Saturday, June 8, 2019

HERMENEUTIKA


KATA PENGANTAR




Bismillaahirrahmaanirrahim…

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas mata kuliah “Filsafat Ilmu” yang berjudul “ Epistemologi Ilmu : Hermeneutika “ dengan baik dan lancar.
Ucapan terimakasih kepada Dosen Pengampu “Bapak Dr. Muhammad In’am Esha, MA.” yang telah memberikan bimbingan dan teman-teman serta orang-orang yang berjasa dalam penyelesaian tugas ini. Kritik dan saran dalam penulisan dan isi sangat diharapkan karena  kami masih pemula dan untuk perbaikan selanjutnya.


                                                                           Malang, ..... November 20

                                                                                                      Penulis,
                                                                                                  














DAFTAR ISI


Halaman Judul                                                                                            i
Kata Pengantar                                                                                            ii                            
Daftar Isi                                                                                                     iii                                                                                                                                                                                 
BAB I  PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah                                                               1                            
B.     Rumusan Masalah                                                                        2
C.     Tujuan                                                                                          2                                        
BAB II PEMBAHASAN

A.    Asal-usul dan pengertian Hermeneutika                                      3
B.     Hermeneutika Dalam Pandangan Filosofi                                   5
                                                                                                                                   
BAB III PENUTUP                                                                                  
Kesimpulan                                                                                                 8                            
Daftar Pustaka                                                                                            9


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Salah satu ciri khas filsafat dewasa ini adalah perhatiannya kepada bahasa. Tentu saja, bahasa bukan merupakan tema baru dalam filsafat. Minat untuk masalah-masalah yang menyangkut bahasa telihat sepanjang sejarah filsafat, sudah sejak permulaannya di Yunani. Namun demikian, perhatian filosofis untuk bahasa itu belum pernah begitu umum, begitu luas dan begitu mendalam seperti dalam abad ke-20. Dikatakan pula bahwa pada zaman ini bahasa memainkan peranan yang dapat dibandingkan dengan being (ada) dalam filsafat klasik dulu. Karena terdapat kemiripan tertentu, yaitu keduanya bersifat universal. Hanya saja being adalah universal dari sudut objektif: “ada” meliputi segala sesuatu; apa saja merupakan being. Sedangkan bahasa adalah universal dari sudut subjektif: bahasa meliputi segala sesuatu yang dikatakan dan diungkapkan.; makna atau arti hanya timbul dalam hubungan dengan bahasa.
 Bahasa adalah tema yang dominan dalam filsafat Eropa kontinental maupun filsafat Inggris dan Amerika. Di mana-mana dapat kita saksikan thelinguistic turn; di mana-mana refleksi filosofis berbalik kepada bahasa. Dan tidak sedikit aliran mengambil bahasa sebagai pokok pembicaraan yang hampir eksklusif, seperti misalnya hermeneutika, strukturalisme, semiotika, dan filsafat analitis.
Hermeneutika adalah kata yang sering didengar dalam bidang teologi, filsafat, bahkan sastra. Hermeneutik Baru muncul sebagai sebuah gerakan dominan dalam teologi Protestan Eropa, yang menyatakan bahwa hermeneutika merupakan “titik fokus” dari isu-isu teologis sekarang. Martin Heidegger tak henti-hentinya mendiskusikan karakter hermeneutis dari pemikirannya. Filsafat itu sendiri, kata Heidegger, bersifat (atau harus bersifat) “hermeneutis”.
Dari pemaparan tersebut di atas, maka kelompok kami mencoba memaparkan tentang filsafat hermeneutika secara global
B.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana asal-usul dan pengertian Hermeneutika?
2.      Bagaimana Hermeneutika Dalam Pandangan Filosofi?

C.       Tujuan
Untuk mengetahui asal-usul dan pengertian Hermeneutika dan bagaimana Hermeneutika Dalam Pandangan Filosofi.
.





















BAB II
PEMBAHASAN

A.      Asal-usul dan pengertian Hermeneutika
Istilah hermeneutika sering dalam tradisi Yunani diasosiasikan dengan Hermes. Hermes adalah seorang utusan yang bertugas menyampaikan pesan Jupiter kepada manusia. Menurut mits, Hermes bertugas menasirkan kehendak dewata dengan bantuan kata-kata  manusia. Oleh karena itu, Hermes harus mampu menginterpretasikan atau menyadur sebuah pesan ke dalam bahasa yang digunakan oleh pendengarnya. Sejak itulah, Hermes merupakan symbol seorang duta yang dibebani dengan misi khusus. Pengertian dari mitologi ini, seringkali dapat menjelaskan pengertian hermeneutika teks-teks kitab suci, yaitu menafsirkan kehendak Tuhan sebagaimana terkandung di dalam ayat-ayat berbagai kitab suci. [1]
Dengan menelusuri akar kata paling awal dalam Yunani, orisinalitas kata modern dari “hermeneutika” dan “hermeneutis” mengasumsikan proses “membawa sesuatu untuk dipahami”, terutama seperti proses ini melibatkan bahasa, karena bahasa merupakan mediasi paling sempurna dalam proses. [2]
Mediasi dan proses membawa pesan “agar dipahami” yang diasosiasikan dengan Hermes ini terkandung di dalam tiga bentuk makna dasar darihermēneuien dan hermēneia dalam penggunaan aslinya. Tiga bentuk ini menggunakan bentuk kata kerja dari hermēneuein, yaitu: (1) mengungkapkan kata-kata, misalnya “to say”; (2) menjelaskan; (3)menerjemahkan. Ketiga makna itu bisa diwakilkan dalam bentuk kata kerja bahasa Inggris, “to interpret.” Tetapi masing-masing ketiga makna itu membentuk sebuah makna independen dan signifikan bagi interpretasi.[3] 
Sebagai turunan dari simbol dewa, hermeneutika berarti suatu ilmu yang mencoba menggambarkan bagaimana sebuah kata atau suatu kejadian pada waktu dan budaya yang lalu dapat dimengerti dan menjadi bermakna secara eksistensial dalam situasi sekarang. Dengan kata lain, hermeneutika merupakan teori pengoperasian pemahaman dalam hubungannya dengan interpretasi terhadap sebuah Teks.[4]
Secara etimologis, kata ‘hermeneutik’ atau ‘hermeneutika’ berasal dari bahasa Inggris hermeneutics. Kata hermeneutics sendiri berasal dari bahasa Yunani hermeneuo yang berarti ‘mengungkapkan pikiran-pikiran seseorang dalam kata-kata’ atauhermeneuein yang berarti ‘menafsirkan’ dan hermeneia yang berarti ‘penafsiran’. Kata hermeneuo juga bermakna ‘menerjemahkan’ atau ‘bertindak sebagai penafsir’. Dari beberapa makna ini dapat disimpulkan bahwa hermeneutik adalah ‘usaha untuk beralih dari sesuatu yang relatif gelap kepada sesuatu yang lebih terang’ atau ‘proses mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti’.[5]
Tiga makna hermeneutis yang mendasar yaitu :
a.         Mengungkapkan sesuatu yang tadinya masih dalam pikiran melalui kata-kata sebagai medium penyampaian.
b.        Menjelaskan secara rasional sesuatu sebelum masih samar- samar sehingga maknanya dapat dimengerti
c.         Menerjemahkan suatu bahasa yang asing ke dalam bahasa lain.
Tiga  pengertian tersebut terangkum dalam pengertian ”menafsirkan” – interpreting, understanding.

B.       Hermeneutika Dalam Pandangan Filosofi

1.         Friedrich Ernst Daniel Schleiermarcher
Hermeneutika sebagai metode interpretasi dan menganggap semua teks dapat menjadi objek kajian hermeneutka. Hermeneutika adalah sebuah teori tentang penjabaran dan interpretasi teks mengani konsep-konsep tradisional kitab suci dan dogma. Makna bukan sekedar isyarat yang dibawa oleh bahasa, sebab bahasa dapat mengungkakan sebuah realitas dengan jelas, tetapi pada saat yang sama dapat menyembunyikan rapat-rapat.
Schleiermacher menawarkan sebuah metode rekonstruksi histories, objektif dan subjektif terhadap sebuah pernyataan, membahas dengan bahasa secara keseluruhan. Tugas utama hermeneutika adalah memahami teks sebaik atau bahkan lebih baik daripada pengarangnya sendiri dan memahami pengarang teks lebih baik daripada memahami diri sendiri.[6]
Model hermeneutika Schleiermacher meliputi dua hal :
a.         Pemahaman teks melalui penguasaan terhadap aturan-aturan sintaksis bahasa pengarang sehingga menggunakan pendekatan linguistic.
b.        Penangkapan muatan emosional dan batiniah pengarang secara intuitif dengan menempatkan diri penafsir ke dalam dunia batin pengarang.
Dengan demikian, terdapat makna autentik dari sebuah teks, sebua teks tidak mungkin bertujuan  (telos).
2.        Wilhelm Dilthey
Hermeneutika pada dasarnya bersifat menyejarah, makna tidak pernah berhenti pada satu masa, tetapi selalu berubah menurut modifikasi sejarah.
3.        Martin Heidgger
Pemikiran filsafat Heidgger meliputi dua periode sebagai berikut :
a.         Periode 1 meliputi hakikat tentang “ada” dan “waktu”. Manusia adalah satu-satunya makhluk  yang menanyakan tentang “ada”. Sebab, manusia pada hakikatnya”ada” tetapi tidak begitu saja ada, melainkan senantiasa secara erat berkaitan dengan “adanya” sendiri.
b.        Periode 2 Menjelaskan pengertian”kehre” yang berarti “pembalikan”. Ketidaktersembunyian ”ada” merupakan kejadian asli. Berpikir pada hakikatnya adalah terikat pada arti. Oleh karena itu, manusia bukanlah pengauasa atas apa yang ”ada” melainkan sebagai penjaga padanya.
Bahasa bukan sekedar alat untuk menyampaikan dan memperoleh informasi. Bahas pada hakikatnya adalah”bahasa hakikat” artinya berpikir adalah suatu jawaban, tanggapan atau respons dan bukan manipulasi ide yang hakikatnya telah terkandung dalam proses penuturan bahasa dan bukan hanya sebagai alat belaka.  Dalam realitas, bahasa lebih menentukan daripada fakta atau perbuatan. Bahasa adalah tempat tinggal ” sang ada”.  Bahasa merupakan ruang bagi pengalaman yang bermakna. Pengalaman yang telah diungkapkan adalah pengalaman yang telah mengkristal, sehingga menjadi semacam substansi dan pengaaman menjadi tak bermakna jika tidak menemukan rumahnya dalam bahasa. Sebaliknya, tanpa pengalaman nyata, bahasa adalah ibarat ruang kosong tanpa kehidupan.
Pemahaman teks terletak pada kegiatan mendengarkan lewat bahasa manusia perihal apa yang dikatakan dalam ungkapan bahasa. Bahasa adalah suatu proses, suatu dinamika, atau suatu gerakan.
4.        Hans-Georg Gadamer
Konsep Gadamer yang menonjol dalam hermeneutika adalah menekankan apa yang dimaksud ”mengerti”. Lingkaran hermeneutika – hermeneutic circle , bagian teks disa dipahami lewat keseluruhan teks hanya bisa dipahami lewat bagian- bagiannya.
Setiap pemahaman merupakan sesuatu yang bersifat historis, dialetik dan peristiwa kabahasaan. Hermeneutika adalah ontologi dan fenomologi pemahaman.
5.        Jurgen Habermas
Hermeneutika bertujuan untuk memahami proses pemahaman – understanding the process of understanding.
Pemahaman adalah suatu kegiatan pengalaman dan pnegertian teoritis berpadu menjadi satu.
Tidak mungkin dapat memahami sepenuhnya makna sesuatu fakta, sebab selalu ada juga fakta yang tidak dapat diinterpretasikan.
Bahasa sebagai unsur fundamental dalam hermeneutika. Sebab, analisis suatu fakta dilakukan melalui hubungan simbol-simbol dan simbol-simbol tersebut sebagai simbol dari fakta.
6.        Paul Ricoeur
Teks adalah otonom atau berdiri sendiri dan tidak bergantung pada maksud pengarang. Otonomi teks ada tiga macam sebagai berikut :
a.         Intensi atau maksud pengarang.
b.         Situasi kultural dan kondisi sosial pengadaan teks.
c.         Untuk siapa teks dimaksud.
Tugas hermeneutika mengarahkan perhatiannya kepada makna objektif dari teks itu sendiri, terlepas dari maksud subjektif pengarang ataupub orang lain.
Interpretasi dianggap telah berhasil mencapai tujuannya jika ”dunia teks” dan ” dunia interpreter” telah berbaur menjadi satu.
7.        Jacques Derrida
Dalam filsafat bahasa – dalam kaitan dengan hermeneutika, membedakan antara ”tanda” dan ”simbol”. Setiap tanda bersifat arbitrer.  Bahasa menurut kodartnya adalah ”tulis”Objek timbul dalam jaringan tanda, dan jaringan atau rajutan tanda ini disebut ”teks”. Segala sesuatu yang ada selalui ditandai dengan tekstualitas. Tidak ada makna yang melebihi teks. Makna senantiasa tertenun dalam teks.



BAB III
PENUTUP

Hermenetika, yang dalam bahasa Inggrisnya adalah hermeneutics, berasal dari kata Yunani hermeneutine dan  hermeneia yang masing – masing berarti “menafsirkan dan “ penafsiran”.  Istilah  did dapat dari sebuah risalah yang berjudul Peri Hermeneias (Tentang Penafsiran). Hermeneutica juga bermuatan pandangan hidup dari penggagasnya.
Perkembangan hermenetika dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Scheleiermacher, mengubah makna hermenetika dari sekedar kajian teks keagamaan – bible menjadi kajian pemikiran filsafat.
2.      Wilhelm Dilthey,  makna herneneutika menjadi kajian sejarah.
3.      Edmund Husserl, pengetahuan dunia objektif bersifat tak pasti, karena pengetahuan sesungguhnya diperoleh dari apparatus sensor yang tak sempurna.
4.      Martin Heidegger, Hermeneutika sebagai kajian ontologis.
5.      Hans –Georg Gadamer, Menekankan dialektika – dialogis.
6.      Jurgen Habermas, Menggeser makan hermeneutika kepada pemahaman yang diwarnai oeh kepentingan.
7.      Paul Ricoeur, Aspek pandangan hidup interpreter sebagai faktor utama.









DAFTAR PUSTAKA

E. Palmer, Richard. Hermeneutics Interpretation Theory in Schleirmacher, Dilthey, Heidegger, and Gadamer diterjemahkan oleh Masnuri Hery dan Damanhuri dengan judul Hermeneutika; Teori Baru Mengenai Interpretasi.Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Hardiman, F. Budi. Melampaui Positivisme dan Modernitas: Diskursus Filosofis tentang Metode Ilmiah dan Problem Modernitas. Yogyakarta: Kanisius, 2003.
Raharjo, Mudjia, Dasar-dasar hermeneutika antara intensionalisme dan Gadamerian, Yogyakarta:  Ar ruzz Media, 2008.




[1] Mudjia Raharjo, Dasar-dasar hermeneutika antara intensionalisme dan Gadamerian (Yogyakarta:  Ar ruzz Media, 2008), hlm. 28.
[2] Richard E. Palmer, Hermeneutics Interpretation Theory in Schleirmacher, Dilthey, Heidegger, and Gadamer diterjemahkan oleh Masnuri Hery dan Damanhuri dengan judul Hermeneutika; Teori Baru Mengenai Interpretasi(Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 15.
[3] Richard E. Palmer, op.cit., h. 15
[4] Ibid.
[5] F. Budi Hardiman, Melampaui Positivisme dan Modernitas: Diskursus Filosofis tentang Metode Ilmiah dan Problem Modernitas (Yogyakarta: Kanisius, 2003), hlm. 37. 
[6] Mudjia Rahardjo, Op.Cit. hlm.36.
 


No comments:

Post a Comment

Ucapan selamat hari raya idul fitri 2020 atau 1441 H

Hari raya idul fitri dirayakan oleh umat Islam khususnya yang bertepatan pada bulan Syawal, dengan cara saling meminta maaf kepada orang-ora...