Friday, March 13, 2020

SEMANTIK DALAM PANDANGAN BLOOMFIELD DAN BEHAVIOURISME


BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Semantik merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji makna bahasa. Keberadaan simantik sebagai salah satu ilmu yang mengkaji bahasa memiliki pososi yang penting. Semantik yang memiliki posisi pengkajian makna dalam sebuah bahasa tidak bisa dipungkiri lagi bahwa posisi ini sangat urgen, bagaimana tidak, seperti yang diketahui bahwa tidak ada bahasa tanpa makna.[1]
Mengingat keberadaan simantik begitu penting maka seyogyanya kita perlu memahami simantik secara menyeluruh, baik dari segi sejarah semantik, tokoh semantik, pembahasan dalam semantik bahkan sampai aplikasinya.
Semantik sebagai salah satu cabang dalam kajian bahasa berbeda dengan tataran analisis bahasa lainnya. Semantik merupakan ilmu yang erat kaitannya dengan ilmu-ilmu seperti antropologi dan sosiologi.[2] Keterkaitan antropologi dengan semantik dikarenakan analisis makna sebuah bahasa dapat menyajikan klasifikasi praktis tentang kehidupan budaya pemakainya. Sedangkan sosiologi memiliki keterkaitan dengan semantik karena kenyataan dalam pemilihan kata dan ekspresi idiomatik yang khusus sering dapat menandai identitas kelompok dalam masyarakat.
Selanjutnya, jika berbicara masalah semantik tidak lepas dari teori-teori yang dipaparkan oleh para tokoh linguistik. Karena teori-teori yang berkenaan dengan masalah ini sangatlah penting untuk di ketahui dan dipelajari sebagai dasar pijakan dalam memahami makna. Pada makalah ini akan di jelaskan salah satu teori dalam semantik yaitu teori behaviorisme. Salah satu penganut aliran ini adalah linguis ternama yaitu Bloomfeld. Hal yang ingin di ketahui disini adalah bagaimana kaum behaviorisme berbicara masalah semantik.




  1. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Pandangan Bloomfield dan behaviorisme terhadap semantik?
2.      Siapakah Bloomfield?

  1. Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pandangan Bloomfield dan Behaviourisme terhadap semantik.
2.      Untuk mengetahui lebih jauh tentang Bloomfield























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Bloomfield dan Bhaviorisme Berbicara masalah semantik
Leonard Bloomfield merupakan seorang ahli psikologi behaviourisme. Menghasilkan karya agung yang berjudul Language (1933). Konsep yang dibawa oleh beliau telah dijadikan sebagai aliran struktural. Beliau menyatakan bahawa apa pun yang dilafazkan pasti mempunyai struktur. Pandangan Bloomfield berasaskan teori Behaviorisme, yaitu yang beranggapan bahwa tingkah laku manusia dapat ditanggapi oleh indera.
Skema Tindak Tutur (Teori Behaviorisme).[3]
Setiap rangsangan (stimulus) akan mewujudkan tindak balas (respons).

s                 = rangsangan penutur (seseorang berujar)
r-s              = berlaku proses pengubahsuaian data (ujaran)
r                 = pendengar melahirkan gerak balas (tanggapan pendengar)

Berdasarkan sketsa ini makna berada dalam rentangan stimulus dan respons, antara rangsangan dan jawaban. makna ditentukan oleh situasi yang berarti ditentukan oleh lingkungan. karena itu, makna hanya dapat dipahami jika ada data yang dapat diamati yang berada dalam lingkungan pengalaman manusia. contoh, seorang ibu  menyuapkan sesendok bubur tim kepada bayinya. sebelum ibu menyuapkan bubur itu, ibu berkata, “ mam… mam…” dan beersamaan dengan itu ia menyuapkan bubur kemulut bayi .
Karena situasi semacan itu  berulang -ulang terjadi , bayi memahami tadi kegiatan mengunyah sesuatu disebut makan , dan benda    cair  yang biasa dikunyah disebut bubur , dengan kata lain bayi memahami  makna melalui pembiasaan  . Pada suatu hari ibu memperlihatkan pisang dan bersamaan dengan itu , ibu mengatakan pisang. Si bayi memahami  benda itu disebut pisang.Dengan kata lain, proses memahami makna   melalui pengalaman dan datanya ada .Lama-lama yang sudah meningkat menjadi anak akan bertanya sesuatu yang dilihatnya , apalagi jika anak telah berada pada tahap lapar , nama .Pada waktu itu anak akan selalu bertanya, apa ini, apa itu. Anak mencoba menyebutnya, dan Ibu mengukuhkannya. Dengan kata lain, pemahaman makna melalui pengukuhan.
Jika respon yang dibuat mahluk hidup menghasilkan stimulus maka akan memberikan kepuasan dari beberapa kebutuhan atau keinginan (lebih teknis, jika mengurangi beban beberapa negara yang mengalami kekurangan) dengan demikian itu diperkuat dan sebagai respon lebih mungkin disajikan ketika menjadi stimulus yang sama pada hal berikutnya. Hal ini penting untuk menyadari bahwa respon mungkin awalnya telah dibuat secara kebetulan. Kita tidak perlu melibatkan gagasan tentang tujuan atau niat, dan tegas berbicara, kita tidak harus menjelaskan perilaku yang diperkuat sehingga berhasil (karena niat mengisyaratkan keberhasilan). Jika respon tidak diperkuat, kemungkinan itu akan menjadi semakin kurang dan pada akhirnya akan padam, akan lebih cepat dipadamkan oleh rangsangan permusuhan, atau hukuman. Berbicara dalam istilah yang biasa lagi, kita dapat mengatakan bahwa mahluk hidup secara bertahap akan belajar untuk menahan diri sehingga melakukan sesuatu karena mereka menyebabkan rasa sakit atau hukuman dan akan belajar untuk melakukan hal-hal lain karena mereka membawa kesenangan atau beberapa cara menghilangkan rasa sakit atau tertekan. Hal ini merupakan prinsip-prinsip dasar bahwa teori pembelajaran behavioris didirikan.
Sebuah pola perilaku dipelajari sebagai rantai stimulus-respon refleks, sebagaimana dapat digambarkan sebagai berikut,

(S1 -       R1) -       (S2 -       R2) -        (S3 -       R3) -         …

Hal ini sebagai kesimpulan, misalnya: bahwa tata bahasa diasumsikan harus dipelajari. Kata pertama dari suatu ucapan dihasilkan sebagai respon (R1) terhadap beberapa stimulus eksternal (S1); produksi R1 kemudian berfungsi sebagai stimulus (S2) kata yang kedua adalah respon (R2), dan sebagainya. Hubungan kausal antara refleks S-R yang dibangun atas dasar hubungan mereka sebelumnya. Umumnya, tentu saja, akan ada lebih dari satu transisi yang mungkin dari satu kata ke kata yang berikutnya dalam ucapan gramatikal dapat diterima, dan kekuatan ikatan asosiatif antara kata tertentu dan penerusnya yang mungkin akan bervariasi sesuai dengan frekuensi yang mereka miliki sehingga dikaitkan di masa lalu dan hubungan mereka diperkuat. Ini akan menjadi jelas bahwa pandangan tentang struktur gramatikal sesuai sehingga untuk pengembangan alami lebih lanjut dalam hal teori informasi. Untuk probabilitas statistik dapat ditugaskan untuk masing-masing kumpulan penerus, mungkin pada setiap titik transisi dari satu S-R refleks ke yang berikutnya.
Hal yang menonjol dalam versi sebelumnya dari behaviorisme, yakni apa yang sekarang sering digambarkan sebagai behaviorisme klasik, hal tersebut adalah gagasan tentang kondisi refleks. Bahkan, behaviorisme lahir, sebagai doktrin psikologis yang khas, ketika Watson menarik dari pekerjaan Pavlov pada pengkondisian refleks fisiologis implikasi bahwa gagasan ini dapat digunakan untuk menjelaskan pengembangan asosiasi antara stimulus dan respon. Pavlov telah menunjukkan bahwa air liur pada anjing, yang terjadi secara alami atau naluriah sebagai respon fisiologis bersyarat ketika ada makanan, bisa menimbulkan sebagai reaksi terhadap bunyi bel, ketika bel telah berbunyi beberapa kali dalam hubungan dengan penyajian makanan. Makanan itu stimulus berkondisi, dering bel stimulus terkondisi, dan air liur merupakan respon bersyarat untuk makanan, tapi respon dikondisikan dengan bunyi bel. Demikian pula, reaksi cinta, bersyarat (atau insting) dalam hubungannya dengan salah satu rangsangan kecil, bisa dikondisikan untuk rangsangan pengganti lainnya berdasarkan asosiasi, apakah kebetulan atau eksperimental dirancang, dari stimulus digantikan dengan stimulus asli. Penguatan dapat mengkonversi respon awal naluriah menjadi tanggapan yang dipelajari, seperti ketika bayi menangis diperkuat oleh perhatian orang tua di berbagai negara atau rangsangan berlawanan. Akhirnya, respons dapat digeneralisasi untuk semua rangsangan yang menyerupai stimulus dengan respon yang awalnya terkait, dan semakin besar kesamaan dalam rangsangan yang kuat akan semakin besar pula ikatan S-R asosiatif yang dikembangkan.
Berbagai gagasan dasar mengenai teori behaviorisme. Satu hal yang lebih umum dapat dilakukan sebelum kita mengetahui teori-teori behavioris dengan mempertimbangkan makna. Mekanisme penguatan diasumsikan untuk beroperasi sehingga sangat banyak cara yang sama seperti mekanisme seleksi alam dalam biologi evolusi: seperti telah kita lihat, sejumlah refleks kecil diasumsikan sebagai bawaan, tetapi sebagian besar tanggapan awalnya dibuat secara acak, hubungan mereka dengan rangsangan tertentu ditetapkan pula oleh penguatan.
Analisis behaviourist Bloomfield tentang acara pidato-imajiner berdasarkan gagasan pada kata yang sama atau ucapan-ucapan sebagai pengganti rangsangan dan tanggapan. Ini layak untuk dibahas secara rinci karena hal itu adalah salah satu dari jenis analisis bahwa setiap behavioris merupakan awal, tetapi juga merupakan alasan yang lebih penting untuk memberi perhatian khusus mengenai hal tersebut, karena Bloomfield adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam pengembangan studi bahasa ilmiah di abad pertama sehingga dianggap lebih dari orang lain, Bloomfield bertanggung jawab untuk memperkenalkan titik pandang behavioris dalam linguistik.
Contoh Bloomfield dari acara pidato adalah sebagai berikut. Jack dan Jill berjalan di  jalur yang sama. Jack (lelaki) dan Jill(perempuan). Jill yang merasa lapar tiba-tiba melihat sebiji Apel(s). Jill lalu membuat bising dengan menggunakan tenggorokan(larynx), lidah dan bibir (r). Jack mendengar bunyi yang dihasilkan oleh Jill (s) lalu memetik epal yang diminta oleh Jill (r).
Didepan dijelaskan adanya stimulus , jawaban , situasi , kondisi , pengalaman , pembiasaan , dan adanya data. Untuk lebih jelas perhatikan contoh berikut:
Hendrikus dan Jeane pergi kedesa. Hendrikus lapar, jadi ada stimulus berupa lapar.Hendrikus melihat mangga. Hendrikus gembira karena rasa laparnya dapat ditanggulangi dengan makan mangga ( moga-moga tidak akan saklit perut). Lapar, mangga, ingin makan menimbulkan pilihan bagi Hendrikus .Pilhan itu , yakni Hendrikus meminta bantuan Jeane, Hendrikus memeitik begitu saja buah mangga ( saratnya buah mangga itu dalam batas jangkauan tangan Hendrikus), Hendrikus akan  melompat sambil memetik buah mangga ( kondisinya , yakni pohon mangga tempat buah berada, agak tinggi ). Hendrikus atau Jeane akan memanjat ( Jeane tidak mungkin sebab ia perempuan ). Hendrikus akan menjolok buah mangga ( syaratnya harus ada galah), atau baik Hendrikus maupun Jeane akan melempar buah mangga ( syaratnya harus ada batu atau pelanting yakni sepotong kayu atau cabang pohon yang digunakan untuk melempar ).
Dikaitkan  dengan makna contoh ini memperlihatkan adanya keharusan menggunakan lambang berupa kata batu, galah, makan, mangga, melempar , melompat, memanjat, menjolok, lapar, dan pelanting. Hendrikus memahamai bahwa  kalau perut sudah keroncogan itu tandanya lapar. Itu sebabnya Hendrikus berkata kepada Jeane,“Saya lapar”. Dengan kata lain maka lapar ditandai oleh adanya perut yang kerencongan. Untuk mnengataasi lapar, orang harus makan. Muncullah kata makan. Dengan kata lain, Hendrikus memahami bahwa makan adalah memasukkan sesuatu melalui mulut untulk mengatasi lapar. Perasanaan  lapar, dan harus makan menimbulkan keinginan mencari sesuatu. Kebetulan dihadapan mereka ada mangga. Lahir kata mangga. Dengan kata lain, makna mangga adalah sejenis buah yang dapat dimakan untuk mengatasi rasa lapar.[4]
Situasi lapar yang menimbulkan  kegiatan untuk mengatasinya akan berlaku jika syarat-syarat tertuntu dipenuhi. Contoh untuk mengatasia  lapar yang diikuti  oleh kegiatan makan, syarat adanya sesuatu yang akan dinamakan harus ada.Untuk menjolok mangga, sayarat yang harus dipenuihi, yakni adanya galah. Berdasarkan stimulus, jawaban, kondisi, situasi, pengalamnan, pembiasaannya, dan adanya data memungkinkan seseoarng memahami makna. Faktor-faktor  ini mengalami  proses diganti dalam  komunikasi Maksudnya perut yang mengalami kerencongan diganti kata lapar, buah yang  tergantung pada pohonnya disebut atau diganti dengan mangga. Dengan kata lain, makna dipahami melalui proses mengganti. Penjelasan rinci tentang semantic  behaviouris terdapat dalam  Lyions ( I,1977:120-137).  

B.     Sekilas Biografi Bloomfield
Leonard Bloomfield lahir di Chicago. Ia masuk Harvard pada tahun 1903, menyelesaikan studi dalam 3 tahun. Pada usia 19 Ia mulai bekerja di studi pascasarjana Jerman di University of Wisconsin di Madison, di mana ia menjabat sebagai asisten dosen. Di sini ia bertemu dengan ahli linguistik Eduard Prokosch, ia kemudian bertekad untuk menjadi seorang ahli bahasa. Setelah dua tahun bekerja di Wisconsin, ia pergi ke Universitas Chicago untuk melanjutkan studi di perbandingan-sejarah linguistik dan Germanics. Dia juga belajar bahasa Sansekerta, pamannya adalah Maurice Bloomfield, seorang profesor terkenal dari bahasa Sansekerta dan linguistik komparatif.[5]
Setelah mendapatkan gelar Ph.D. pada tahun 1909 pada usia 22 tahun, Bloomfield mengajar di Jerman di University of Cincinnati dan kemudian University of Illinois. Pada tahun 1913 ia diangkat sebagai Asisten Profesor Filologi Perbandingan di University of Illinois, dan mengajar di sana sampai 1921. Pada saat itu ia menerima jabatan profesor di Ohio State, di mana ia mengajar sampai 1927. Pada musim panas 1925, ia menjadi seorang etnolog Asisten di Departemen Pertambangan Kanada di Ottawa, posisi yang memungkinkan dia untuk melaksanakan penelitian lapangan pada bahasa-bahasa asli Amerika. Pada tahun 1927 ia mengambil posisi bergengsi sebagai Profesor Filologi Jerman di University of Chicago. Di musim panas 1938-1940 ia mengajar linguistik di Institute America Linguistik dan University of Michigan di Ann Arbor.
Pada tahun 1914 Bloomfield menulis buku An Introduction to Linguistic Science. Artikelnya juga banyak diterbitkan dalam jurnal Language yang didirikan oleh Linguistic Society of America tahun 1924. Pada tahun 1933 sarjana ini menerbitkankan buku Language yang mengungkapkan pandangan behaviorismenya tentang fakta bahasa, yakni stimulus-response atau rangsangan-tanggapan. Teori ini dimanfaatkan oleh Skinner (1957) dari Universitas Harvard dalam pengajaran bahasa melalui teknik drill.
Bloomfield beserta pengikutnya menguasai percaturan linguistik selama lebih dari 20 tahun. Selama kurun waktu itu kaum Bloomfieldian berusaha menulis tata bahasa deskriptif dari bahasa-bahasa yang belum memiliki aksara. Kaum Bloomfieldian telah berjasa meletakkan dasar-dasar bagi penelitian linguistik di masa setelah itu.

BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan
Sikap umum penganut aliran behavirois yaitu: (i) penganut pandangan behavirois tidak terlalu yakin dengan istilah - istilah yang bersifat mentalitis berupa mind, concept, dan idea ;(ii) tidak ada perbedaan esensial antara tingkah laku manusia dengan tingkah laku hewan ; (iii) mementingkan factor belajar dan kurang yakin terhadap factor – factor bawaan ; dan (iv) mekanismenya atau determinasinya.
Telah diketahui formula umum yang berlaku bagi penganut aliran beharvioris, yakni hubungan antara rangsangan dan reaksi yang biasa digambarkan:
S                           R
Berdasarkan sketsa ini makna berada dalam rentangan stimulus dan respons, antara rangsangan dan jawaban. makna ditentukan oleh situasi yang berarti ditentukan oleh lingkungan. karena itu, makna hanya dapat dipahami jika ada data yang dapat diamati yang berada dalam lingkungan pengalaman manusia.














DAFTAR RUJUKAN

Ainin, Moh. dan Asrori, Imam. 2008. Semantik Bahasa Arab. Surabaya: Hilal.
Kemmer, Suzanne. Biographical sketch of Leonard Bloomfield. http://www.ruf.rice.edu/~kemmer/Found/bloomfieldbio.html. Diakses 20 Desember 2012
Kentjono, 1990. Dasar Dasar Linguistik Umum. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta


[1]. Ainin dan Asrori, Semantik bahasa Arab, hal. V
[2] . Joko Kentjono, Dasar-dasar linguistik umum, hal. 73
[3] . Fahmi Riadl, http://rsbikaltim.blogspot.com/2011/12/semantik-makna-dan-pemakaian-bahasa.html

[4] . Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Hal. 66
[5] . Suzanne Kemmer, Biographical sketch of Leonard Bloomfield

No comments:

Post a Comment

Ucapan selamat hari raya idul fitri 2020 atau 1441 H

Hari raya idul fitri dirayakan oleh umat Islam khususnya yang bertepatan pada bulan Syawal, dengan cara saling meminta maaf kepada orang-ora...