Tuesday, June 25, 2019

The Birth Of grammar and evidence for inaatenes


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan Taufiq dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan Salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, para Sahabat dan Keluarganya.
Makalah ini berjudul The Birth of Grammar and Evidence for inaateness ” yang merupakan salah satu tugas pokok dalam mata kuliah Psikolinguistik.
Penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu  kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Demikian makalah ini penulis susun, semoga bermanfaat. Atas perhatian dan partisipasinya penulis ucapkan terima kasih.




                                                                           Malang, 12 Oktober 20....
                                                  

                                                                                         Penulis











DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI                                                                                                            ii

BAB I  PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.    Latar Belakang                                                                                                  1
B.     Rumusan Masalah............................................................................................. 2
C.     Tujuan                                                                                                                2

BAB II  PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. The birth of grammar ........................................................................................ 3
1.      Pemerolehan bahasa pada anak ................................................................. 3
2.      Tahap-tahap pemerolehan bahasa .............................................................. 4
3.      Bentuk tata bahasa pada anak ................................................................... 5
B.  Evidence for innateness..................................................................................... 5
1.         Gagasan Chomsky tentang pembawaan bahasa
2.         Bukti biologis bakat bahasa
C.  Childish creativity............................................................................................ 10

BAB III PENUTUP.................................................................................................. .... 24
A.    Kesimpulan                                                                                                 24

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 25














BAB I
PENDAHULUAN
a.    Latar belakang
Kata psikologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu psiche dan logos, psiche yang dalam bahasa Inggris bersinonim dengan soul, mind, dan spirit yang mempunyai arti jiwa, sedangkan logos artinya nalar, logika atau ilmu. Jiwa, dalam bahasa Arab disebut nafs atau ruh yang merupakan masalah yang abstrak. Secara harfiah psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia.[1]
Linguistik secara umum lazim disebut dengan ilmu bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Linguistik merupakan ilmu yang empiris. Sebagai ilmu yang empiris kajian linguistik bertolak dari pengamatan yang objektif dan teliti terhadap gejala tutur yang berulang sama.[2]
Psikolinguistik adalah suatu studi mengenai penggunaan bahasa dan perolehan bahasa oleh manusia. Dari definisi ini terlihat ada dua aspek yang berbeda, yaitu pertama perolehan yang menyangkut bagaimana seseorang, terutama anak-anak belajar bahasa dan kedua penggunaan yang artinya penggunaan bahasa oleh orang dewasa normal.[3]
Sebelum menggunakan bahasa, seorang pemakai bahasa terlebih dahulu memperoleh bahasa. Dalam kaitan ini  Levelt mengemukakan bahwa psikolinguistik adalah suatu studi mengenai penggunaan dan perolehan bahasa oleh manusia. Kridalaksana pun berpendapat sama dengan menyatakan bahwa psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari hubungan  antara bahasa dengan perilaku dan akal budi manusia serta kemampuan berbahasa dapat diperoleh. Dalam proses berbahasa terjadi proses memahami dan menghasilkan ujaran,  berupa kalimat-kalimat. Karena itu, Emmon Bach mengemukakan bahwa psikolinguistik adalah suatu ilmu yang meneliti bagaimana sebenarnya para pembicara/pemakai  bahasa membentuk/ membangun kalimat-kalimat bahasa tersebut.[4]
Salah satu yang perlu dibahas adalah  tentang perolehan bahasa atau awalmula munculnya bahasa pada anak  dan telah dijelaskan dengan ulasan ringkas diatas bahwa perolehan bahasa pada anak melalui proses bawaan dan pengaruh lingkungan yang semuanya berdampak pada proses anak berbahasa pada keseharian.  
B.     Rumusan masalah
1.    Bagaimana proses



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Awal mula munculnya tata bahasa pada anak
 Dalam bidang sintaktis, anak memulai berbahasa dengan mengucapkan satu kata (bagian kata). Kata ini, bagi anak, sebenarnya hanyalah merupakan kalimat penuh, tetapi karena ia belum dapat mengatakan lebih dari satu kata, ia hanya mengambil satu kata dari seluruh kalimat. Seandainya anak tersebut bernama Andi dan yang ingin disampaikan adalah Andi mau pipis, dia akam memilih di (untuk kata Andi), mo (untuk kata mau), dam pis (untuk kata pipis).
Pemerolehan sintaksis dimulai ketika kanak-kanak mulai dapat menggabungkan dua buah kata atau lebih (lebih kurang ketika berusi 2:0 tahun). Karena itu mereka menganggap tahap holofrasis  tidak berkaitan dengan perkembangan pemerolehan sintaksis.
Jika anak-anak telah mencapai tahap dua kata atau lebih, ucapan-ucapannya juga menjadi semakin banyak, dan mudah ditafsirkan. Oleh karena itulah, penyelidik lebih cenderung untuk memulai kajian pemerolehan bahasa itu pada tahap dua kata. Penyelidik menggunakan beberapa teori dalam mengkaji pemerolehan bahasa anak pada tahap dua kata.
1.         Masa Pemerolehan Bahasa
Proses pemerolehan bahasa pertama anak bisa dilihat dalam bagan berikut:
Kompetensi Semantik
 
Proses Kompetensi
                                                                                   
Kompetensi Sintaksis
Pemerolehan bahasa
                                                           
 

Kompetensi Fonologis
                                   

Proses Performansi
Proses Pemahaman (Mengamati dan Mempersepsi)
 
                                                                                   
Kompetensi Linguistik
                                                           
Proses Penerbitan (Menghasilkan Kalimat)
 




            Dari bagan di atas bisa dijelaskan, bahwa pemerolehan bahasa pada anak melalui dua proses, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. Pada tahapan proses kompetensi anak mengalami proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung tanpa disadari. Sedangkan pada tahap proses performansi anak melalui dua tahapan, pertama tahapan proses pemahaman yang didalamnya anak mengalami  proses mengamati dan mempersepsi setiap apa yang dilihat. Kedua, tahap proses penerbitan. Pada tahapan ini anak mulai memproduksi kata sampai kalimat-kalimat. Saat anak tuntas melalui proses performansi inilah anak dikatakan mempunyai kompetensi linguistik.
            Pengertian competence dan performance muncul dan lebih sering dipakai oleh tata bahasa transformasi yang dipelopori oleh Chomsky. Kompetensi secara linguistic berupa kegiatan internal dalam proses berbahasa. Dalam hubungannya dengan pemerolehan bahasa kompetensi mempunyai ciri-ciri yaitu:
1.      Kemampuan membedakan bunyi bahasa dan bunyi yang lain
2.      Kemampuan membedakan bunyi-bunyi yang bertentangan atau fonem
3.      Kemampuan membedakan kalimat-kalimat yang ambigius
4.      Kemampuan membedakan satu kalimat dengan kalimat yang lain
5.      Kemampuan mengenal kosakata baru bahasa sendiri dan bahasa asing
6.      Kemampuan membedakan bunyi bahasa sendiri dan bahasa asing
7.      Kemampuan membedakan intonasi
Sedangkan performansi merupakan bentuk lahiriah atau pelaksanaan actual dari proses berbahasa. Dengan demikian muncul kesan seakan akan kompetensi lebih tinggi dari performansi. Performansi dan kompetensi hampir tidak bisa dibedakan mana yang lebih tinggi.
Setiap manusia dibekali dengan kompetensi satu (C1) sejak lahir dengan keterbatasan mental fisik. seseorang tidak selalu bisa mengingat segala informasi yang pernah diterimanya, ini disebut keterbatasan mental. Seseorang tidak berjalan jauh tanpan makan dan minum, ini berarti keterbatasan fisik. Kompetensi dua (C2) sejalan dengan apa yang dekemukakan Chomsky, dan sebut Richard dengan istilah kompetensi komunikatif. Sedangkan kompetensi tiga (C3) adalah kemampuan seseorang untuk memproduksi dan memahami tuturan. C3 tidak hanya berhubungan dengan komponen gramatikal akan tetapi juga pemahaman terhadap sutuasi dan konteks tuturan.[5]
2.         Tahapan Pemerolehan Bahasa
tahap-tahap pemerolehan bahasa yang dibahas dalam makalah ini adalah tahap linguistik yang terdiri atas beberapa tahap, yaitu (1) tahap pengocehan (babbling); (2) tahap satu kata (holofrastis); (3) tahap dua kata; (4) tahap menyerupai telegram (telegraphic speech).
a)      Vokalisasi Bunyi
Pada umur sekitar 6 minggu, bayi mulai mengeluarkan bunyi-bunyi dalam bentuk teriakan, rengekan, dekur. Bunyi yang dikeluarkan oleh bayi mirip dengan bunyi konsonan atau vokal. Akan tetapi, bunyi-bunyi ini belum dapat dipastikan bentuknya karena memang belum terdengar dengan jelas.
Setelah tahap vokalisasi, bayi mulai mengoceh (babling). Celoteh merupakan ujaran yang memiliki suku kata tunggal seperti mu dan da. Adapun umur si bayi mengoceh tak dapat ditentukan dengan pasti. Mar’at (2005:43) menyebutkan bahwa tahap ocehan ini terjadi pada usia antara 5 dan 6 bulan. Dardjowidjojo (2005: 244) menyebutkan bahwa tahap celoteh terjadi sekitar umur 6 bulan.
Pada tahap celoteh ini, anak sudah menghasilkan vokal dan konsonan yang berbeda seperti frikatif dan nasal. Celotehan dimulai dengan konsonan dan diikuti dengan vokal. Ciri lain dari celotehan adalah pada usia sekitar 8 bulan, stuktur silabel K-V ini kemudian diulang sehingga muncullah struktur seperti:
K1 V1 K1 V1 K1 V1…papapa mamama bababa…
Orang tua mengaitkan kata papa dengan ayah dan mama dengan ibu meskipun apa yang ada di benak tidaklah kita ketahui.
Begitu anak melewati periode mengoceh, mereka mulai menguasai segmen-segmen fonetik yang merupakan balok bangunan yang dipergunakan untuk mengucapkan perkataan. Mereka belajar bagaimana mengucapkan sequence of segmen, yaitu silabe-silabe dan kata-kata. Cara anak-anak mencoba menguasai segmen fonetik ini adalah dengan menggunakan teori hypothesis-testing (Clark & Clark dalam Mar’at 2005:43). Menurut teori ini anak-anak menguji coba berbagai hipotesis tentang bagaimana mencoba memproduksi bunyi yang benar.
Pada tahap-tahap permulaan pemerolehan bahasa, biasanya anak-anak memproduksi perkataan orang dewasa yang disederhanakan sebagai berikut:
(1) menghilangkan konsonan akhir:
Blumen            bu
                                 boot                 bu
(2) mengurangi kelompok konsonan menjadi segmen tunggal:
Batre               bate
Bring               bin
(3) menghilangkan silabel yang tidak diberi tekanan
Kunci              ti
Semut              emut
(4) reduplikasi silabel yang sederhana
Pergi                gigi
Nakal               kakal


b)       Tahap Satu-Kata (Holofrastis)
Tahap ini berlangsung ketika anak berusia antara 12 - 18 bulan. Ujaran-ujaran yang mengandung kata-kata tunggal diucapkan anak untuk mengacu pada benda-benda yang dijumpai sehari-hari. pada usia ini pula, sang anak sudah mengerti bahwa bunyi ujar berkaitan dengan makna dan mulai mengucapkan kata-kata yang pertama. Itulah sebabnya tahap ini disebut tahap satu kata satu frase atau kalimat, yang berarti bahwa satu kata yang diucapkan anak itu merupakan satu konsep yang lengkap, misalnya “mam” (Saya minta makan); “pa” (Saya mau papa ada di sini), “Ma” (Saya mau mama ada di sini).
Mula-mula, kata-kata itu diucapkan anak itu kalau rangsangan ada di situ, tetapi sesudah lebih dari satu tahun, “pa” berarti juga “Di mana papa?” dan “Ma” dapat juga berarti “Gambar seorang wanita di majalah itu adalah mama”.
c)       Tahap Dua Kata, (Two-Word Stage)
Tahap ini berlangsung ketika anak berusia 18-20 bulan. Ujaran-ujaran yang terdiri atas dua kata mulai muncul, anak sudah mulai berpikir secara “subjek + predikat” meskipun hubungan-hubungan seperti infleksi, kata ganti orang dan jamak belum dapat digunakan. Dalam pikiran anak itu, subjek + predikat dapat terdiri atas kata benda + kata benda, seperti “Ani mainan” yang berarti “Ani sedang bermain dengan mainan” atau kata sifat + kata benda, seperti “kotor patu” yang artinya “Sepatu ini kotor” dan sebagainya.
d)      Ujaran Telegrafis (Telegraphic Stage)
Pada usia 2 dan 3 tahun, anak mulai menghasilkan ujaran kata-ganda (multiple-word utterances) atau disebut juga ujaran telegrafis. Anak juga sudah mampu membentuk kalimat dan mengurutkan bentuk-bentuk itu dengan benar. Kosakata anak berkembang dengan pesat mencapai beratus-ratus kata dan cara pengucapan kata-kata semakin mirip dengan bahasa orang dewasa. Contoh dalam tahap ini diberikan oleh Fromkin dan Rodman.
“Cat stand up table” (Kucing berdiri di atas meja);
What that?” (Apa itu?);
He play little tune” (dia memainkan lagu pendek);
Andrew want that” (Saya, yang bernama Andrew, menginginkan itu);
No sit here” (Jangan duduk di sini!)
Pada usia dini dan seterusnya, seorang anak belajar B1-nya secara bertahap dengan caranya sendiri. Ada teori yang mengatakan bahwa seorang anak dari usia dini belajar bahasa dengan cara menirukan. Namun, Fromkin dan Rodman (1993:403) menyebutkan hasil peniruan yang dilakukan oleh si anak tidak akan sama seperti yang diinginkan oleh orang dewasa. Jika orang dewasa meminta sang anak untuk menyebutkan “He’s going out”, si anak akan melafalkan dengan “He go out”.[6]


B.     Bukti pembawaan pada anak ( evidence for innateness)
1.         Gagasan Chomsky tentang bakat bahasa
Asumsi dasar bahwa anak yang memperoleh bahasa tidak hanya sekadar belajar sebuah akumulasi tuturan yang acak tetapi mempelajari seperangkat kaidah yang melandasi prinsip pembentukan pola ujaran. Seorang anak membuat dan menginternalisasikan tata bahasa dengan cara-cara tertentu. Ia akan mencari keteraturan tuturan yang didengarnya di sekitarnya.
Menurut Chomsky, kesemestaan bahasa terdiri atas 2 tipe yaitu :
a.         Kesemestaan substantif
Kesemestaan ini mewakili blok fundamental bahasa, contohnya seorang anak secara instingtifsecara otomatis menolak bersin, tepuk tangan, bunyi tapak kaki sebagai bunyi bahasa tetapi ia menerima bahwa /b, o, g, l/ dan seterusnya sebagai bunyi bahasa.
b.         Kesemestaan formal
Kesemestaan ini berkenaan dengan bentuk tata bahasa termasuk cara dimana bagian yang berbeda itu berhubungan satu dengan yang lain, contohnya pengetahuan bawaan orang Eskimo tentang membangun iglo itu bentuknya bulat dan tidak kerucut.[7]
Bakat bahasa berada dalam black box yang disebut LAD (Language Acquisition Device) atau peranan pemerolehan bahasa yang terdiri atas 4 bakat yaitu :
a.         Kemampuan membedakan bunyi ujaran dengan buntu yang lain dalam lingkungannya.
b.        Kemampuan mengorganisasikan peristiwa bahasa ke dalam variasi yang beragam.
c.         Pengetahuan tentang adanya sistem bahasa tertentu yang mungkin dan sistem yang lain yang tidak mungkin.
d.        Kemampuan mengevaluasi sistem perkembangan bahasa yang membentuk sistem yang mungkin dengan cara paling sederhana dari data kebahasaannya.
LAD  juga merupakan kemampuan akal yang tertata, dan dengan kemampuan itu manusia bisa mengetahui kaidah-kaidah tanpa perlu mempelajarinya dalam bentuk teori tradisional. Dan kaidah-kaidah alami universal ini dikontrol oleh instrumen atau alat imajinasi yang keberadaanya tergambar jelas didalam otak manusia. Dan instrument tersebut memiliki cirri cirri sebagai berikut :
1.    Ia adalah khusus bagi manusia, tanpa melihat perbedaan tingkat kecerdasan, budaya dan pendidikanya.
2.    Ia dimulai pada fase anak-anak hingga kira-kira usia sebelas tahun, dan ia tunduk pada cirri-ciri umum alami yang dimiliki semua bahasa.
3.    Ia dapat membantu anak dalam memperbaiki input bahasa yang ia peroleh dari lingkunganya, dan memahami system bahasa tersebut untuk menyimpulkan suatu kaidah dari bahasa tersebut
4.    Mampu membedakan bunyi-bunyi kalimat dari kalimat lain di lingkunganya.
5.    Mampu membuat bunyi-bunyi bahasa sampai beberapa bagian yang perbaikanya langsung kemudian
6.    Mengetahui bentuk jenis system suatu bahasa sebagai sesuatu yang mungkin, dan system lainya tidaklah mungkin
7.    Mampu menghasilkan system bahasa dengan mudah karena ia telah banyak memiliki materi-materi bahasa. 

Pandangan-pandangan Chomsky yang alami atau disebut bawaan dari lahir banyak menuai kritik khususnya tentang pandangannya yang terkait dengan instrument atau perolehan bahasa (LAD). Penafsiran terhadap perolehan bahasa sebagai bawaan kodrati dan hipotesisnya tentang adanya instrument yang mengarahkan pemerolehan bahasa, sebenarnya merupakan hasil dari aplikasi teori kaidah universal (universal grammar).
Kaidah universal didefinisikan sebagai  himpunan kaidah-kaidah dan system-sistem yang bersifat universal , pada umumnya semua bahasa memiliki kesamaan, dan tidak ada kekhususan bagi bahasa tertentu. Kaidah universal ini mencangkup himpunan masalah-masalah dan gagasan-gagasan yang dimiliki oleh anak dalam artian bahwasanya kaidah-kaidah ini adalah system yang permanen, yang ada didalam akal manusia.  
Mengenai hipotesis nurani ini perlu dibedakan adanya dua macam hipotesis nurani, yaitu hipotesis nurani bahasa dan hipotesis nurani mekanisme. Hipotesis nurani bahasa merupakan satu asumsi yang mnyatakan bahwa sebagian atau semua bagian ddari bahasa tidaklah dipelajari atau diperoleh tetapi ditentukan oleh fitur-fitur nurani yang kusus dari organisme manusia yang menekankan pada suatu “ benda” nuarani yang dibawa sejak lahir yang khusus untuk bahasa dan berbahasa. Sedangkan hipotesis nurani mekanisme menyatakan bahwa proses pemerolehan bahasa oleh manusia ditentukan oleh perkembangan kognitif umum dan mekanisme nurani umum yang berinteraksi dengan pengalaman yang mana pengalaman tersebut menekankan suatu “benda” nurani berbentuk mekanisme yang umum untuk semua kemampuan manusia.  
2.    Bukti Biologis Bakat Bahasa
Bukti biologis dapat dilihat dari adanya mulut, paru-paru, dan otak. Mulut terdiri atas gigi, bibir, lidah, rongga mulut, laring, pita suara. Paru-paru yang tetap bekerja normal tanpa gangguan saat manusia berbicara. pernapasan manusia tampaknya disesuaikan untuk menghasilkan tuturan. Selama berbicara, irama napas paru paru berjalan normal tanpa mengakibatkan ganggguan bagi pembicara. Meskipun manusia itu berbicara berjam jam, hal semacam itu tidak akan berakibat buruk terhadap paru-parunya. Anak kecil yang belajar bermain seruling memerlukan guru untuk memberi petunjuk tentang teknik pernapasan yang benar supaya menghasilkan tiupan seruling yang bagus. Tetapi, tidak pernah ada yang memberikan ajaran kepada anak untuk mengatur napasnya ketika anak itu memperoleh bahasanya. Memang sukar untuk menentukan mana yang lebih dulu, adaptasi pernapasan atau berbicara.[8] Dan otak dari bagian terendah, pangkal otak, dan bagian tertinggi yaitu serebrum. Pangkal otak menjaga tubuh tetap hidup dengan mengendalikan pernapasan, detak jantung. Serebrum ada hemisfer serebral yaitu kiri dan kanan. Hemisfer kanan mengendalikan bagian tubuh sebelah kiri begitu juga sebaliknya.
Otak mengalami laterisasi yaitu pengkhususan fungsi otak sebelah kiri dan kanan untuk fungsi tertentu. Bahasa dilaterisasikan pada otak sebelah kiri. Ada 2 kawasan otak yaitu :
a.           Area Broca
Terletak di depan dan di atas telinga kiri. Kerusakan pada area ini merusakkan produksi tuturan, artikulasi kata kurang jelas, lafal bunyi bahasa tidak baik, kalimatnya tidak gramatikal, tidak lancar berbicara, namun masih mampu memproduksi tuturan yang bermakna. Penyakit ini disebut afasia Broca.
b.     Area Wernicke
Terletak di sekitar dan di bawah telinga kiri. Kerusakan pada area ini merusakkan tuturan pemahaman.
Afasia adalah kehilangan sebagian atau seluruh kemampuan untuk memakai bahasa lisan karena penyakit, cacat, atau cedera pada otak. Ada 2 jenis afasia yaitu :
1. Afasia Broca adalah afasia yang terjadi karena kerusakan jaringan pada bagian depan otak yang ditandai dengan bicara yang sulit dan tersendat-sendat.
2. Afasia wernicke adalah afasia yang terjadi karena kerusakan jaringan pada bagian belakang otak yang ditandai dengan ketidakmampuan memahami kalimat dan menghasilkan kalimat yang bermakna.
Jelaslah bahwa ada petunjuk dalam mulut, laring, dan paru‑paru bahwa manusia

C.    Kreatifitas bahasa pada Anak

 “Kreativitas” dalam bahasa yang dimaksud adalah “kemampuan manusia penutur bahasa tertentu untuk memahami unsur-unsur bahasa dalam bahasanya itu, dalam jumlah yang tidak terbatas, mengolahnya, dan  menentukan benar dan salahnya, walaupun ia tidak pernah mendengarnya atau belajar mengucapkannya sebelumnya”. Kemampuan kreativitas ini terbentuk dari pengetahuan manusia yang alami terhadap kaidah-kaidah bahasa yang terbatas. Dari sinilah kemudian timbul penamaan teori ini dengan nama Teori Generatif.[9]
Lingkungan linguistik seorang anak menentukan bahasa ibu itu. Anak-anak cenderung datang dengan segala macam kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang belum pernah mereka dengar sebelumnya karena orang dewasa tidak menggunakannya.
Chomsky menyimpulkan bahwasannya tujuan  studi bahasa adalah sampainya seseorang pada pendiskripsian media (bahasa) ini. Dengannya, si penutur bahasa tertentu bisa menciptakan kalimat-kalimat baru dengan daya kreasinya dan memahaminya dengan benar, walaupun sebelumnya ia tidak pernah mendengarnya.[10]
Anak-anak mencoba untuk membangun, atau merekonstruksi, bahasa ibu mereka adalah jenis pengolahan kognitif atau penyetelan yang biasanya menunjukkan bahwa anak telah dikembangkan untuk tahap linguistik yang sedikit lebih maju dari perkembangan bahasa.



[1]Rohmani Nur Indah dan Abdurrahman, Psikolinguistik Konsep dan Isu Umum, (Malang: UIN Malang Pres, 2008). p 3.
[2]ibid. p 6.
[3] Samsunuwiyati Mar’at, Psikolinguistik Suatu Pengantar,Cetakan Kedua,  (Bandung: Refika Aditama, 2009), p 1.
[4]http://www.syafir.com/2011/11/20/definisi-psikolinguistik
[5] Mamluatul hasanah, proses manusia berbahasa persepektif al-quran dan psikolinguistik, uin maliki press, 2012, hal.58
[9]Abdul Aziz bin Ibrahim el-Ushaili, Psikolinguistik Pembelajaran Bahasa Arab, Cetakan Pertama, (Bandung : Humaniora, 2009), p 77.
[10]Ibid, p 78.

No comments:

Post a Comment

Ucapan selamat hari raya idul fitri 2020 atau 1441 H

Hari raya idul fitri dirayakan oleh umat Islam khususnya yang bertepatan pada bulan Syawal, dengan cara saling meminta maaf kepada orang-ora...