Tuesday, June 25, 2019

TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN BAHASA


BAB I
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang
“Language is not everything but everything without language is nothing”. Kata-kata inilah yang membuat kita berfikir betapa pentingnya bahasa itu dalam kehidupan sehari-hari. Orang pada umumnya tidak merasakan bahwa menggunakan bahasa merupakan keterampilan yang luar biasa rumitnya. Pemakaian bahasa terasa lumrah karena memang tanpa diajari oleh siapa pun, seorang bayi akan tumbuh bersamaan dengan pertumbuhan bahasanya. Dari umur satu sampai dengan satu setengah tahun seorang bayi akan mengeluarkan bentuk bahasa yang telah dapat kita identifikasikan sebagai kata. Ujaran satu kata ini tumbuh menjadi ujaran dua kata dan akhirnya menjadi kalimat yang komplek menjelang umur empat atau lima tahun.
Masa bayi atau balita (di bawah lima tahun) adalah masa yang paling signifikan dalam kehidupan manusia. Masa ini seperti pondasi bagi sebuah bangunan. Jika pondasi kokoh dan kuat, maka bangunan akan tegak kokoh dan tahan lama. Sebaliknya, jika pondasinya lemah dan rapuh, maka bangunan akan mudah roboh atau rusak, bagimanapun baiknya bahan-bahan dan teknik-teknik pembangunan yang dipakai.
Pada masa balita ini, manusia pertama kali belajar atau diperkenalkan dengan suasana yang sama sekali “baru”, dibandingkan dengan masa masa sebelumnya di dalam kandungan. Masa balita ini biasanya dibagi menjadi dua periode, yaitu masa Orok (0-2 Minggu), masa bayi (2 Minggu-2 tahun) dan masa kanak kanak (2-5 tahun).
Selama 3 hari pertama, orok yang normal masih lebih banyak tidur. Sekitar 80% waktunya dipergunakan untuk tidur. Sehingga aktifitas orok tidak begitu banyak dan belum melakukan reaksi-reaksi organ tubuhnya. Setelah 2 minggu kelahiran organ-organ tubuh bayi mulai berkembang dan berfungsi. Secara betahap, bayi mulai mampu melakukan berbagai kegiatan tanpa bantuan orang lain, mulai dari berbalik, duduk, merangkak dan lain sebagainya.
Pada awal masa orok gerakan-gerakan bayi masih banyak yang muncul dari instingnya, menjelang usia 7-8 bulan, perasaan atau emosi bayi mulai muncul, walaupun rasio atau pikirannya belum berfungsi sama sekali. Pada usia 12-14 bulan, bayi mulai mengenal lingkungannya, baik lingkungan fisik ataupun sosial. Bayi mulai bisa membedakan benda-benda dan orang orang yang ada di sekitarnya. Secara bertahap, bayi mulai memahami hubungan antar ”kata” dengan apa atau siapa saja yang ada disekitarnya. Dan untuk itu, bayi mulai memerlukan alat ekpresi yang disebut bahasa.
Mulai masa inilah bayi mulai belajar mengenal bahasa dari sekitarnya. Pemerolehan bahasa pada bayi sangatlah bertahap yang dibagi dalam beberapa fase yang akan dipaparkan dalam makalah ini dengan berpatokan pada pendapat para pakar Psikologi dan pakar bahasa. Oleh karena itu penulis akan memaparkan secara singkat dan jelas tentang "Tahap Perkembangan Bahasa".

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, penulis dapat merumuskannnya menjadi beberapa rumusan masalah, yaitu:
1.      Apakah definisi perkembangan bahasa?
2.      Bagaimana Tahap-tahap dalam perkembangan bahasa?
3.      Faktor faktor apakah yang mempengaruhi dalam perkembangan bahasa?

C.     Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui definisi perkembangan bahasa.
2.      Untuk mengetahui tahap dalam perkembangan bahasa.
3.      Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Perkembangan Bahasa
Setiap anak normal pasti memperoleh suatu bahasa yaitu bahasa pertama atau bahasa asli ataupun bahasa ibu dalam tahun pertama dalam kehidupannya. Anak dilahirkan dengan memiliki kemampuan berbahasa apa saja termasuk bahasa Indonesia dan anak yang terlahir di dunia ini  memiliki kapasitas dalam berbahasa. Selain itu faktor lingkungan juga mempengaruhi dalam perkembangan berbahasa. Anak akan belajar makna kata dan bahasa sesuai dengan yang mereka dengar, lihat dan yang mereka ketahui dalam kehidupan sehari hari. Perkembangan bahasa itu akan terbentuk  oleh lingkungan yang berbeda beda, misalnya seorang individu yang tinggal pada komunitas berpendidikan, bahasa yang diperolehnya jauh lebih baik dan lebih sempurna dibandingkan dengan individu yang tinggal di komunitas tidak berpendidikan.
Perkembangan bahasa pada anak akan terus berkembang hingga dewasa, perkembangan bahasa pada anak dari sejak lahir hingga umur 5 tahun merupakan fase yang cukup penting dimana anak telah belajar mengucapkan dan menyusun kata dengan struktur tertentu. Pada usia ini anak telah memperoleh pengembangan bahasa tidak hanya dirumah tetapi juga disekolah.
Berbagai peneliti psikologi perkembangan mengatakan bahwa secara umum perkembangan bahasa lebih cepat dari perkembangan aspek-aspek lainnya, meskipun kadang-kadang ditemukan juga sebagian anak yang lebih cepat perkembangan motoriknya daripada perkembangan bahasanya. Berdasarkan hasil-hasil penelitiannya maka para ahli psikologi perkembangan mendefinisikan perkembangan bahasa sebagai kemampuan individu dalam menguasai kosa kata, ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan umur kronologisnya.[1] Perbandingan antara umur kronologis dengan kemampuan berbahasa individu menunjukkan perkembangan bahasa individu yang bersangkutan.
Jadi secara singkat perkembangan bahasa itu akan terjadi jika anak itu sudah memperoleh suatu bahasa.

B.     Tahap-Tahap Perkembangan Bahasa
Ada aspek lingustik dasar yang bersifar universal dalam otak manusia yang memungkinkan untuk menguasai bahasa tertentu. Sedangkan menurut kaum empiris yang dipelopori para penganut aliran behavioristik memandang bahwa kemampuan berbahasa merupakan hasil belajar individu dalam interaksinya dengan lingkungan. Penguasaan bahasa merupakan hasil dari perkembangannya. Menurut para penganut aliran behavioristik, penggunaan bahasa merupakan asosiasi yang terbentuk melalui proses pengkondisian klasik (classical conditioning), pengondisian operan (operan conditioning), dan belajar sosial (sosial learning).
Secara umum, perkembangan keterampilan berbahasa pada individu menurut Berk (1989¬) dapat dibagi ke dalam empat komponen, yaitu:[2]
a)      Fonologi (phonology)
Fonologi berkenaan dengan bagaimana individu memahami dan menghasilkan bunyi bahasa. Jika kita pernah mengunjungi daerah lain atau Negara lain yang bahasanya tidak kita mengerti boleh jadi kita akan kagum, heran, atau bingung karena bahasa orang asli di sana terdengar begitu cepat dan sepertinya tidak putus-putus antara satu kata dengan kata yang lain. Sebaliknya, orang asing yang sedang belajar bahasa kita juga sangat mungkin mengalami hambatan karena tidak familier dengan bunyi kata-kata dan pola intonasinya. Bagaimana seseorang memperoleh fasilitas kemampuan memahami bunyi kata dan intonasi merupakan sejarah perkembangan fonologi.

b)      Semantik (semantic)
Semantik merujuk kepada makna kata atau cara yang mendasari konsep-konsep yang ekspresikan dalam kata-kata atau kombinasi kata. Setelah selesai masa prasekolah, anak-anak memperoleh sejumlah kata-kata baru dalam jumlah yang banyak. Penelitian intensif tentang perkembangan kosa kata pada anak-anak diibaratkan oleh Berk (1989) sebagai sejauh mana kekuatan anak untuk memahami ribuan pemetaan kata-kata ke dalam konsep-konsep yang dimiliki sebelumnya meskipun belum tertabelkan dalam dirinya dan kemudian menghubungkannya dengan kesepakatan dalam bahasa masyarakatnya.

c)      Tata bahasa (grammar)
Grammar merujuk kepada penguasaan kosa kata dan memodifikasikan cara-cara yang bermakna. Pengetahuan grammar meliputi dua aspek utama.
a)      Sintak (syntax), yaitu aturan-aturan yang mengatur bagaimana kata-kata disusun ke dalam kalimat yang dipahami.
b)      Morfologi (morphology), yaitu aplikasi gramatikal yang meliputi jumlah, tenses, kasus, pribadi, gender, kalimat aktif, kalimat pasif, dan berbagai makna lain dalam bahasa.

d)     Pragmatic (Pragmatics)
Pragmatik merujuk kepada sisi komunikatif dari bahasa. Ini berkenaan dengan bagaimana menggunakan bahasa dengan baik ketika berkomunikasi dengan orang lain. Di dalamnya meliputi bagaimana mengambil kesempatan yang tepat, mencari dan menetapkan topik yang relevan, mengusahakan agar benar-benar komunikatif, bagaimana menggunakan bahasa tubuh (gesture), intonasi suara, dan menjaga konteks agar pesan-pesan verbal yang disampaikan dapat dimaknai dengan tepat oleh penerimanya. Pragmatik juga mencakup di dalamnya pengetahuan sosiolinguistik, yaitu bagaimana suatu bahasa harus diucapkan dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Agar dapat berkomunikasi dengan berhasil, seseorang harus memahami dan menerapkan cara-cara interaksi dan komunikasi yang dapat diterima oleh masyarakat tertentu, seperti ucapan selamat datang dan selamat tinggal serta cara mengucapkannya. Selain itu, seseorang juga harus memperhatikan tata krama berkomunikasi berdasarkan hirarki umur atau status sosial yang masih dijunjung tinggi dalam suatu masyarakat tertentu.
Dilihat dari perkembangan umur kronologis yang dikaitkan dengan perkembangan kemampuan berbahasa individu, tahapan perkembangan bahasa dapat dibedakan ke dalam tahap-tahap sebagai berikut:[3]
1.      Tahap meraban (pralinguistik) pertama
Pada tahap meraban pertama, selama bulan-bulan awal kehidupan, bayi-bayi menangis, mendekut, mendenguk, menjerit, dan tertawa, seolah-olah menghasilkan tiap-tiap jenis yang mungkin dibuat. Banyak pengamat menandai ini sebagai tahap bayi menghasilkan segala bunyi ujaran yang dapat ditemui dalam segala bahasa dunia. Adalah menarik perhatian bahwa produksi-produksi seorang bayi ditandai dengan cara ini, tetapi karakterisasi tersebut mungkin tidak benar berdasarkan fakta-fakta, terutama sekali dalam kasus konsonan-konsonan yang amat rumit.
Bagaimanapun juga, hal yang penting adalah bahwa suara-suara bayi yang masih kecil itu secara linguistik tidaklah merupakan ucapan-ucapan yang berdasarkan organisasi fonemik dan fonetik. Suara-suara atau bunyi-bunyi tersebut tidaklah merupakan bunyi-bunyi ujaran, tetapi barulah merupakan tanda-tanda akustik yang diturunkan oleh bayi-bayi kalau mereka menggerakkan alat-alat bicaranya dalam setiap susunan atau bentuk yang mungkin dibuat. Mereka bermain dengan alat-alat suara mereka, tetapi rabanan mereka hendaknya jangan digolongkan sebagai performansi linguistic.

2.      Tahap meraban (pralinguistik) kedua
Tahap ini disebut juga tahap kata omong kosong, tahap kata tanpa makna. Awal tahap maraban kedua ini biasanya pada permulaan pertengahan kedua tahun pertama kehidupan. Anak-anak tidak menghasilkan sesuatu kata yang dapat dikenal, tetapi mereka berbuat seolah-olah mengatur ucapan-ucapan mereka sesuai dengan pola suku kata. Banyak kerikan yang aneh-aneh serta dekutan-dekutan yang menyerupai vokal hilang dari output para bayi, dan mereka mulai menghasilkan urutan-urutan KV (konsonan-vokal), dengan satu suku kata yang sering diulang berkali-kali.
Pada suatu waktu bagian terakhir periode ini (sekitar akhir tahun pertama kehidupan) muncullah “kata pertama”. Biasanya kata itu tidak akan berbunyi lebih menyerupai kata orang dewasa daripada sejumlah rabanan yang telah dihasilkan oleh bayi selama tahap ini, tetapi akan dianggap sebagai kata pertama itu. Misalnya seorang bayi mengatakan [X] dan menunjuk kepada tempat lilin, lampu, lampu senter, lampu mobil, bahkan kepada tombol (lampu) di dinding. Orang tuanya menerima [X] sebagai kata bukan karena berbunyi lebih menyerupai kata daripada ucapan-ucapannya yang lain, tetapi karena jelas bunyi tersebut mempunyai jodoh makna (dalam kasus ini “cahaya; lampu), dan itulah sebenarnya apa yang disebut ujaran dan bahasa itu.



3.      Tahap holofrastik (tahap linguistic pertama)
Pada usia sekitar 1 tahun anak mulai mengucapkan kata-kata. Satu kata yang diucapkan oleh anak-anak harus dipandang sebagai satu kalimat penuh mencakup aspek intelektual maupun emosional sebagai rasa untuk menyatakan mau tidaknya terhadap sesuatu. Anak menyatakan “mobil” dapat berarti “saya mau mobil-mobilan”, “saya mau ikut naik mobil bersama ayah”, atau “saya mau minta diambilkan mobil mainan”.
Ucapan-ucapan satu kata pada periode ini disebut holofrase-holofrse, karena anak-anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat dalam satu kata yang diucapkanya itu. Banyak sekali terdapat kedwimaknaan dalam ujaran anak-anak selama tahap ini dan juga berikutknya. Maka seringkali perlu diamati benar-benar apa yang sedang dilakukan anak-anak itu, barulah kita dapat menentukan apa yang dia maksudkan dengan yang dia ucapkan itu.

4.      Ucapan-ucapan dua kata
Anak-anak memasuki tahap ini dengan pertama sekali mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat. Misalnya, anak-anak yang mempergunakan holofrase-holofrase “kucing” dan “papa” mungkin menunjuk kepada seekor kucing dan diikuti oleh jeda sebentar, lalu kepada papa. Maknanya akan terlihat dari urutan ‘kucing papa’, tetapi jelas anak-anak itu telah mempergunakan dua buah holofrase untuk menyatakan makna tersebut. Segera setelah itu anak-anak akan mulai memakai ucapan-ucapan dua kata seperti ‘baju mama’, ‘pisang nenek’, ‘saya mandi’, dan sebagainya.
Selama periode dua kata ini anak-anak tidak menggunakan infleksi. Verba-verba yang mereka pakai tidak mempunyai penanda-penanda waktu dan jumlah; nomina-nomina mereka tidak memakai akhiran-akhiran jamak. Walaupun kosa kata perorangan amat berbeda-beda, namun pada tahap ini anak-anak jarang sekali menggunakan preposisi, partikel, dan konfungsi (yang biasa disebut kata tugas), misalnya: ‘papa mama pergi’ (papa dan mama pergi), ‘nenek Bandung’ (nenek ke Bandung).
Pada tahap ini anak mulai memiliki banyak kemungkinan untuk menyatakan kemauannya dan berkomunikasi dengan menggunakan kalimat sederhana yang disebut dengan istilah “kalimat dua kata” yang dirangkai secara tepat.

5.      Pengembangan tata bahasa
Pada tahap ini anak mulai mengembangkan tata bahasa, panjang kalimat mulai bertambah, ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin kompleks, dan mulai menggunakan kata jamak. Penambahan dan pengayaan terhadap sejumlah dan tipe kata secara berangsur-angsur meningkat sejalan dengan kemajuan dalam kematangan perkembangan anak.
Ujaran anak-anak pada masa ini dilukiskan sebagai telegram karena perhitungan kata-kata tugas yang menyebabkan ucapan anak-anak itu berbunyi seperti telegram yang ditulis oleh orang dewasa.

6.      Tata bahasa menjelang dewasa (tahap pengembangan tata bahasa lengkap)
Pada tahap ini anak semakin mampu mengembangkan struktur tata bahasa yang lebih kompleks lagi serta mampu melibatkan gabungan kalimat-kalimat sederhana dengan komplementasi, relativasi, dan kongjungsi. Perbaikan dan penghalusan yang dilakukan pada periode ini mencakup belajar mengenai berbagai kekecualian dari keteraturan tata bahasa dan fonologis dalam bahasa terkait.



7.      Kompetensi lengkap
Pada akhir masa anak-anak, perbendaharaan kata terus meningkat, gaya bahasa mengalami perubahan dan semakin lancar serta fasih dalam berkomunikasi. Keterampilan dan performansi tata bahasa terus berkembang kearah tercapainya kompetensi berbahasa secara lengkap sebagai perwujudan dari kompetensi komunikasi.
Adapun menurut Anas Muhammad Ahmad Qosim dalam buku Psikolinguistik menyatakan bahwa Tahapan pemerolehan bahasa dari segi susunan kalimat yang diucapkan oleh anak terdari dari 3 tahapan:[4]
1)            Tahapan satu kata, tahapan ini biasanya terjadi pada usia 1 atau 2 tahun, contoh kalimat ayah, yang bermakna halo ayah dan lain lain.
2)            Tahapan pengungkapan kalimat yang kurang sempurna, pada tahapan ini terjadi pada usia 2 atau 3 tahun. Pada umumnya anak di usia tersebut mengungkapkan 2 kata atau lebih akan tetapi belum termasuk kalimat yang sempurna, contoh, mama apel, yang bermakna ma ini apel, dan pada tahapan ini dinamakan telegraphic speech.
3)            Tahapan mengucapkan kalimat yang sempurna, hal ini terjadi kira kira pada awal usia  4 tahun, pada tahap ini anak bisa mengucapkan kalimat dengan pola yang baik.
Menurut Roger Brown membagi perkembangan bahasa anak ke dalam 5 tahap:[5]
a)      Hubungan aturan dalam kalimat sederhana, misalnya:
 papa mobil.
b)      Modulasi (pengaturan) arti dalam kalimat sederhana, pada tahap ini terdapat perubahan dan variasi variasi dari kata kata, dimana anak  menambahkan beberapa morfem atau morfem yang khusus, misalnya:
Daddy coat manjadi daddy coats.
Modalasi ini digunakan untuk mengekpresikan singular (Tunggal), plural (Jamak), kata kerja bantu (Auxilliaries) 
c)      Pengubahan kalimat sederhana, pada tahap ini anak mempunyai konsep yang akan diekpresikan sebagai suruhan, tetapi tidak dalam bentuk kalimat, misalnya:
Yes/No questions. You like hamburge?
Seharusnya: Do You like hamburge?
d)     Menyisipkan kalimat ke dalam kalimat lain. Misalnya:
I hope i didn’t hurt you
I hope adalah kalimat yang disisipkan.
e)      Koordinasi dari kalimat kalimat sederhana. Pada tahap ini biasanya anak anak mencapai usia 4-4,5 tahun. Pada tahap inilah anak telah mengenal tatabahasa.

C.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
Aliran nativisme berpandangan bahwa perkembangan kemampuan berbahasa seseorang ditentukan oleh faktor-faktor bawaan sejak lahir yang diturunkan oleh orang tuanya. Dengan demikian, jika orang tuanya memiliki kemampuan berbahasa yang baik dan cepat, perkembangan bahasa anak pun juga akan baik dan cepat. Begitu juga sebaliknya, jika kemampuan bahasa orang tuanya lambat dan kurang baik, perkembangan bahasa anak pun ikut lambat dan kurang baik.
Sementara itu, aliran empirisme atau behaviorisme justru berpandangan sebaliknya, yaitu bahwa kemampuan perkembangan berbahasa seseorang tidak ditentukan oleh bawaan sejak lahir melainkan ditentukan oleh proses belajar dari lingkungan sekitarnya. Jadi, menurut aliran ini proses belajarlah yang sangat menentukan kemampuan perkembangan bahasa seseorang. Dari perspektif ini, meskipun kemampuan bahasa orang tuanya kurang baikdan lambat tetapi jika proses stimulasi dan proses belajar dilakukan secara intensif dengan lingkungan berbahasa secara baik dan cepat, kemampuan perkembangan bahasa anak menjadi baik dan cepat.
Adapun aliran lain yang cendrung lebih moderat, yaitu aliran konvergensi mengajukan pandangan yang merupakan kolaborasi dari faktor bawaan dan pengaruh lingkungan. Menurut aliran ini perkembangan kemampuan bahasa seseorang merupakan konvergensi atau perpaduan dari kedua faktor tersebut. Faktor bawaan yang kuat pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa seseorang adalah aspek kognitif. Kemampuan berbahasa seseorang banyak dipengaruhi oleh kapasitas kemampuan kognitif seseorang.
Sedangkan faktor lingkungan juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa seseorang yaitu besarnya kesempatan yang diperoleh dari lingkungannya. Individu yang sehari-harinya banyak berinteraksi dengan lingkungan yang kaya kemampuan bahasanya cenderung memliki kesempatan lebih banyak dalam dan lebih bagus untuk mengembangkan bahasanya. Sebaliknya, individu yang banyak berinteraksi dengan lingkungan yang miskin kemampuan bahasanya cenderung memberikan kesempatan yang terbatas terhadap perkembangan bahasa individu yang tumbuh dan berkembang di dalamnya.
Sedangkan faktor faktor perkembangan bahasa menurut Anas Muhammad Ahmad Qosim terbagi menjadi 2:[6]
1)      Bawaan sejak lahir.
2)      Faktor lingkungan


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan beberapa poin, yaitu :
1)      Perkembangan bahasa merupakan kemampuan individu dalam menguasai kosa kata, ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan umur kronologisnya.
2)      Tahapan perkembangan bahasa dapat dibedakan ke dalam 6 tahapan, yaitu: Tahap Meraban/pralinguistik (pertama dan kedua), tahap holofrstik (tahap linguistic pertama), tahap ucapan dua kata, tahap pengembangan tata bahasa, tahap tata bahasa menjelang dewasa, tahap kompetensi lengkap.
3)      Ada perbedaan pendapat tentang faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak diantaranya, aliran nativisme yang menyatakan bahwa berkembangnya bahasa itu ditentukan oleh faktor-faktor bawaan sedangkan aliran empirisme atau behaviorisme justru berpandangan sebaliknya, yaitu bahwa kemampuan perkembangan berbahasa seseorang tidak ditentukan oleh bawaan sejak lahir melainkan ditentukan oleh proses belajar dari lingkungan sekitarnya dan ada aliran lain yang cendrung lebih moderat, yaitu aliran konvergensi mengajukan pandangan yang merupakan kolaborasi dari faktor bawaan dan pengaruh kingkungan.

B. Saran dan Harapan
Dengan membaca makalah ini penulis berharap agar para pembaca  dapat mengambil satu atau beberapa hikmah sehingga bisa bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari terutama ketika telah mempunyai keturunan yaitu bagaimana mendidik serta memberi rangsangan kepada anak kita agar bahasa mereka berkembang seperti sediakalanya sehingga mereka bisa berbahasa dengan baik dan benar. Dan tentunya, penulis sadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kelemahan. Dengan demikian, adalah suatu motivasi kiranya jika terdapat banyak kritik dan saran dari pembaca sebagai bahan pertimbangan untuk masa yang akan datang.

















DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Hasanah, Mamluatul. 2010. Proses Manusia Berbahasa Perspektif al-Qur'an dan Psikolinguistik. Malang : UIN-MALIKI Press.
Mar’at, Samsunuwiyati. 2009. Psikolinguistik Suatu Pengantar, Bandung: PT Refika Aditama.
انس محمد أحمد قاسم، 2000، سيكولوجية اللغة، القاهرة : مركز إسكندرية.














[2] Ibid
[3] Ibid
[4] انس محمد أحمد قاسم، سيكولوجية اللغة، مركز إسكندرية، 2000، ص 147
[5] Prof. Dr. Samsunuwiyati Mar’at,Psi, Psikolinguistik Suatu Pengantar, Bandung: PT Refika Aditama, 2009, hal 60-61
[6] انس محمد أحمد قاسم، سيكولوجية اللغة، مركز إسكندرية، 2000، ص 151.

No comments:

Post a Comment

Ucapan selamat hari raya idul fitri 2020 atau 1441 H

Hari raya idul fitri dirayakan oleh umat Islam khususnya yang bertepatan pada bulan Syawal, dengan cara saling meminta maaf kepada orang-ora...