasinya akan berlaku jika syarat-syarat tertuntu dipenuhi. Contoh untuk mengatasia  lapar yang diikuti  oleh kegiatan makan, syarat adanya sesuatu yang akan dinamakan harus ada.Untuk menjolok mangga, sayarat yang harus dipenuihi, yakni adanya galah. Berdasarkan stimulus, jawaban, kondisi, situasi, pengalamnan, pembiasaannya, dan adanya data memungkinkan seseoarng memahami makna. Faktor-faktor  ini mengalami  proses diganti dalam  komunikasi Maksudnya perut yang mengalami kerencongan diganti kata lapar, buah yang  tergantung pada pohonnya disebut atau diganti dengan mangga. Dengan kata lain, makna dipahami melalui proses mengganti. Penjelasan rinci tentang semantic  behaviouris terdapat dalam  Lyions ( I,1977:120-137).  

B.     Sekilas Biografi Bloomfield
Leonard Bloomfield lahir di Chicago. Ia masuk Harvard pada tahun 1903, menyelesaikan studi dalam 3 tahun. Pada usia 19 Ia mulai bekerja di studi pascasarjana Jerman di University of Wisconsin di Madison, di mana ia menjabat sebagai asisten dosen. Di sini ia bertemu dengan ahli linguistik Eduard Prokosch, ia kemudian bertekad untuk menjadi seorang ahli bahasa. Setelah dua tahun bekerja di Wisconsin, ia pergi ke Universitas Chicago untuk melanjutkan studi di perbandingan-sejarah linguistik dan Germanics. Dia juga belajar bahasa Sansekerta, pamannya adalah Maurice Bloomfield, seorang profesor terkenal dari bahasa Sansekerta dan linguistik komparatif.[5]
Setelah mendapatkan gelar Ph.D. pada tahun 1909 pada usia 22 tahun, Bloomfield mengajar di Jerman di University of Cincinnati dan kemudian University of Illinois. Pada tahun 1913 ia diangkat sebagai Asisten Profesor Filologi Perbandingan di University of Illinois, dan mengajar di sana sampai 1921. Pada saat itu ia menerima jabatan profesor di Ohio State, di mana ia mengajar sampai 1927. Pada musim panas 1925, ia menjadi seorang etnolog Asisten di Departemen Pertambangan Kanada di Ottawa, posisi yang memungkinkan dia untuk melaksanakan penelitian lapangan pada bahasa-bahasa asli Amerika. Pada tahun 1927 ia mengambil posisi bergengsi sebagai Profesor Filologi Jerman di University of Chicago. Di musim panas 1938-1940 ia mengajar linguistik di Institute America Linguistik dan University of Michigan di Ann Arbor.
Pada tahun 1914 Bloomfield menulis buku An Introduction to Linguistic Science. Artikelnya juga banyak diterbitkan dalam jurnal Language yang didirikan oleh Linguistic Society of America tahun 1924. Pada tahun 1933 sarjana ini menerbitkankan buku Language yang mengungkapkan pandangan behaviorismenya tentang fakta bahasa, yakni stimulus-response atau rangsangan-tanggapan. Teori ini dimanfaatkan oleh Skinner (1957) dari Universitas Harvard dalam pengajaran bahasa melalui teknik drill.
Bloomfield beserta pengikutnya menguasai percaturan linguistik selama lebih dari 20 tahun. Selama kurun waktu itu kaum Bloomfieldian berusaha menulis tata bahasa deskriptif dari bahasa-bahasa yang belum memiliki aksara. Kaum Bloomfieldian telah berjasa meletakkan dasar-dasar bagi penelitian linguistik di masa setelah itu.

BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan
Sikap umum penganut aliran behavirois yaitu: (i) penganut pandangan behavirois tidak terlalu yakin dengan istilah - istilah yang bersifat mentalitis berupa mind, concept, dan idea ;(ii) tidak ada perbedaan esensial antara tingkah laku manusia dengan tingkah laku hewan ; (iii) mementingkan factor belajar dan kurang yakin terhadap factor – factor bawaan ; dan (iv) mekanismenya atau determinasinya.
Telah diketahui formula umum yang berlaku bagi penganut aliran beharvioris, yakni hubungan antara rangsangan dan reaksi yang biasa digambarkan:
S                           R
Berdasarkan sketsa ini makna berada dalam rentangan stimulus dan respons, antara rangsangan dan jawaban. makna ditentukan oleh situasi yang berarti ditentukan oleh lingkungan. karena itu, makna hanya dapat dipahami jika ada data yang dapat diamati yang berada dalam lingkungan pengalaman manusia.














DAFTAR RUJUKAN

Ainin, Moh. dan Asrori, Imam. 2008. Semantik Bahasa Arab. Surabaya: Hilal.
Kemmer, Suzanne. Biographical sketch of Leonard Bloomfield. http://www.ruf.rice.edu/~kemmer/Found/bloomfieldbio.html. Diakses 20 Desember 2012
Kentjono, 1990. Dasar Dasar Linguistik Umum. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta


[1]. Ainin dan Asrori, Semantik bahasa Arab, hal. V
[2] . Joko Kentjono, Dasar-dasar linguistik umum, hal. 73
[3] . Fahmi Riadl, http://rsbikaltim.blogspot.com/2011/12/semantik-makna-dan-pemakaian-bahasa.html

[4] . Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Hal. 66
[5] . Suzanne Kemmer, Biographical sketch of Leonard Bloomfield

Ucapan selamat hari raya idul fitri 2020 atau 1441 H

Hari raya idul fitri dirayakan oleh umat Islam khususnya yang bertepatan pada bulan Syawal, dengan cara saling meminta maaf kepada orang-ora...