Friday, March 13, 2020

Komponen Analisis


BAB I
PENDAHULUAN
            Persoalan makna merupakan persoalan yang menarik dalam kehidupan sehari-hari. Masalanya adalah menggambarkan makna arti kata dalam dalam suatu kalimat sangat sulit untuk divisualisasikan, karena seseorang memiliki pandangan yang berbeda dalam memaknai suatu kalimat.
Di depan lampu pengatur lalu lintas sering tertera urutan kata: belok kiri jalan terus. Untuk pemakai jalan tidak menafsirkannya berjalan terus atau lurus yang akan mengakibatkan tabrakan, tetapi menafsirkannya: jika ingin membelok ke kiri diperbolehkan berjalan terus.
Seorang yang berbudaya jawa berkata kepada seseorang yang berbudaya gorontalo, “mari pak!” orang gorontalo yang mendengar urutan kata itu langsung berdiri dan karena orang yang berkata mari pak tadi mengendarai sepeda, maka orang gorontalo itu langsung membonceng. Orang yang berbudaya jawa terkejut dan bertanya “bapak mau kemana?” dijawab oleh si gorontalo “bapak kan mengatakan mari pak”. Orang gorontalo itu mengira ia diajak, padahal urutan kata mari pak bagi yang berbudaya jawa merupakan ungkapan untuk meminta ijin lewat jalan.[1]
Seseorang memiliki gambaran yang berbeda terhadap satu ekspresi sesorang, seperti ekspresi anak kecil yang capek, dia akan meringkuk dan mau tidur. Ada juga seseorang memiliki dua ekspresi dari gambaran yang sama, seperti anak kecil yang merengek dan berteriak, yang menunjukkan ekspresi bahwa dia lapar, tidak bahagia. Maksudnya dari prediksi suatu makna itu terjadi keambiguan.

Rumusan masalah
1.      Apa komponen analisis itu?
2.      Apa definisi kebenaran makna menurut Tarki?
3.      Bagaimana makna kalimat itu?
Tujuan
1.      Untuk mengetahui komponen analisis
2.      Untuk mengetahui definisi kebenaran makna menurut Tarki
3.      Untuk mengetahui makna kalimat


BAB II
ISI
A.     KOMPONEN ANALISIS
Setiap kata, leksem atau butir leksikal tentu mempunyai makna. Makna yang dimiliki oleh  setiap kata itu terdiri dari sejumlah komponen (yang disebut komponen makna) yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Komponen makna ini dapat dianalisis, dibutiri atau desebutkan satu persatu, berdasarkan “pengertian-pengertian” yang dimilikinya. Umpamanya, kata ayah memiliki komponen makna /+manusia, /+dewasa, /+jantan, /+kawin, /+dan punya anak, dan kata ibu memiliki komponen makna /+manusia, /+dewasa, /-jantan, /+kawin dan/+punya anak. Kalau dibandingkan komponen kata ayah dan ibu adalah tampak sebagai bagan berikut:
Komponen makna
Ayah
Ibu
1.      Manusia
2.      Dewasa
3.      Jantan
4.      Kawin
5.      Punya anak
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
Keterangan:     tanda + berarti memiliki komponen makna tersebut
                        Tanda – berarti tidak memiliki komponen makna itu.
Dari bagan tersebut terlihat bahwa beda makna ayah dan ibu hanyalah pada komponen makna /jantan/: ayah memiliki komponen makna itu, sedangkan ibu tidak memilikinya. Untuk lebih jelas, perhatikan analisis komponen makna lima buah kata inggris man, woman, boy, girl, dan bull
Komponen makna
man
woman
boy
girl
Bull
1.      Manusia
2.      Dewasa
3.      jantan
+
+
+
+
+
-
+
-
+
+
-
-
-
-
±
            Tampak terlihat bahwa man, women, boy dan girl, dan girl memiliki komponen makna/+manusia/, sedangkan bull tidak memiliki komponen makna itu. Lalu, man dan women memiliki komponen makna /+dewasa/, sedangkan boy, girl dan bull tidak memiliki komponen makna tersebut. Selanjutnya, terlihat bahwa man dan boy memiliki komponen makna /+jantan/, sedangkan women dan girl tidak memiliki komponen makna tersebut; dan bull bisa memiliki bisa juga tidak memiliki, sebab bull termasuk jantan dan betina.
            Kalau kita bandingkan kata inggris boy, girl, child, dan kata indonesia anak, maka akan tampak perbedaan maknanya sebagai terpampang pada bagian berikut:
Komponen makna
Boy
Girl
Child
Anak
1.      Manusia
2.      Dewasa
3.      Jantan
+
-
+
+
-
-
+
-
±
+
±
±
Tampak, bahwa boy, girl, child, dan anak sama sama memiliki komponen makna /+manusia; bedanya boy, girl, dan child memiliki komponen makna /-dewasa/, sedangkan anak memiliki komponen makna /±dewasa/. Jadi, kata anak dalam bahasa indonesia bisa dewasa tetapi bisa juga belum dewasa.
            Analisis komponen makna ini dapat dimanfaatkan untuk mencari perbedaan dari bentuk bentuk yang bersinonim. Umpamanya, kata ayah dan bapak adalah dua buah kata yang bersinonim dalam bahasa indonesia. Oleh karena itu, kata ayah dan bapak pun,meskipun bersinonim, tentu ada perbedaan maknanya. Di manakah letak bedanya itu? Kalau kita analisis komponen makna yang dimiliki kata bapak dan ayah akan terlihat sebagai berikut:
Komponen makna
Ayah
Bapak
1.      Manusia
2.      Dewasa
3.      Sapaan kepada orang tua laki laki
4.      Sapaan kepada orang yang dihormati
+
+

+
_
+
+

+
+


Dari bagan itu terlihat bahwa kata ayah dama-sama memiliki komponen makna 1 sampai 3, bedanya ayah tidak mailiki komponen 4, sedangkan kata bapak memiliki komponen makna itu. Dengan demikian, anda bisa melihat beda makna kata ayah dan bapak yang hakiki. Yang menyebabkan kata bapak dalam ujaran berikut: (kami menghadap bapak Gubernur Suryadi di kantornya) tidak dapat ditukar dengan kata ayah.
Analisis komponen juga dapat digunakan untuk membuat prediksi makna-makna gramatikal afiksasi, reduplikasi, dan komposisi dalam bahasa indonesia. Misalnya, proses afiksasi dengan prefiks me- pada nomina yang memiliki komponen makna /+alat, akan mempunyai makna gramatikal “melakukan tindakan dengan alat” (yang disebut kata dasarnya), seperti terdapat pada menggergaji, memahat, menombak, dan mengail. Proses afiksasi dengan perfeks me- terhadap nomina yang memiliki komponen makna /sifat atau ciri khas, akan mempunyai makna gramatikal “menjadi atau berbuat seperti” (yang disebutkan kata dasar). Misalnya: Imembeo, mematung, membaja, dan membatu. Proses afiksasi dengan perfeks me- terhadap nomina yang memiliki komponen makna /+hasil olahan/ akan memiliki makna gramatikal “membuat” (yang disebut kata dasarnya). Misalnya: menyambal, menggulai dan menyate. Sedikit catatan mengenai kata mematung di dalam buku-buku pelajaran tata bahasa dikatakan mempunyai makna 1)menjadi atau berlaku seperti patung, 2)membuat patung.
Analisis komponen ini dapat digunakan  untuk meramalkan makna gramatikal, dapat kita lihat pada proses reduplikasi dan proses komposisi. Dalam proses reduplikasi, yang terjadi pada dasar verba yang memiliki komponen makna /+sesaat, memberi makna gramatikal berulang-ulang, seperti pada memotong-motong, memukul-mukul dan menendang-nendang. Sedangkan pada verba yang memiliki komponen makna /+bersaat, akan memberi makna gramatikal dilakukan tanpa tujuan, seperti pada membaca-baca, mandi-mandi dan duduk-duduk. Jadi dalam proses reduplikasi itu terlihat verba yang memiliki komponen makna /+sesaat, mempunyai makna gramatikal yang berbeda dengan verba yang memiliki komponen makna /-sesaat.
Dalam proses komposisi, komponen makna yang dimiliki oleh bentuk dasar yang terlibat dalam proses itu menentukan juga makna gramatikal yang dihasilkannya. Misalnya, makna gramatikal “milik” hanya dapat terjadi apabila konstituen kedua dari komposisi itu memiliki komponen makna /+manusia, atau /+dianggap manusia. Misalnya: sepeda Dika, rumah paman, dan mobil kantor.  Jika tidak memiliki komponen makna itu, maka makna gramatikal “milik”  tidak akan muncul. Misalnya, bulu kucing bukan bermakna gramatikal “bulu milik kucing” melainkan “bulu dari kucing”.
Dalam buku C.A. Mess (1954) ada konstruksi lukisan yusuf yang dikatakan bermakna ganda, yakni:1)lukisan milik yusuf, 2)lukisan karya yusuf atau yusuf yang buat, dan 3)lukisan wajah yusuf atau yusuf jadi objek lukisan. Jika kita perinci komponen maknanya, maka dapat disebutkan behwa yusuf memiliki komponen makna /+manusia, dan mempunyai kemungkinan memiliki komponen makna /+pelukis, /+kolektor, dan /+objek lukisan. Disebut memiliki kemungkinan karena kita tidak mengenal, apakah yusuf memang pelukis, memang kolektor, atau memang juga objek lukisan. Kalau kita bandingkan dengan Basuki Abdullah, maka sudah jelas bahwa Basuki Abdullah memang memiliki komponen makna /+pelukis, dan dibandingkan dengan Bung Karno, maka juga sudah jelas bahwa Bung Karno adalah kolektor lukisan, kalau kita bandingkan dengan banteng, maka sudah jelas bahwa banteng tidak memiliki komponen makna /+pelukis dan /+kolektor. Yang mungkin banteng hanya memiliki kemungkinan /+objek lukisan.[2]

B.     DEFINISI KEBENARAN MAKNA MENURUT TARSKI
Teori SKK (Semantik Kondisi Kebenaran) ini diperkenalkan oleh seorang ahli logika bernama Traski. Sampai sekarang teori ini dipelajari secara meluas oleh para filusuf (Kempson, 1977). Dalam teori ini, Traski mengemukakan sebuah postulat, bahwa makna suatu pernyataan dapat diberikan dengan kondisi kebenaran. Sebuah pernyataan mempunyai arti bila ada kondisi kebenaran yang menjamin kebenaran pernyataan itu. Jika kondisi kebenaran itu tidak ada, maka pernyataan itu tidak bermakna apa-apa (Wahab, 1999a).
Menurut Tarski (dalam Palmer 1981;196), kalimat yang benar adalah kalimat yang menyatakan bahwa sebuah keadaan begini atau begitu dan keadaannya memang demikian. Pada umumnya, teori ini digunakan untuk mengetahui makna sebuah kalimat yang dihubungkan dengan kondisi tertu dan apabila kondisi itu benar, kalimat itu benar adanya.[3]
Dalam melogikan teorinya, Traski menggunakan rumus sebagai berikut: S benar, jika dan hanya jika P[4]

Di mana S adalah makna kalimat dan P merupakan kondisi yang dapat menjamin kebenaran kalimat itu (Kempson, 1977). Contoh klasik yang dijadikan ilustrasi oleh Traski dalam menjelaskan rumus tersebut adalah: 1) Snow is white benar, jika dan hanya jika salju itu putih. Kalimat tersebut memiliki kondisi kebenaran makna (truth condition), karena memang salju tersebut hanya berwarna putih, tidak ada salju yang berwarna selain putih. Berbeda dengan kalimat berikut ini: 2) Kuning itu warna pelangi. Kalimat (2) tersebut bila dilihat dari ‘kaca mata’ Traski, jelas tidak memiliki kebenaran makna. Hal ini karena kalimat (2) tersebut tidak memiliki kondisi yang menjamin kebenaran pernyataan tersebut. Artinya, bahwa pelangi itu berwarna selain warna kuning, yakni berwarna biru, merah, dan hijau.
Formula atau postulat yang dikemukakan oleh Traski tersebut dianggap masih memiliki kelemahan. Kelemahan pertama berkaitan dengan kondisi yang dipakai untuk menjamin kebenaran suatu pernyataan. Kelemahan kedua terletak pada pendekatan filosofisnya (Wahab, 1999a). Dalam kaitannya dengan kelemahan pertama, postulat Traski ini tampaknya berputar-putar dan memibingungkan, sebab pernyataan aslinya dipakai lagi sebagai kondisi yang menjamin kebenaran pernyataan itu sendiri. Kempson (1977) berpendapat bahwa formula Traski sebagai formula yang sangat menyesatkan.
Sementara itu, kelemahan kedua terletak pada pendekatan Traski yang dipengaruhi oleh aliran positivisme yang menyatakan: Either p or not p model Rudlof Carnaf. Dalam konsep Rudlof Carnaf, pernyataan dianggap bermakna jika ada data sense-nya. Akan tetapi, apabila pernyataan itu tidak dijamin oleh bukti-bukti yang dapat dipersepsi dengan indera, maka pernyatan itu dianggap tidak bermakna (Wahab, 1999a).[5]
Berkaitan dengan kelemahan formula atau postulat kebenaran makna yang dikemukakan oleh Tarski tersebut, Kempson (1977) menyempurnakan formula tersebut dengan model formula baru dengan memasukkan batas-batas kondisi wajib (necessary) sehingga kebenaran suatu pernyataan tidaklah harus berupa pengulangan pernyataan itu sendiri (Wahab, 1999a). Formula yang diusulkan oleh Kempson (1977|) tersebut adalah sebagai berikut. S berarti bahwa p = wajib S benar jika dan hanya p
Contoh pernyataan yang diberikan oleh Kempson dan formula tersebut adalah sebagai berikut:
3) A boy hurried to his home is true if and only if here is a male child quickly went to the place where he lived.
Contoh yang diberikan oleh Kempson (1977) pada (3) tersebut menegaskan bahwa pernyataan seorang anak laki-laki tergesa-gesa pulang memiliki kebenaran, karena dijamin oleh adanya “seorang laki-laki, kecil (belum dewasa), dan pergi dengan cepat menuju ke suatu rumah tempat dimana dia tinggal”.

C.     MAKNA KATA
a.       Batasan kata
Batasan kata dapat dilihat dari pandangan, kata  sebagai kata dan kata sebagai istilah teknis yang berlaku dalam linguistik. Pandangan yang melihat kata sebagai kata, tentu yang dimaksud adalah makna leksikal. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1993:451) kata makna: (1) unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa, (2) ujar, bicara, (3) morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas, atau satuan bahasa yang berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem.
            Secara teknis yang didasarkan pada cirri yang telah disebutkan diatas, kata adalah satuan ujaran yang berdiri sendiri yang terdapat di dalam kalimat, dapat dipisahkan, dapat ditukar, dapat dipindahkan dan mempunyai makna serta digunakan untuk berkomunikasi.

b.      Bentuk kata
Membicarakan bantuk kata yang dilihat dari kenyataan yang terdapat dalam BI, bentuk kata dapat dibagi atas: (1) bentuk dasar atau leksem (lexeme) yang bermakna leksikal, (2) paduan leksem, (3) bentuk berimbuhan, (4) bentuk berulang, (5) bentuk majemuk, (6) bentuk yang terikat konteks kalimat, (7) akronim, (8) singkatan. Karena itu membicarakan makna, maka kenyataan menunjukkan ada pula bentuk yang mengakibatkan munculnya makna.
c.       Makna dalam Leksem
Menurut Harimurti, “Leksemlah yang merupakan bahan dasar yang setelah mengalami pengolahan gramatikal menjadi kata dalam subsistem gramatika. Pengertian  leksem tersebut terbatas pada satuan yang mewujudkan dalam gramatikal dalam bentuk morfem dasar atau kata”
Makna dalam leksem yang dimaksud di sini, yakni bentuk yang sudah dapat diperhitungkan sebagai kata. Dalam BI terdapat bentuk seperti ini: kunci, lompat, pagar, tidur. Bantuk kunci  dapat menghasilkan bentuk turunan dikunci, mengunci, dan kata pagar  dapat diberi imbuhan sehingga menjadi dipagari, memagari, terpagar. Kata kunci dan pagar telah memiliki makna leksikal, dan demikian pula kata dikunci, mengunci, dipagari, memagari, terpagar.
Ada baiknya diingatkan bahwa ada juga leksem yang belum dapat ditentukan makna leksikalnya. Misalnya, leksem juang. Apakah makna leksem juang? Makna leksikalnya dapat ditentukan setelah leksem tersebut diberikan imbuhan, misalnya menjadi: berjuang,diperjuangkan, memperjuangkan, pejuang, perjuangan, seperjuangan. Kata kata ini sudah memiliki makna leksikal yang maknanya dapat dilihat di dalam kamus di bawah entri juang.
Jadi, makna dalam leksem di sini adalah makna leksikal yang terdapat  dalam yang berwujud kata, yang makna leksikalnya dapat dicari di dalam kamus. Makna leksem seperti itu tidak akan penulis jelaskan lagi. Bentuk bentuk seperti juang yang belum bermakna leksikal telah didaftarkan oleh Harimurti.
d.      Makna paduan leksem
Ada 3 istilah yang perlu dicermati pada bagian ini, yakni idiom, kata majemuk, dan padua leksem. Harimurti mengatakan “idiom adalah konstruksi yang maknanya tidak sama dengan komponen komponennya”, sedangkangkan “semi idiom adalah konstruksi yang salah satu komponennya mengandung makna khas yang ada dalam konstruksi itu saja”. Idiom, misalnya buah bibir  yang bermakna bahan pembicaraan; busuk hati  yang bermakna jahat, dengki, khianat; jantung hati  yang bermakna orang yang disayangi; makan angin yang bermakna jalan jalan. Semi idiom, misalnya anak angkat yang bermakna anak orang lain yang dipelihara dan sah menurut hukum; banting harga yang bermakna menjual dengan harga yang murah atau menjual sebanyak banyaknya dengan harga murah; gatal tangan yang bermakna suka mengerjakan yang tidak tidak, mencoret coret.
Kata majemuk adalah gabungan morfem dasar yang seluruhnya bersetatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantik yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan. Makna kata mejemuk bukanlah makna unsur unsurnya, atau makna gabungan unsur unsurnya, tetapi makna baru, makna lain dari unsur unsurnya. Contoh, batu api yang maknanya sejenis bahan yang dapat menimbulkan api yang ada di dalam geretan.
Kata leksem adalah dua leksem atau lebih yang diperhitungkan sebagai kata. Menurut Harimurti paduan leksem menjadi calon kata majemuk, konsep paduan leksem tidak sama benar dengan konsep kata majemuk. Makna paduan leksem dapat dirunut dari unsur yang membentuknya. Dalam BI terdapat paduan leksem daya juang, unsur daya bermakna akal, kemampuan, muslihat, tenaga, daya juang bermakna kemampuan untuk bejuang, agar bagaimana caranya berjuang. Terlihat di sini, pada paduan leksem terdapat unsur inti sedangkan unsur yang lain bersifat peripheral.
Ada baiknya perhatikan makna paduan leksem sebagaimana tertera di bawah ini:
Inti
Paduan
Makna
Abdi
abdi masyarakat
pengayoman, pelayanan masyarakat
Adi
adi daya
berkekuatan besar dalam segala hal, terutama ekonomi dan militer
Air
Air limbah
Air bungan, kadang kadang beracun
Anak
Anak asuh
Anak orang lain yang sudah dipelihara seperti anak sendiri
Angkat
Angkat senjata
Bertempur
Arus
Arus barang
Masuk keluarnya barang
Bahan
Bahan jadi
Bahan yang sudah dapat digunakan
Bulan
Bulan madu
Bersenang senang bagi pengantin baru
                                               
e.       Makna kata bebas
Yang dimaksud dengan kata bebas disini, yakni kata kata yang dapat berdiri sendiri dalam ujaran tanpa mendapat imbuhan atan tanpa didampingi kata yang lain. Makna kata kata bebas yang bersifat leksikal dapat dicari di dalam kamus bahasa yang bersangkutan.
Kata bebas pada umumnya berkatagori nomina. Ambillah kata arang. Kata arang bermakna: (1) bahan bakar yang hitam warnanya dibuat atau terjadi dari bara kayu yang dipengap,(2) serbuk hitam bekas kayu yang dibakar.
f.       Bentuk yang mengakibatkan makna
Bentuk yang mengakibatkan makna disini, yakni imbuhan. Ingin diberikan catatan lebih dahulu bahwa ada juga imbuhan yang bermakna. Imbuhan itu, misalnya a- dalam kata asosial yang bermakna tidak sosial. Dengan kata lain, prefiks a- bermakna tidak. Imbuhan lai, misalnya re- yang bermakna kembali, misalnya dalam kata reorganisasi yang bermakna diorganisasikan kembali; restrukturalisasi  yang bermakna disusun kembali. Imbuhan yang sudah bermakna adalah imbuhan yang bersifat serapan.
g.      Makna kata berimbuhan
Dalam BI terdapat kata berimbuhan berdatangan yang leksemnya datang, mendapatkan imbuhan ber-/-an. Kata berdatangan bermakna banyak orang datang; orang yang datang tersebut berasal dari berbagai tempat; orang yang datang tidak sekaligus tiba. Dengan kata lain kata berdatangan bermakna proses datangnya banyak orang yang datang dari berbagai tempat, dan datang tidak sekaligus. Terlihat di sini makna inti adalah datang.
Ambillah kata berimbuhan yang lain, misalnya pemberian yang leksemnya beri mendapat imbuhan pe-/-an. Kata pemberian bermakna apa yang diberikan, atau benda apa yang akan diberikan.
h.      Makna kata berulang
Telah diketahui bahwa kata berulang atau reduplikasi adalah “pengulangan satuan gramatika, baik seluruhnya maupun  sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak”. Hasil pengulangan disebut kata ulang atau reduplikasi, misalnya rumah-rumah, berjalan-jalan, lauk-pauk, dan sebagainya.
Ada baiknya diingatkan bahwa kata ulang tidak sama dengan ulangan kata. Ulangan kata adalah kata kata yang diulang ulang, misalnya mana: “mana mana yang kau maksud?” kata mana yang diulang beberapa kali, disebut ulangan kata,  sedangkan kata mana mana dalam kalimat, “Mana mana yang kau sukai, ambil saja.” Adalah kata ulang. Makna kata mana mana , yakni benda atau bahan apa saja.
i.        Makna kata majemuk
Ada beberapa cirri cara yang dapat membedakan kata majemuk dengan unsur yang lain. Cirri itu, yakni (1) tidak dapat diperluas, (2) tidak dapat disela, (3) tidak dapat diubah strukturnya, (4) tidak dapat dijauhkan.
       Timbul pertanyaan, apakah makna  kata majemuk itu? Makna kata majemuk dapat ditelusuri melalui katagori kata yang membentuknya. Kata majemuk dalam BI terdapat dalam kata berkategori verbal, nomina, dan ajektiva.
            Makna kata majemuk  pada kata yang berkategori verbal dapat dirinci, antara lain:
1)      Melaksanakan kegiatan, misalnya bunuh diri, tatap muka
2)      Dan, misalnya timbul tenggelam, jatuh bangun
3)      Penyebab, misalnya gegar otak, mabuk laut
4)      Untuk, misalnya berani mati, ganti rugi
5)      Akan, misalnya gila pangkat
6)      Intensitas, misalnya hancur lebur, luluh lantak, terang benderang
Makna kata majemuk pada kata yang berkategori nomina, antara lain:
1.      Tempat, misalnya rumah makan, rumah sakit
2.      Kepunyaan, misalnya kaki meja, lunas perahu
3.      Dari, misalnya garam inggris, songkok Demak
4.      Bahan, misalnya cincin emas, baju sutra
5.      Dan, misalnya suami istri, anak cucu
6.      Tentang, misalnya tata kota, gambar perahu
Makna kata majemuk  pada kata yang berkategori ajektiva, antara lain bermakna sifat, misalnya baik budi.
j.        Makna kata terikat konteks kalimat
Makna kata yang terikat konteks kalimat dengan sendirinya harus ditelusuri ketika kata itu telah berada dalam kalimat. Beberapa kata yang terikat konteks kalimat akan segera dikemukakan maknya berikut ini.
Adakalnya bermakna kadang kadang, sekali sekali, sekali waktu, misalnya dalam kalimat. “Kehidupan di dunia ini adakalanya senang adakalanya  susah.” Kata adakan bermakna mana ada, masakan, misalnya dalam kalimat, “adakan rusa menembak orang.”
Kata adalah bermakna: (1) identik dengan, misalnya dalam kalimat “Harimau adalah kucing ukuran besar. (2) sama maknanya sama dengan, misalnya dalam kalimat “Kata adalah satuan bahasa yang bermakna”; (3) termasuk dalam kelompok atau golongam, misalnya dalam kalimat, “Saya adalah anggota MLI.” (Masyarakat Linguistik Indonesia).
Kata adapun bermakna hal, mengenai, misalnya dalam kalimat, “Adapun pencuri itu telah di tangkap polisi”.
Kata akan bermakna: (1) menyatakan sesuatu yang akan terjadi, hendak, misalnya dalam kalimat, “Saya menyangka ia akan pegi: (2) kepada, misalnya dalam kalimat, “Jangan lupa akan orang tua kita: (3) mengenai, tentang, terhadap,misalnya dalam kalimat, “Akan uangnya di bank dibiarkannya saja: (4) untuk, misalnya dalam kalimat “Uang ini akan pembeli songkok”.
k.      Makna akronim
Akronim adalah pemendekan dua kata atau lebih menjadi satu kata saja. Dengan kata lain akronim merupakan kata. Maknanya merupakan kepanjangan kata tersebut. Jadi, kalau kita ingin mengetahui makna akronim adpel, maka harus diketahui lebih dahulu kepanjangan akronim adpel. Kepanjangan akronim adpel adalah administrsi pelabuhan. Maknanya, yakni di pelabuhan, terutama administrasinya.
Contoh lagi denga kalimat akronim amdal. Bagaimana proses pembentukannya? Akronim amdal dipendekkan dari kata kata analisis mengenai dampak lingkungan.
Di negera tercinta ini ada akronim Babinkumnas yang kepanjangannya Badan Pembinaan Hukum Nasional, Bakin yang kepanjangan Badan Koordinasi Intelijen Negara, serta Bakoptranas yang kepanjangannya Badan Koordinasi Penyelenggaraan Transmigrasi Nasional.
Apakah yang dapat disimpulkan berdasarkan uraian diatas? Kesimpulannya, yakni makna akronim adalah makna kepanjangan kata kata yang membentuk akronim tersebut. Akronim sudah dinggap kata.
l.        Makna singkatan
Berbeda dengan akronim, singkatan atau abreviasi teratur cara memendekkan kata menjadi unsurnya. Seperti contoh ABRI yang kepanjangannya adalah Angakatan Bersenjata Republik Indonesia. Pada singkatan ini diambil huruf pertama pada setiap unsur.
Kadang kadang singkatan sudah seperti kata. Karena itu, dapat dipendekkan atau disingkat lagi ketika singkatan tersebut ditambah dengan unsur lain. Misalnya, ABRI yang digabungkan dengan urutan kata masuk desa terbentuklah singkatan A.M.D. yang kepanjangannya ABRI Masuk Desa yang maknanya, juga dalam kepanjangan itu sendiri.
m.    Makna bentuk yang diplesetkan
Akhir akhir ini dalam penggunaan BI, meskipun tidak dalam situasi resmi, yakni gejala bentuk yang diplesetkan. Gejala bentuk yang diplesetkan menarik manarik untuk dibicarakan, terutama dilihat dari segi makna, pesan yang disampaikan. Bentuk yang diplesetkan merupakan tindak sewenang wenangan pemakai bahasa untuk menggunakan lambang tertentu yang tentu saja ingin memaknakan sesuatu.
Dalam hubungan dengan istilah bentuk yang diplesetkan, Heryanto membagi bentuk yang diplesetkan atas 3 jenis.
Subkategori pertama, yakni plesetan yang menuntut kemahiran, mengundang tawa penonton dengan mendistorsi kata sehingga terbentuk kata kata lain yang sebenarnya tidak mempunyai sangkut paut atan malahan tidak bermakna, tetapi kedengarannya lucu. Misalnya, kata kepala diplesetkan menjadi kelapa, tolong diplesetkan menjadi lontong, airport diplesetkan menjadi air pot, partisipasi diplesetkan menjadi partisisapi.
Subkategori kedua, yakni sejumlah graffiti yang mendistorsikan istilah peribumi menjadi sedikit keberatan tanpa sepenuhnya meleyapkan unsur pribumi itu. Contohnya: Perex diplesetkan menjadi perek= perempuan eksperimen; wheduz diplesetkan menjadi wedus (Jawa: Domba), ghendek diplesetkan menjadi gendeng (Jawa: Gila); warung Takashimura kependekan dari urutan kata tak kasih murah.
Pada plesetan jenis kedua ini terjadi penjegalan terhadap sesuatu yang sudah lazim. Misalnya: pepatah yang berbunyi tong kosong berbunyi nyaring, diplesetkan menjadi tong kosong berbunyi glondang. Jadi, kata nyaring diplesetkan menjadi glondang. Pepatah: sambil menyelam minum air, kata air diplesetkan menjadi kopi, sehingga pepatah itu berbunyi: sambil menyelam minum kopi.
Subkategori ketiga, yakni plesetan oposisi karena ia memberikan nalar dan acuan yang secara konfrontatif bertubrukan atau menjungkirbalikkakan apa yang sudah atau sedang lazim dalam masyarakat. Plesetan jensi ini bukan sekedar menggantikan satu tanda atau makna degan tanda atau makna lain, tetapi menjungkirbalikkan nilai perlawanan frontal terhadap tanda atau makna yang telah ada. Yang banyak menjadi sasaran plesetan jenis ini, yakni singkatan. Misalnya singkatan rumah sangat sederhana (RSS), diplesetkan menjadi rumah sangat sengsara; singkatan kitab undang undang hukum pidana (KHUP) diplesetkan menjadi kasih uang habis perkara, singkatan inpres desa tertinggal (IDT), diplesetkan menjadi iki duite teko = ini duitnya tiba (Jawa), dan dalam bahasa Gorontalo menjadi iliilangi doi tilayadu = berkurang uang yang dibagi.
Plesetan oposisi tampak pula pada pepatah, misalnya, sedikit sedikit, lama lama jadi bukit; kata bukit diplesetkan menjadi habis, sehingga pepatah itu berbunyi, sedikit sedikit, lama lama jadi habis. Ada pula pepatah yang berasal dari tukang kayu yang berbunyi bersakit sakit dahulu, bersenang senang kemudian; urutan kata bersenang senang kemudian diplesetkan menjadi bersakit sakit seterusnya, sehingga pepatah itu berbunyi, bersakit sakit dahulu bersakit sakit seterusnya.[6]
                       
BAB III
KESIMPULAN
Makna yang dimiliki oleh  setiap kata yang terdiri dari sejumlah komponen (yang disebut komponen makna) yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Komponen makna ini dapat dianalisis, dibutiri atau desebutkan satu persatu, berdasarkan “pengertian-pengertian” yang dimilikinya.
Menurut Tarski (dalam Palmer 1981;196), kalimat yang benar adalah kalimat yang menyatakan bahwa sebuah keadaan begini atau begitu dan keadaannya memang demikian. Pada umumnya, teori ini digunakan untuk mengetahui makna sebuah kalimat yang dihubungkan dengan kondisi tertu dan apabila kondisi itu benar, kalimat itu benar adanya.
Dalam melogikan teorinya, Traski menggunakan rumus sebagai berikut: S benar, jika dan hanya jika P
Kata merupakan momen kebahasaan yang bersama-sama dalam kalimat menyampaikan pesan dalam suatu komunikasi. Kata berwujud berbagai bentuk.



Daftar pustaka
Chaer,Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta. Rineka Cipta
Cummings, Louise. 2007. Pragmatik. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta. Rineka Cipta.
Masyarakat Indonesia majalah ilmu ilmu sosial, Lembaga ilmu pengetahuan Indonesia, Jakarta


[1] Mansur Padeta, Semantik Leksikal, Jakarta, Rineka Cipta, 2001.hal:78
[2] Abdul Chaer, Linguistik Umum, Jakarta, Rineka Cipta, 2007, hal: 318-322
[3] . Masyarakat Indonesia majalah ilmu ilmu sosial, Lembaga ilmu pengetahuan Indonesia, Jakarta, hal. 215
[4] Louise Cummings, Pragmatik, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007, hal:60
[6]  Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hal 133-156

No comments:

Post a Comment

Ucapan selamat hari raya idul fitri 2020 atau 1441 H

Hari raya idul fitri dirayakan oleh umat Islam khususnya yang bertepatan pada bulan Syawal, dengan cara saling meminta maaf kepada orang-ora...