BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Semantik merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji makna bahasa.
Keberadaan simantik sebagai salah satu ilmu yang mengkaji bahasa memiliki
pososi yang penting. Semantik yang memiliki posisi pengkajian makna dalam
sebuah bahasa tidak bisa dipungkiri lagi bahwa posisi ini sangat urgen,
bagaimana tidak, seperti yang diketahui bahwa tidak ada bahasa tanpa makna.[1]
Mengingat keberadaan simantik begitu penting maka seyogyanya kita perlu
memahami simantik secara menyeluruh, baik dari segi sejarah semantik, tokoh
semantik, pembahasan dalam semantik bahkan sampai aplikasinya.
Semantik sebagai salah satu cabang dalam kajian bahasa berbeda dengan
tataran analisis bahasa lainnya. Semantik merupakan ilmu yang erat kaitannya
dengan ilmu-ilmu seperti antropologi dan sosiologi.[2]
Keterkaitan antropologi dengan semantik dikarenakan analisis makna sebuah
bahasa dapat menyajikan klasifikasi praktis tentang kehidupan budaya
pemakainya. Sedangkan sosiologi memiliki keterkaitan dengan semantik karena
kenyataan dalam pemilihan kata dan ekspresi idiomatik yang khusus sering dapat
menandai identitas kelompok dalam masyarakat.
Selanjutnya, jika berbicara masalah semantik tidak lepas dari teori-teori
yang dipaparkan oleh para tokoh linguistik. Karena teori-teori yang berkenaan
dengan masalah ini sangatlah penting untuk di ketahui dan dipelajari sebagai
dasar pijakan dalam memahami makna. Pada makalah ini akan di jelaskan salah
satu teori dalam semantik yaitu teori behaviorisme. Salah satu penganut aliran
ini adalah linguis ternama yaitu Bloomfeld. Hal yang ingin di ketahui disini
adalah bagaimana kaum behaviorisme berbicara masalah semantik.
- Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pandangan
Bloomfield dan behaviorisme terhadap semantik?
2. Siapakah Bloomfield?
- Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui pandangan Bloomfield dan Behaviourisme
terhadap semantik.
2.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang Bloomfield
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Bloomfield dan Bhaviorisme Berbicara masalah semantik
Leonard Bloomfield merupakan seorang
ahli psikologi behaviourisme.
Menghasilkan karya agung yang berjudul Language (1933).
Konsep yang dibawa oleh beliau telah dijadikan sebagai aliran
struktural. Beliau menyatakan bahawa apa pun yang dilafazkan pasti
mempunyai struktur. Pandangan Bloomfield berasaskan teori Behaviorisme, yaitu
yang beranggapan bahwa tingkah laku manusia dapat ditanggapi oleh indera.
Skema Tindak Tutur (Teori
Behaviorisme).[3]
Setiap rangsangan (stimulus) akan
mewujudkan tindak balas (respons).
s = rangsangan penutur
(seseorang berujar)
r-s = berlaku proses pengubahsuaian
data (ujaran)
r = pendengar melahirkan gerak
balas (tanggapan pendengar)
Berdasarkan sketsa ini
makna berada dalam rentangan stimulus dan respons, antara rangsangan dan
jawaban. makna ditentukan oleh situasi yang berarti ditentukan oleh lingkungan.
karena itu, makna hanya dapat dipahami jika ada data yang dapat diamati yang
berada dalam lingkungan pengalaman manusia. contoh, seorang ibu menyuapkan sesendok bubur tim kepada bayinya.
sebelum ibu menyuapkan bubur itu, ibu berkata, “ mam… mam…” dan beersamaan
dengan itu ia menyuapkan bubur kemulut bayi .
Karena situasi semacan
itu berulang -ulang terjadi , bayi
memahami tadi kegiatan mengunyah sesuatu disebut makan , dan benda cair
yang biasa dikunyah disebut bubur , dengan kata lain bayi memahami makna melalui pembiasaan . Pada suatu hari ibu memperlihatkan pisang
dan bersamaan dengan itu , ibu mengatakan pisang. Si bayi memahami benda itu disebut pisang.Dengan kata lain,
proses memahami makna melalui
pengalaman dan datanya ada .Lama-lama yang sudah meningkat menjadi anak akan
bertanya sesuatu yang dilihatnya , apalagi jika anak telah berada pada tahap
lapar , nama .Pada waktu itu anak akan selalu bertanya, apa ini, apa itu. Anak mencoba menyebutnya, dan Ibu
mengukuhkannya. Dengan
kata lain, pemahaman makna melalui pengukuhan.
Jika respon yang dibuat mahluk hidup
menghasilkan stimulus maka akan memberikan kepuasan dari beberapa kebutuhan
atau keinginan (lebih teknis, jika mengurangi beban beberapa negara yang
mengalami kekurangan) dengan demikian itu diperkuat dan sebagai respon lebih
mungkin disajikan ketika menjadi stimulus yang sama pada hal berikutnya. Hal ini penting untuk menyadari
bahwa respon mungkin awalnya telah dibuat secara kebetulan. Kita tidak perlu
melibatkan gagasan tentang tujuan atau niat, dan tegas berbicara, kita tidak
harus menjelaskan perilaku yang diperkuat sehingga berhasil (karena niat
mengisyaratkan keberhasilan). Jika respon tidak diperkuat, kemungkinan itu akan
menjadi semakin kurang dan pada akhirnya akan padam, akan lebih cepat
dipadamkan oleh rangsangan permusuhan, atau hukuman. Berbicara dalam istilah
yang biasa lagi, kita dapat mengatakan bahwa mahluk hidup secara bertahap akan
belajar untuk menahan diri sehingga melakukan sesuatu karena mereka menyebabkan
rasa sakit atau hukuman dan akan belajar untuk melakukan hal-hal lain karena
mereka membawa kesenangan atau beberapa cara menghilangkan rasa sakit atau
tertekan. Hal ini merupakan prinsip-prinsip dasar bahwa teori pembelajaran
behavioris didirikan.
Sebuah pola perilaku dipelajari sebagai rantai
stimulus-respon refleks, sebagaimana dapat digambarkan sebagai berikut,
(S1 - R1) - (S2 -
R2) - (S3 -
R3) - …
Hal ini sebagai kesimpulan, misalnya: bahwa tata bahasa
diasumsikan harus dipelajari. Kata pertama dari suatu ucapan dihasilkan sebagai
respon (R1) terhadap beberapa stimulus eksternal (S1); produksi R1 kemudian
berfungsi sebagai stimulus (S2) kata yang kedua adalah respon (R2), dan
sebagainya. Hubungan kausal antara refleks S-R yang dibangun atas dasar
hubungan mereka sebelumnya. Umumnya, tentu saja, akan ada lebih dari satu
transisi yang mungkin dari satu kata ke kata yang berikutnya dalam ucapan
gramatikal dapat diterima, dan kekuatan ikatan asosiatif antara kata tertentu
dan penerusnya yang mungkin akan bervariasi sesuai dengan frekuensi yang mereka
miliki sehingga dikaitkan di masa lalu dan hubungan mereka diperkuat. Ini akan
menjadi jelas bahwa pandangan tentang struktur gramatikal sesuai sehingga untuk
pengembangan alami lebih lanjut dalam hal teori informasi. Untuk probabilitas
statistik dapat ditugaskan untuk masing-masing kumpulan penerus, mungkin pada
setiap titik transisi dari satu S-R refleks ke yang berikutnya.
Hal yang menonjol dalam versi sebelumnya dari behaviorisme,
yakni apa yang sekarang sering digambarkan sebagai behaviorisme klasik, hal
tersebut adalah gagasan tentang kondisi refleks. Bahkan, behaviorisme lahir,
sebagai doktrin psikologis yang khas, ketika Watson menarik dari pekerjaan
Pavlov pada pengkondisian refleks fisiologis implikasi bahwa gagasan ini dapat
digunakan untuk menjelaskan pengembangan asosiasi antara stimulus dan respon.
Pavlov telah menunjukkan bahwa air liur pada anjing, yang terjadi secara alami
atau naluriah sebagai respon fisiologis bersyarat ketika ada makanan, bisa
menimbulkan sebagai reaksi terhadap bunyi bel, ketika bel telah berbunyi
beberapa kali dalam hubungan dengan penyajian makanan. Makanan itu stimulus
berkondisi, dering bel stimulus terkondisi, dan air liur merupakan respon
bersyarat untuk makanan, tapi respon dikondisikan dengan bunyi bel. Demikian
pula, reaksi cinta, bersyarat (atau insting) dalam hubungannya dengan salah
satu rangsangan kecil, bisa dikondisikan untuk rangsangan pengganti lainnya
berdasarkan asosiasi, apakah kebetulan atau eksperimental dirancang, dari
stimulus digantikan dengan stimulus asli. Penguatan dapat mengkonversi respon
awal naluriah menjadi tanggapan yang dipelajari, seperti ketika bayi menangis
diperkuat oleh perhatian orang tua di berbagai negara atau rangsangan
berlawanan. Akhirnya, respons dapat digeneralisasi untuk semua rangsangan yang
menyerupai stimulus dengan respon yang awalnya terkait, dan semakin besar
kesamaan dalam rangsangan yang kuat akan semakin besar pula ikatan S-R
asosiatif yang dikembangkan.
Berbagai gagasan dasar mengenai teori behaviorisme. Satu hal
yang lebih umum dapat dilakukan sebelum kita mengetahui teori-teori behavioris
dengan mempertimbangkan makna. Mekanisme penguatan diasumsikan untuk beroperasi
sehingga sangat banyak cara yang sama seperti mekanisme seleksi alam dalam
biologi evolusi: seperti telah kita lihat, sejumlah refleks kecil diasumsikan
sebagai bawaan, tetapi sebagian besar tanggapan awalnya dibuat secara acak,
hubungan mereka dengan rangsangan tertentu ditetapkan pula oleh penguatan.
Analisis behaviourist Bloomfield tentang acara
pidato-imajiner berdasarkan gagasan pada kata yang sama atau ucapan-ucapan
sebagai pengganti rangsangan dan tanggapan. Ini layak untuk dibahas secara
rinci karena hal itu adalah salah satu dari jenis analisis bahwa setiap
behavioris merupakan awal, tetapi juga merupakan alasan yang lebih penting
untuk memberi perhatian khusus mengenai hal tersebut, karena Bloomfield adalah
salah satu tokoh paling berpengaruh dalam pengembangan studi bahasa ilmiah di
abad pertama sehingga dianggap lebih dari orang lain, Bloomfield bertanggung
jawab untuk memperkenalkan titik pandang behavioris dalam linguistik.
Contoh Bloomfield dari acara pidato adalah sebagai berikut. Jack dan Jill berjalan di
jalur yang sama.
Jack (lelaki) dan Jill(perempuan). Jill yang merasa lapar tiba-tiba melihat sebiji
Apel(s). Jill lalu membuat bising dengan
menggunakan tenggorokan(larynx), lidah dan bibir (r). Jack mendengar
bunyi yang dihasilkan oleh Jill (s) lalu memetik
epal yang diminta oleh Jill (r).
Didepan dijelaskan adanya stimulus , jawaban , situasi , kondisi ,
pengalaman , pembiasaan , dan adanya data. Untuk lebih jelas
perhatikan contoh berikut:
Hendrikus dan Jeane pergi kedesa. Hendrikus lapar, jadi ada stimulus berupa
lapar.Hendrikus melihat mangga. Hendrikus gembira karena rasa laparnya dapat
ditanggulangi dengan makan mangga ( moga-moga tidak akan saklit perut). Lapar, mangga, ingin makan
menimbulkan pilihan bagi Hendrikus .Pilhan itu , yakni Hendrikus meminta
bantuan Jeane, Hendrikus memeitik begitu saja buah mangga ( saratnya buah
mangga itu dalam batas jangkauan tangan Hendrikus), Hendrikus akan melompat sambil memetik buah mangga (
kondisinya , yakni pohon mangga tempat buah berada, agak tinggi ). Hendrikus
atau Jeane akan memanjat ( Jeane tidak mungkin sebab ia perempuan ). Hendrikus
akan menjolok buah mangga ( syaratnya harus ada galah), atau baik Hendrikus maupun Jeane akan
melempar buah mangga ( syaratnya harus ada batu atau pelanting yakni sepotong
kayu atau cabang pohon yang digunakan untuk melempar ).
Dikaitkan dengan makna contoh ini memperlihatkan adanya
keharusan menggunakan lambang berupa kata batu, galah, makan,
mangga, melempar
, melompat, memanjat, menjolok, lapar, dan pelanting. Hendrikus memahamai
bahwa kalau perut sudah keroncogan itu
tandanya lapar. Itu
sebabnya Hendrikus berkata kepada Jeane,“Saya lapar”. Dengan kata lain maka lapar ditandai oleh
adanya perut yang kerencongan.
Untuk mnengataasi lapar, orang harus makan. Muncullah kata makan. Dengan kata lain, Hendrikus
memahami bahwa makan adalah memasukkan sesuatu melalui mulut untulk mengatasi
lapar. Perasanaan lapar, dan harus makan menimbulkan keinginan
mencari sesuatu. Kebetulan
dihadapan mereka ada mangga.
Lahir kata mangga.
Dengan kata lain, makna mangga adalah sejenis buah yang dapat dimakan
untuk mengatasi rasa lapar.[4]
Situasi lapar yang
menimbulkan kegiatan untuk mengatasinya
akan berlaku jika syarat-syarat tertuntu dipenuhi. Contoh untuk mengatasia lapar yang diikuti oleh kegiatan makan, syarat adanya sesuatu yang akan dinamakan
harus ada.Untuk menjolok mangga, sayarat yang harus dipenuihi, yakni adanya galah. Berdasarkan stimulus, jawaban, kondisi,
situasi, pengalamnan, pembiasaannya, dan adanya data memungkinkan seseoarng
memahami makna. Faktor-faktor ini mengalami
proses diganti dalam komunikasi
Maksudnya perut yang mengalami kerencongan diganti kata lapar, buah yang tergantung pada pohonnya disebut atau diganti
dengan mangga. Dengan kata lain,
makna dipahami melalui proses mengganti. Penjelasan
rinci tentang semantic behaviouris
terdapat dalam Lyions (
I,1977:120-137).
B. Sekilas Biografi Bloomfield
Leonard
Bloomfield lahir di Chicago.
Ia masuk
Harvard pada tahun 1903, menyelesaikan studi dalam 3 tahun. Pada usia 19 Ia mulai bekerja
di studi
pascasarjana Jerman di University of Wisconsin di Madison, di mana ia menjabat
sebagai asisten dosen. Di sini ia bertemu dengan ahli linguistik Eduard
Prokosch, ia kemudian
bertekad untuk menjadi seorang ahli bahasa. Setelah dua tahun bekerja di
Wisconsin, ia pergi ke Universitas Chicago untuk melanjutkan studi di
perbandingan-sejarah linguistik dan Germanics. Dia juga belajar bahasa
Sansekerta, pamannya adalah Maurice Bloomfield, seorang profesor terkenal dari
bahasa Sansekerta dan linguistik komparatif.[5]
Setelah
mendapatkan gelar Ph.D. pada tahun 1909 pada usia 22 tahun, Bloomfield
mengajar di Jerman di University of Cincinnati dan kemudian University of
Illinois. Pada tahun 1913 ia diangkat sebagai Asisten Profesor Filologi
Perbandingan di University of Illinois, dan mengajar di sana sampai 1921. Pada
saat itu ia menerima jabatan profesor di Ohio State, di mana ia mengajar sampai
1927. Pada musim panas 1925, ia menjadi seorang etnolog Asisten di
Departemen Pertambangan Kanada di Ottawa, posisi yang memungkinkan dia untuk
melaksanakan penelitian lapangan pada bahasa-bahasa asli Amerika. Pada
tahun 1927 ia mengambil posisi bergengsi sebagai Profesor Filologi Jerman di
University of Chicago. Di musim panas 1938-1940 ia mengajar linguistik di
Institute America Linguistik dan University of Michigan di Ann Arbor.
Pada tahun 1914
Bloomfield menulis buku An Introduction
to Linguistic Science. Artikelnya juga banyak diterbitkan dalam jurnal Language yang didirikan oleh Linguistic Society of America tahun
1924. Pada tahun 1933 sarjana ini menerbitkankan buku Language yang mengungkapkan pandangan behaviorismenya tentang fakta
bahasa, yakni stimulus-response atau
rangsangan-tanggapan. Teori ini dimanfaatkan oleh Skinner (1957) dari
Universitas Harvard dalam pengajaran bahasa melalui teknik drill.
Bloomfield beserta pengikutnya menguasai percaturan linguistik selama lebih
dari 20 tahun. Selama kurun waktu itu kaum Bloomfieldian berusaha menulis tata
bahasa deskriptif dari bahasa-bahasa yang belum memiliki aksara. Kaum
Bloomfieldian telah berjasa meletakkan dasar-dasar bagi penelitian linguistik
di masa setelah itu.
BAB
III
PENUTUP
- Kesimpulan
Sikap
umum penganut aliran behavirois
yaitu:
(i) penganut pandangan behavirois tidak terlalu yakin dengan istilah - istilah
yang bersifat mentalitis berupa mind, concept, dan idea ;(ii)
tidak ada perbedaan esensial antara tingkah laku manusia dengan tingkah laku
hewan ; (iii) mementingkan factor belajar dan kurang yakin terhadap factor –
factor bawaan ; dan (iv) mekanismenya atau determinasinya.
Telah
diketahui formula umum yang berlaku bagi penganut aliran beharvioris, yakni
hubungan antara rangsangan dan reaksi yang biasa digambarkan:

Berdasarkan
sketsa ini makna berada dalam rentangan stimulus dan respons, antara rangsangan
dan jawaban. makna ditentukan oleh situasi yang berarti ditentukan oleh
lingkungan. karena itu, makna hanya dapat dipahami jika ada data yang dapat
diamati yang berada dalam lingkungan pengalaman manusia.
DAFTAR
RUJUKAN
Ainin, Moh. dan Asrori, Imam. 2008. Semantik
Bahasa Arab. Surabaya: Hilal.
Kemmer, Suzanne. Biographical
sketch of Leonard Bloomfield. http://www.ruf.rice.edu/~kemmer/Found/bloomfieldbio.html.
Diakses 20 Desember 2012
Kentjono, 1990. Dasar Dasar Linguistik Umum.
Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Pateda, Mansoer. 2010. Semantik
Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta
Riadl, Fahmi. http://rsbikaltim.blogspot.com/2011/12/semantik-makna-dan-pemakaian-bahasa.html
Diakses 20 desember 2012
No comments:
Post a Comment