BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
“Language is not everything but everything without language is
nothing”. Kata-kata inilah yang membuat kita
berfikir betapa pentingnya bahasa itu dalam kehidupan sehari-hari. Orang pada
umumnya tidak merasakan bahwa menggunakan bahasa merupakan keterampilan yang
luar biasa rumitnya. Pemakaian bahasa terasa lumrah karena memang tanpa diajari
oleh siapa pun, seorang bayi akan tumbuh bersamaan dengan pertumbuhan
bahasanya. Dari umur satu sampai dengan satu setengah tahun seorang bayi akan
mengeluarkan bentuk bahasa yang telah dapat kita identifikasikan sebagai kata.
Ujaran satu kata ini tumbuh menjadi ujaran dua kata dan akhirnya menjadi
kalimat yang komplek menjelang umur empat atau lima tahun.
Masa bayi atau balita (di bawah lima tahun) adalah masa yang paling
signifikan dalam kehidupan manusia. Masa ini seperti pondasi bagi sebuah
bangunan. Jika pondasi kokoh dan kuat, maka bangunan akan tegak kokoh dan tahan
lama. Sebaliknya, jika pondasinya lemah dan rapuh, maka bangunan akan mudah
roboh atau rusak, bagimanapun baiknya bahan-bahan dan teknik-teknik pembangunan
yang dipakai.
Pada masa balita ini, manusia pertama kali belajar atau
diperkenalkan dengan suasana yang sama sekali “baru”, dibandingkan dengan masa
masa sebelumnya di dalam kandungan. Masa balita ini biasanya dibagi menjadi dua
periode, yaitu masa Orok (0-2 Minggu), masa bayi (2 Minggu-2 tahun) dan masa
kanak kanak (2-5 tahun).
Selama 3 hari pertama, orok yang normal masih
lebih banyak tidur. Sekitar 80% waktunya dipergunakan untuk tidur. Sehingga
aktifitas orok tidak begitu banyak dan belum melakukan reaksi-reaksi organ
tubuhnya. Setelah 2 minggu kelahiran organ-organ tubuh bayi mulai berkembang
dan berfungsi. Secara betahap, bayi mulai mampu melakukan berbagai kegiatan tanpa
bantuan orang lain, mulai dari berbalik, duduk, merangkak dan lain sebagainya.
Pada awal masa orok gerakan-gerakan bayi masih
banyak yang muncul dari instingnya, menjelang usia 7-8 bulan, perasaan atau
emosi bayi mulai muncul, walaupun rasio atau pikirannya belum berfungsi sama
sekali. Pada usia 12-14 bulan, bayi mulai mengenal lingkungannya, baik
lingkungan fisik ataupun sosial. Bayi mulai bisa membedakan benda-benda dan orang
orang yang ada di sekitarnya. Secara bertahap, bayi mulai memahami hubungan
antar ”kata” dengan apa atau siapa saja yang ada disekitarnya. Dan untuk itu,
bayi mulai memerlukan alat ekpresi yang disebut bahasa.
Mulai masa inilah bayi mulai belajar mengenal
bahasa dari sekitarnya. Pemerolehan bahasa pada bayi sangatlah bertahap yang dibagi
dalam beberapa fase yang akan dipaparkan dalam makalah ini dengan berpatokan
pada pendapat para pakar Psikologi dan pakar bahasa. Oleh karena itu penulis akan
memaparkan secara singkat dan jelas tentang "Tahap Perkembangan
Bahasa".
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, penulis dapat
merumuskannnya menjadi beberapa rumusan masalah, yaitu:
1.
Apakah definisi perkembangan bahasa?
2.
Bagaimana Tahap-tahap dalam perkembangan
bahasa?
3.
Faktor faktor apakah yang mempengaruhi dalam
perkembangan bahasa?
C.
Tujuan
Pembahasan
1.
Untuk
mengetahui definisi perkembangan bahasa.
2.
Untuk
mengetahui tahap dalam perkembangan bahasa.
3.
Untuk
mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Perkembangan Bahasa
Setiap anak normal pasti memperoleh suatu bahasa yaitu bahasa
pertama atau bahasa asli ataupun bahasa ibu dalam tahun pertama dalam
kehidupannya. Anak dilahirkan dengan memiliki kemampuan berbahasa apa saja
termasuk bahasa Indonesia dan anak yang terlahir di dunia ini memiliki kapasitas dalam berbahasa. Selain
itu faktor lingkungan juga mempengaruhi dalam perkembangan berbahasa. Anak akan
belajar makna kata dan bahasa sesuai dengan yang mereka dengar, lihat dan yang
mereka ketahui dalam kehidupan sehari hari. Perkembangan bahasa itu akan
terbentuk oleh lingkungan yang berbeda
beda, misalnya seorang individu yang tinggal pada komunitas berpendidikan,
bahasa yang diperolehnya jauh lebih baik dan lebih sempurna dibandingkan dengan
individu yang tinggal di komunitas tidak berpendidikan.
Perkembangan bahasa pada anak akan terus berkembang hingga dewasa,
perkembangan bahasa pada anak dari sejak lahir hingga umur 5 tahun merupakan
fase yang cukup penting dimana anak telah belajar mengucapkan dan menyusun kata
dengan struktur tertentu. Pada usia ini anak telah memperoleh pengembangan
bahasa tidak hanya dirumah tetapi juga disekolah.
Berbagai peneliti psikologi perkembangan
mengatakan bahwa secara umum perkembangan bahasa lebih cepat dari perkembangan
aspek-aspek lainnya, meskipun kadang-kadang ditemukan juga sebagian anak yang
lebih cepat perkembangan motoriknya daripada perkembangan bahasanya.
Berdasarkan hasil-hasil penelitiannya maka para ahli psikologi perkembangan
mendefinisikan perkembangan bahasa sebagai kemampuan individu dalam menguasai
kosa kata, ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya dalam kurun waktu
tertentu sesuai dengan perkembangan umur kronologisnya.[1]
Perbandingan antara umur kronologis dengan kemampuan berbahasa individu
menunjukkan perkembangan bahasa individu yang bersangkutan.
Jadi secara singkat perkembangan bahasa itu
akan terjadi jika anak itu sudah memperoleh suatu bahasa.
B.
Tahap-Tahap Perkembangan Bahasa
Ada aspek lingustik dasar yang bersifar universal dalam otak
manusia yang memungkinkan untuk menguasai bahasa tertentu. Sedangkan menurut
kaum empiris yang dipelopori para penganut aliran behavioristik memandang bahwa
kemampuan berbahasa merupakan hasil belajar individu dalam interaksinya dengan
lingkungan. Penguasaan bahasa merupakan hasil dari perkembangannya. Menurut
para penganut aliran behavioristik, penggunaan bahasa merupakan asosiasi yang
terbentuk melalui proses pengkondisian klasik (classical conditioning),
pengondisian operan (operan conditioning), dan belajar sosial (sosial
learning).
Secara umum, perkembangan keterampilan
berbahasa pada individu menurut Berk (1989¬) dapat dibagi ke dalam empat komponen, yaitu:[2]
a)
Fonologi (phonology)
Fonologi berkenaan dengan bagaimana individu
memahami dan menghasilkan bunyi bahasa. Jika kita pernah mengunjungi daerah
lain atau Negara lain yang bahasanya tidak kita mengerti boleh jadi kita akan
kagum, heran, atau bingung karena bahasa orang asli di sana terdengar begitu
cepat dan sepertinya tidak putus-putus antara satu kata dengan kata yang lain.
Sebaliknya, orang asing yang sedang belajar bahasa kita juga sangat mungkin
mengalami hambatan karena tidak familier dengan bunyi kata-kata dan pola intonasinya.
Bagaimana seseorang memperoleh fasilitas kemampuan memahami bunyi kata dan
intonasi merupakan sejarah perkembangan fonologi.
b)
Semantik (semantic)
Semantik merujuk kepada makna kata atau cara
yang mendasari konsep-konsep yang ekspresikan dalam kata-kata atau kombinasi
kata. Setelah selesai masa prasekolah, anak-anak memperoleh sejumlah kata-kata
baru dalam jumlah yang banyak. Penelitian intensif tentang perkembangan kosa
kata pada anak-anak diibaratkan oleh Berk (1989) sebagai sejauh mana kekuatan
anak untuk memahami ribuan pemetaan kata-kata ke dalam konsep-konsep yang
dimiliki sebelumnya meskipun belum tertabelkan dalam dirinya dan kemudian
menghubungkannya dengan kesepakatan dalam bahasa masyarakatnya.
c)
Tata bahasa (grammar)
Grammar merujuk kepada penguasaan kosa kata
dan memodifikasikan cara-cara yang bermakna. Pengetahuan grammar meliputi dua
aspek utama.
a)
Sintak (syntax), yaitu aturan-aturan yang
mengatur bagaimana kata-kata disusun ke dalam kalimat yang dipahami.
b)
Morfologi (morphology), yaitu aplikasi
gramatikal yang meliputi jumlah, tenses, kasus, pribadi, gender, kalimat aktif,
kalimat pasif, dan berbagai makna lain dalam bahasa.
d)
Pragmatic (Pragmatics)
Pragmatik merujuk kepada sisi komunikatif dari
bahasa. Ini berkenaan dengan bagaimana menggunakan bahasa dengan baik ketika
berkomunikasi dengan orang lain. Di dalamnya meliputi bagaimana mengambil
kesempatan yang tepat, mencari dan menetapkan topik yang relevan, mengusahakan
agar benar-benar komunikatif, bagaimana menggunakan bahasa tubuh (gesture),
intonasi suara, dan menjaga konteks agar pesan-pesan verbal yang disampaikan
dapat dimaknai dengan tepat oleh penerimanya. Pragmatik juga mencakup di
dalamnya pengetahuan sosiolinguistik, yaitu bagaimana suatu bahasa harus
diucapkan dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Agar dapat berkomunikasi
dengan berhasil, seseorang harus memahami dan menerapkan cara-cara interaksi
dan komunikasi yang dapat diterima oleh masyarakat tertentu, seperti ucapan
selamat datang dan selamat tinggal serta cara mengucapkannya. Selain itu,
seseorang juga harus memperhatikan tata krama berkomunikasi berdasarkan hirarki
umur atau status sosial yang masih dijunjung tinggi dalam suatu masyarakat
tertentu.
Dilihat dari perkembangan umur kronologis yang
dikaitkan dengan perkembangan kemampuan berbahasa individu, tahapan
perkembangan bahasa dapat dibedakan ke dalam tahap-tahap sebagai berikut:[3]
1.
Tahap meraban (pralinguistik) pertama
Pada tahap meraban pertama, selama bulan-bulan
awal kehidupan, bayi-bayi menangis, mendekut, mendenguk, menjerit, dan tertawa,
seolah-olah menghasilkan tiap-tiap jenis yang mungkin dibuat. Banyak pengamat
menandai ini sebagai tahap bayi menghasilkan segala bunyi ujaran yang dapat
ditemui dalam segala bahasa dunia. Adalah menarik perhatian bahwa produksi-produksi
seorang bayi ditandai dengan cara ini, tetapi karakterisasi tersebut mungkin
tidak benar berdasarkan fakta-fakta, terutama sekali dalam kasus konsonan-konsonan
yang amat rumit.
Bagaimanapun juga, hal yang penting adalah
bahwa suara-suara bayi yang masih kecil itu secara linguistik tidaklah
merupakan ucapan-ucapan yang berdasarkan organisasi fonemik dan fonetik.
Suara-suara atau bunyi-bunyi tersebut tidaklah merupakan bunyi-bunyi ujaran,
tetapi barulah merupakan tanda-tanda akustik yang diturunkan oleh bayi-bayi
kalau mereka menggerakkan alat-alat bicaranya dalam setiap susunan atau bentuk
yang mungkin dibuat. Mereka bermain dengan alat-alat suara mereka, tetapi
rabanan mereka hendaknya jangan digolongkan sebagai performansi linguistic.
2.
Tahap meraban (pralinguistik) kedua
Tahap ini disebut juga tahap kata omong
kosong, tahap kata tanpa makna. Awal tahap maraban kedua ini biasanya pada
permulaan pertengahan kedua tahun pertama kehidupan. Anak-anak tidak
menghasilkan sesuatu kata yang dapat dikenal, tetapi mereka berbuat seolah-olah
mengatur ucapan-ucapan mereka sesuai dengan pola suku kata. Banyak kerikan yang
aneh-aneh serta dekutan-dekutan yang menyerupai vokal hilang dari output para
bayi, dan mereka mulai menghasilkan urutan-urutan KV (konsonan-vokal), dengan
satu suku kata yang sering diulang berkali-kali.
Pada suatu waktu bagian terakhir periode ini
(sekitar akhir tahun pertama kehidupan) muncullah “kata pertama”. Biasanya kata
itu tidak akan berbunyi lebih menyerupai kata orang dewasa daripada sejumlah
rabanan yang telah dihasilkan oleh bayi selama tahap ini, tetapi akan dianggap
sebagai kata pertama itu. Misalnya seorang bayi mengatakan [X] dan menunjuk
kepada tempat lilin, lampu, lampu senter, lampu mobil, bahkan kepada tombol
(lampu) di dinding. Orang tuanya menerima [X] sebagai kata bukan karena
berbunyi lebih menyerupai kata daripada ucapan-ucapannya yang lain, tetapi
karena jelas bunyi tersebut mempunyai jodoh makna (dalam kasus ini “cahaya;
lampu), dan itulah sebenarnya apa yang disebut ujaran dan bahasa itu.
3.
Tahap holofrastik (tahap linguistic pertama)
Pada usia sekitar 1 tahun anak mulai
mengucapkan kata-kata. Satu kata yang diucapkan oleh anak-anak harus dipandang
sebagai satu kalimat penuh mencakup aspek intelektual maupun emosional sebagai
rasa untuk menyatakan mau tidaknya terhadap sesuatu. Anak menyatakan “mobil”
dapat berarti “saya mau mobil-mobilan”, “saya mau ikut naik mobil bersama
ayah”, atau “saya mau minta diambilkan mobil mainan”.
Ucapan-ucapan satu kata pada periode ini disebut holofrase-holofrse, karena anak-anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat dalam satu kata yang diucapkanya itu. Banyak sekali terdapat kedwimaknaan dalam ujaran anak-anak selama tahap ini dan juga berikutknya. Maka seringkali perlu diamati benar-benar apa yang sedang dilakukan anak-anak itu, barulah kita dapat menentukan apa yang dia maksudkan dengan yang dia ucapkan itu.
Ucapan-ucapan satu kata pada periode ini disebut holofrase-holofrse, karena anak-anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat dalam satu kata yang diucapkanya itu. Banyak sekali terdapat kedwimaknaan dalam ujaran anak-anak selama tahap ini dan juga berikutknya. Maka seringkali perlu diamati benar-benar apa yang sedang dilakukan anak-anak itu, barulah kita dapat menentukan apa yang dia maksudkan dengan yang dia ucapkan itu.
4.
Ucapan-ucapan dua kata
Anak-anak memasuki tahap ini dengan pertama
sekali mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat. Misalnya,
anak-anak yang mempergunakan holofrase-holofrase “kucing” dan “papa” mungkin
menunjuk kepada seekor kucing dan diikuti oleh jeda sebentar, lalu kepada papa.
Maknanya akan terlihat dari urutan ‘kucing papa’, tetapi jelas anak-anak itu
telah mempergunakan dua buah holofrase untuk menyatakan makna tersebut. Segera
setelah itu anak-anak akan mulai memakai ucapan-ucapan dua kata seperti ‘baju
mama’, ‘pisang nenek’, ‘saya mandi’, dan sebagainya.
Selama periode dua kata ini anak-anak tidak
menggunakan infleksi. Verba-verba yang mereka pakai tidak mempunyai
penanda-penanda waktu dan jumlah; nomina-nomina mereka tidak memakai
akhiran-akhiran jamak. Walaupun kosa kata perorangan amat berbeda-beda, namun
pada tahap ini anak-anak jarang sekali menggunakan preposisi, partikel, dan
konfungsi (yang biasa disebut kata tugas), misalnya: ‘papa mama pergi’ (papa
dan mama pergi), ‘nenek Bandung’ (nenek ke Bandung).
Pada tahap ini anak mulai memiliki banyak
kemungkinan untuk menyatakan kemauannya dan berkomunikasi dengan menggunakan
kalimat sederhana yang disebut dengan istilah “kalimat dua kata” yang dirangkai
secara tepat.
5.
Pengembangan tata bahasa
Pada tahap ini anak mulai mengembangkan tata
bahasa, panjang kalimat mulai bertambah, ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin
kompleks, dan mulai menggunakan kata jamak. Penambahan dan pengayaan terhadap
sejumlah dan tipe kata secara berangsur-angsur meningkat sejalan dengan
kemajuan dalam kematangan perkembangan anak.
Ujaran anak-anak pada masa ini dilukiskan
sebagai telegram karena perhitungan kata-kata tugas yang menyebabkan ucapan
anak-anak itu berbunyi seperti telegram yang ditulis oleh orang dewasa.
6.
Tata bahasa menjelang dewasa (tahap
pengembangan tata bahasa lengkap)
Pada tahap ini anak semakin mampu mengembangkan
struktur tata bahasa yang lebih kompleks lagi serta mampu melibatkan gabungan
kalimat-kalimat sederhana dengan komplementasi, relativasi, dan kongjungsi.
Perbaikan dan penghalusan yang dilakukan pada periode ini mencakup belajar
mengenai berbagai kekecualian dari keteraturan tata bahasa dan fonologis dalam
bahasa terkait.
7.
Kompetensi lengkap
Pada akhir masa anak-anak, perbendaharaan kata
terus meningkat, gaya bahasa mengalami perubahan dan semakin lancar serta fasih
dalam berkomunikasi. Keterampilan dan performansi tata bahasa terus berkembang
kearah tercapainya kompetensi berbahasa secara lengkap sebagai perwujudan dari
kompetensi komunikasi.
Adapun menurut Anas Muhammad Ahmad Qosim dalam
buku Psikolinguistik menyatakan bahwa Tahapan pemerolehan bahasa dari segi
susunan kalimat yang diucapkan oleh anak terdari dari 3 tahapan:[4]
1)
Tahapan satu kata, tahapan ini biasanya
terjadi pada usia 1 atau 2 tahun, contoh kalimat ayah, yang bermakna halo ayah
dan lain lain.
2)
Tahapan pengungkapan kalimat yang kurang
sempurna, pada tahapan ini terjadi pada usia 2 atau 3 tahun. Pada umumnya anak
di usia tersebut mengungkapkan 2 kata atau lebih akan tetapi belum termasuk
kalimat yang sempurna, contoh, mama apel, yang bermakna ma ini apel, dan pada
tahapan ini dinamakan telegraphic speech.
3)
Tahapan mengucapkan kalimat yang sempurna, hal
ini terjadi kira kira pada awal usia 4
tahun, pada tahap ini anak bisa mengucapkan kalimat dengan pola yang baik.
Menurut Roger Brown membagi perkembangan
bahasa anak ke dalam 5 tahap:[5]
a)
Hubungan aturan dalam kalimat sederhana,
misalnya:
papa
mobil.
b)
Modulasi (pengaturan) arti dalam kalimat
sederhana, pada tahap ini terdapat perubahan dan variasi variasi dari kata
kata, dimana anak menambahkan beberapa
morfem atau morfem yang khusus, misalnya:
Daddy coat manjadi daddy coats.
Modalasi ini digunakan untuk mengekpresikan
singular (Tunggal), plural (Jamak), kata kerja bantu (Auxilliaries)
c)
Pengubahan kalimat sederhana, pada tahap ini
anak mempunyai konsep yang akan diekpresikan sebagai suruhan, tetapi tidak
dalam bentuk kalimat, misalnya:
Yes/No questions. You like hamburge?
Seharusnya: Do You like hamburge?
d)
Menyisipkan kalimat ke dalam kalimat lain.
Misalnya:
I hope i didn’t hurt you
I hope adalah kalimat yang disisipkan.
e)
Koordinasi dari kalimat kalimat sederhana.
Pada tahap ini biasanya anak anak mencapai usia 4-4,5 tahun. Pada tahap inilah
anak telah mengenal tatabahasa.
C.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Bahasa
Aliran nativisme berpandangan bahwa
perkembangan kemampuan berbahasa seseorang ditentukan oleh faktor-faktor bawaan
sejak lahir yang diturunkan oleh orang tuanya. Dengan demikian, jika orang
tuanya memiliki kemampuan berbahasa yang baik dan cepat, perkembangan bahasa
anak pun juga akan baik dan cepat. Begitu juga sebaliknya, jika kemampuan
bahasa orang tuanya lambat dan kurang baik, perkembangan bahasa anak pun ikut
lambat dan kurang baik.
Sementara itu, aliran empirisme atau
behaviorisme justru berpandangan sebaliknya, yaitu bahwa kemampuan perkembangan
berbahasa seseorang tidak ditentukan oleh bawaan sejak lahir melainkan
ditentukan oleh proses belajar dari lingkungan sekitarnya. Jadi, menurut aliran
ini proses belajarlah yang sangat menentukan kemampuan perkembangan bahasa
seseorang. Dari perspektif ini, meskipun kemampuan bahasa orang tuanya kurang
baikdan lambat tetapi jika proses stimulasi dan proses belajar dilakukan secara
intensif dengan lingkungan berbahasa secara baik dan cepat, kemampuan
perkembangan bahasa anak menjadi baik dan cepat.
Adapun aliran lain yang cendrung lebih
moderat, yaitu aliran konvergensi mengajukan pandangan yang merupakan
kolaborasi dari faktor bawaan dan pengaruh lingkungan. Menurut aliran ini
perkembangan kemampuan bahasa seseorang merupakan konvergensi atau perpaduan
dari kedua faktor tersebut. Faktor bawaan yang kuat pengaruhnya terhadap
perkembangan bahasa seseorang adalah aspek kognitif. Kemampuan berbahasa
seseorang banyak dipengaruhi oleh kapasitas kemampuan kognitif seseorang.
Sedangkan faktor lingkungan juga besar
pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa seseorang yaitu besarnya kesempatan
yang diperoleh dari lingkungannya. Individu yang sehari-harinya banyak
berinteraksi dengan lingkungan yang kaya kemampuan bahasanya cenderung memliki
kesempatan lebih banyak dalam dan lebih bagus untuk mengembangkan bahasanya.
Sebaliknya, individu yang banyak berinteraksi dengan lingkungan yang miskin
kemampuan bahasanya cenderung memberikan kesempatan yang terbatas terhadap
perkembangan bahasa individu yang tumbuh dan berkembang di dalamnya.
Sedangkan faktor faktor perkembangan bahasa
menurut Anas Muhammad Ahmad Qosim terbagi menjadi 2:[6]
1)
Bawaan sejak lahir.
2)
Faktor lingkungan
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan beberapa
poin, yaitu :
1)
Perkembangan bahasa merupakan kemampuan
individu dalam menguasai kosa kata, ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya
dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan umur kronologisnya.
2)
Tahapan perkembangan bahasa dapat dibedakan ke
dalam 6 tahapan, yaitu: Tahap Meraban/pralinguistik (pertama dan kedua), tahap
holofrstik (tahap linguistic pertama), tahap ucapan dua kata, tahap
pengembangan tata bahasa, tahap tata bahasa menjelang dewasa, tahap kompetensi
lengkap.
3)
Ada perbedaan pendapat tentang faktor yang
mempengaruhi perkembangan bahasa anak diantaranya, aliran nativisme yang
menyatakan bahwa berkembangnya bahasa itu ditentukan oleh faktor-faktor bawaan
sedangkan aliran empirisme atau behaviorisme justru berpandangan sebaliknya,
yaitu bahwa kemampuan perkembangan berbahasa seseorang tidak ditentukan oleh
bawaan sejak lahir melainkan ditentukan oleh proses belajar dari lingkungan
sekitarnya dan ada aliran lain yang cendrung lebih moderat, yaitu aliran
konvergensi mengajukan pandangan yang merupakan kolaborasi dari faktor bawaan
dan pengaruh kingkungan.
B. Saran dan Harapan
Dengan membaca makalah ini penulis berharap
agar para pembaca dapat mengambil satu
atau beberapa hikmah sehingga bisa bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari
terutama ketika telah mempunyai keturunan yaitu bagaimana mendidik serta
memberi rangsangan kepada anak kita agar bahasa mereka berkembang seperti
sediakalanya sehingga mereka bisa berbahasa dengan baik dan benar. Dan
tentunya, penulis sadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kelemahan. Dengan
demikian, adalah suatu motivasi kiranya jika terdapat banyak kritik dan saran
dari pembaca sebagai bahan pertimbangan untuk masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian
Teoritik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. Psikolinguistik
Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Hasanah, Mamluatul. 2010. Proses Manusia
Berbahasa Perspektif al-Qur'an dan Psikolinguistik. Malang : UIN-MALIKI
Press.
http://dairabikamil.blogspot.com/2009/05/psycholinguistics-tahapan-perkembangan.html diakses pada tanggal 8
oktober 2012.
Mar’at, Samsunuwiyati. 2009. Psikolinguistik Suatu Pengantar,
Bandung: PT Refika Aditama.
انس محمد أحمد قاسم، 2000،
سيكولوجية اللغة، القاهرة : مركز إسكندرية.
No comments:
Post a Comment