Abstrak
.
Adanya
revolusi sains bukan merupakan hal yang berjalan dengan mulus tanpa hambatan.
Sebagian ilmuwan atau masyarakat sains tertentu ada kalanya tidak mau menerima
paradigma baru. Dan hal ini menimbulkan masalah sendiri yang memerlukan
pemilihan dan legitimasi paradigma yang lebih definitif. Dalam pemilihan
paradigma tidak ada standar yang lebih tinggi dari pada persetujuan masyarakat
yang bersangkutan. Untuk menyingkapkan bagaimana revolusi sains itu
dipengaruhi, kita tidak hanya harus meneliti dampak sifat dan dampak logika,
tetapi juga teknik-teknik argumentasi persuasif yang efektif dalam
kelompok-kelompok yang membentuk masyarakat sains.
Oleh
karena itu, permasalahan paradigma sebagai akibat dari revolusi sains, hanyalah
sebuah konsensus yang sangat ditentukan oleh retorika di kalangan akademisi
atau masyarakat sains itu sendiri. Semakin paradigma baru itu diterima oleh
mayoritas masyarakat sains maka revolusi sains kian dapat terwujud.
revolusi
sains muncul karena adanya anomali dalam riset ilmiah yang dirasakan semakin
parah dan munculnya krisis yang tidak dapat diselesaikan oleh paradigma yang
dijadikan referensi riset. Revolusi sains di sini dianggap sebagai episode
perkembangan non-kumulatif yang di dalamnya paradigma yang lama diganti
sebagian atau seluruhnya oleh paradigma baru yang barangkali bertentangan.
Dalam
perdebatan antara murni dan tidaknya sebuah pengetahuan dari kekuasaan dan
ideology inilah Thomas S. Kuhn turut serta dalam kancah polemic ini. Karya
monumentalnya yang berjudul The Structure of Scientific Revolution banyak
mengubah persepsi orang terhadap ilmu. Jika sebagian orang mengatakan bahwa
pergerakan ilmu adalah bersifat linier- akumulatif, maka tidak demikian dengan
pandangan Kuhn.
Kata
kunci: Thomas S Khun, Revolusi, Sains.
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Selama hampir satu abad, sampai
terjadinya perang Dunia I, ilmu secara nyaris universal telah dipandang dengan
kacamata heroik. Para ilmuwan berjuang sendirian untuk mencari kebenaran. Ilmu
adalah aktivitas yng murni dan otonom, terlepas dari teknologi dan industry
serta mengatasi atau melampui masyarakat. Kemurnian penelitian ilmiah secara
khusus ditegaskan di Universitas-universitas dimana riset dilakukan dan demi
pegetahuan dan dimana generasi para ilmuwan masa depan dididik. Namun kendati
ilmu tetap murni sepanjang zaman, tetap saja terdapat kesalahan-kesalahan yang
harus dikoreksi.
Tapi tidak semua meyakini akan
kemurnian ilmu. Ernst Mach (1838-1916) fisikawan dan filosof ilmu, dalam
beberapa dasawarsa menjelang Perang Dunia I, ketika para ilmuwan fisika
terlibat dalam industry dan militer, ia justru membela ilmu yang tepat guna
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Mach ditentang oleh Max Planck (1858-1947)
fisikawan Jerman yang mendukung idealitas ilmu yang lebih otonom.
Perdebatan mereka memunculkan banyak isu epistemology dan politik yang penting,
dan isu yang paling bertahan diantaranya adalah yang memandang realism
bertentangan dengan instrumentalisme dalam filsafat ilmu. [1]
Dalam perdebatan antara murni dan
tidaknya sebuah pengetahuan dari kekuasaan dan ideology inilah Thomas S. Kuhn
turut serta dalam kancah polemic ini. Karya monumentalnya yang berjudul The
Structure of Scientific Revolution banyak mengubah persepsi orang terhadap
ilmu. Jika sebagian orang mengatakan bahwa pergerakan ilmu adalah bersifat
linier- akumulatif, maka tidak demikian dengan pandangan Kuhn. Menurut Kuhn,
ilmu bergerak melalui tahapan-tahapan yang akan berpuncak pada kondisi normal
dan kemudian membusuk karena telah tergantikan oleh ilmu atau paradigm baru.
Demikian seterusnya, paradigm baru mengancam paradigm lama yang sebelumnya juga
menjadi paradigm baru. Sehingga terjadilah proses benturan antar paradigma.
Banyak orang menganggap bahwa ilmu adalah bebas nilai tetapi menurut Kuhn ilmu
sagat terkait erat pada paradigm subyektif ilmuwan.
Ciri khas yang membedakan model filsafat ilmu baru ini
dengan model yang terdahulu adalah pendekatan/perhatiannya yang besar terhadap
sejarah ilmu dan filsafat sains. Dan peranan sejarah ilmu dalam upaya
mendapatkan serta mengkonstruksikan wajah ilmu pengetahuan dan kegiatan ilmiah
yang terjadi. Bagi Kuhn sejarah ilmu merupakan starting point dan kaca mata
utamanya dalam menyoroti permasalahan-permasalahan fundamental dalam
epistemologi, yang selama ini masih menjadi teka-teki. Menurutnya, dalam setiap
perkembangan ilmu pengetahuan selalu terdapat dua fase yaitu; normal science
dan revolutionary science. Singkatnya, normal science adalah teori pengetahuan
yang sudah mapan sementara revoutionary science adalah upaya kritis dalam
mempertanyakan ulang teori yang mapan tersebut dikarenakan teori tersebut
memang problematis. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dipaparkan tentang
Thomas S. Kuhn serta paradigma menurut Thomas S. Kuhn serta beberapa hal yang
menjadi Latar belakang lahirnya paradigm Thomas S Kuhn.
BAB II
Pembahasan
A.
Biografi Thomas S khun
Thomas S. Kuhn dilahirkan di Cicinnati,
Ohio pada tanggal 18 juli 1922. Kuhn lahir dari pasangan Samuel L, Kuhn seorang
Insinyur industri dan Minette Stroock Kuhn. Dia mendapat gelar B.S di dalam
ilmu fisika dari Harvard University pada tahun 1943 dan M.S. Pada tahun 1946.
Khun belajar sebagai fisikawan namun baru menjadi pengajar setelah mendapatkan
Ph.D dari Harvard pada tahun 1949. Tiga tahunnya dalam kebebasan akademik
sebagai Harvard Junior Fellow sangat penting dalam perubahan perhatiannya dari
ilmu fisika kepada sejarah(dan filsafat) ilmu. Dia kemudian diterima di Harvard
sebagai asisten profesor pada pengajaran umum dan sejarah ilmu atas usulan
presiden Universitas James Conant.
Setelah meninggalkan Harvard dia belajar di
Universtitas Berkeley di California sebagai pengajar di departemen filosofi dan
sains. Dia menjadi profesor sejarah ilmu pada 1961. Di berkeley ini dia
menuliskan dan menerbitkan bukunya yang terkenal The Structure Of
Scientific Revolution pada tahun 1962. Pada tahun 1964 dia menjadi
profesor filsafat dan sejarah seni di Princeton pada tahun
1964-1979. Kemudian di MIT sebagai professor filsafat. Tetap di sini
hingga 1991.[2]
Pada tahun 1994 dia mewawancarai Niels
Bohr sang fisikawan sebelum fisikawan itu meninggal dunia. Pada tahun
1994, Kuhn didiagnostik dengan kanker dari Bronchial tubes. Dia
meninggal pada tahun 1996 di rumahnya di Cambridge Massachusetts.
Dia menikah dua kali dan memiliki tiga anak. Kuhn mendapat banyak penghargaan
di bidang akademik. Sebagai contohnya dia memegang posisi sebagai Lowel
lecturer pada tahun 1951, Guggeheim fellow dari
1954 hingga 1955, Dan masih banyak penghargaan lain.
Karya Kuhn cukup banyak, namun yang paling terkenal
dan mendapat banyak sambutan dari filsuf ilmu dan ilmuan adalah The
Structure of Scientific Revolution,sebuah buku yang terbit pada tahun
1962, dan direkomendasikan sebagai bahan bacaan dalam kursus dan pengajaran
berhubungan dengan pendidikan, sejarah, psikologi, riset dan sejarah serta
filsafat sains.
Kuhn meniti karirnya mula-mula
sebagai seorang ahli fisika, baru dalam perkembangan selanjutnya ia mendalami
sejarah, sejarah ilmu dan filsafat ilmu. Karena begitu antusiasnya kepada
sejarah dan khususnya sejarah ilmu, ia mengklaim bahwa filsafat ilmu sebaiknya
berguru kepada sejarah ilmu yang baru.
Gagasan
Kuhn ini sekaligus merupakan tanggapan terhadap pendekatan Popper pada filsafat
ilmu pengetahuan. Menurut Kuhn, Popper menjungkir-balikkan kenyataan dengan
terlebih dahulu menguraikan terjadinya ilmu empiris melalui jalan hipotesa yang
disusul dengan upaya falsifikasi. Namun Popper justru menempatkan sejarah ilmu
pengetahuan sebagai contoh untuk menjustifikasi teorinya. Hal ini sangat
bertolak belakang dengan pola pikir Kuhn yang lebih mengutamakan sejarah ilmu
sebagai titik awal segala penyelidikan.
Dengan
demikian filsafat ilmu diharapkan bisa semakin mendekati kenyataan ilmu dan
aktivitas ilmiah sesungguhnya. Terjadinya perubahan-perubahan mendasar dalam
sejarah ilmu justru tidak pernah terjadi berdasarkan upaya empiris untuk
membuktikan salah satu teori atau sistem, melainkan melalui revolusi-revolusi
ilmiah. Dengan demikian Kuhn beranggapan bahwa kemajuan ilmiah pertama-tama
bersifat revolusioner bukan maju secara kumulatif.
Pengertian
paradigma adalah model utama, pola atau metode (untuk meraih beberapa tujuan).
Seringkali paradigma merupakan sifat paling khas atau dasar dari sebuah teori
atau cabang ilmu.
Paradigma
dalam disiplin ilmu intelektual adalah cara pandang seseorang terhadap diri dan
lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam birfikir (kognitif), bersifat
(efektif), nilai, dan praktek yang diterapkan dalam memandang realitas dalam
sebuah komunitas yang sama, khusunya dalam disiplin intelektual.
Dengan
diterbikannya Structure of scientific revolution pada tahun 1962, Thomas
Samuel Kuhn mengawali sebuah zaman baru dalam memahami ilmu.[3]
Kuhn memandang ilmu dari perspektif sejarahwan professional tertentu. Ia
mengeksplorasi tema-tema yang lebih besar misalnya seperti apakah ilmu itu
didalam prakteknya yang nyata dengan analisis kongkrit dan empiris. Didalam Structure
ia menyatakan bahwa ilmuwan bukanlah para penjelajah berwatak pemberani yang
menemukan kebenaran-kebenaran baru. Mereka lebih mirip para pemecah teka-teki
yang bekerja didalam pandangan dunia yang sudah mapan. Ilmu bukan merupakan
upaya untuk menemukan obyektivitas dan kebenaran, melainkan lebih menyerupai
upaya pemeecahan masalah didalam pola-pola keyakinanyang telah berlaku. Kuhn
memakai istilah paradigma untuk menggambarkan system keyakinan yang
mendasari upaya pemecahan teka-teki didalam ilmu.[4] Dengan memakai istilah paradigma,
tulisnya, “saya bermaksud mengajukan sejumlah contoh yang telah diterima
tentang praktik ilmiah nyata-contoh-contoh yang meliputi hukum, teori,
aplikasi, dan instrumentasi-yang menyediakan model-model yang menjadi
sumber tradisi ilmiah riset tertentu yang koheren. Inilah tradisi-tradisi yang
oleh sejarah ditempatkan didalam rubric-rubrik seperti “Ptolemaic Astronomy
atau Copernican, Aristotelian Dynamic atau Newtonian, corpuscular
optic atau wave optic” dan sebagainya.
B. Pengertian
Paradigma
Thomas Samuel Kuhn mula-mula meniti karirnya sebagai
ahli fisika, tetapi kemudian mendalami sejarah ilmu. Lewat tulisannya, The
Structure of Scientific Revolutions (1962), ia menjadi seorang penganjur
yang gigih yang berusaha meyakinkan bahwa titik pangkal segala penyelidikan
adalah berguru pada sejarah ilmu. Sebagai penulis sejarah dan sosiolog ilmu
kuhn mendekati ilmu secara eksternal. Kuhn dengan mendasarkan pada sejarah
ilmu, justru berpendapat bahwa terjadinya perubahan-perubahan yang berarti
tidak pernah terjadi berdasarkan upaya empiris untuk membuktikan salah
(falsifikasi) suatu teori atau system, melainkan berlangsung melalui
revolusi-revolusi ilmiah. Dengan kata lain, Kuhn berdiri dalam posisi melawan
keyakinan yang mengatakan bahwa kemajuan ilmu berlangsung secara kumulatif. Ia
mengambil posisi alternatif bahwa kemajuan ilmiah pertama-pertama bersifat
revolusioner. Secara sederhana yang dimaksud dengan revolusi ilmiah oleh Kuhn
adalah segala perkembangan nonkumulatif di mana paradigm yang terlebih dahulu
ada (lama) dig anti dengan tak terdamaikan lagi, keseluruhan ataupun sebagian
dengan yang baru.
Gagasannya yang sangat radikal dan progresif tersebut
kiranya berasal dari pengalaman ilmiah yang pernah dihadapinya sendiri. Pada
tahun 1947 Kuhn diminta untuk mengajar mekanika klasik abad ke 17, maka
kemudian ia membaca mekanika Aristotelian yang melatar belakangi perkembangan
mekanika Galilei dan Newton. Dia sangat heran dan sering tidak percaya bahwa
mekanika Aristotelian inilah yang mendasari lahirnya mekanika Galilei dan
Newton yang sangat termasyhur abad ke 17, Karena ia melihat betapa mekanika
Aristoteles itu mengandung begitu banyak kesalahan-kesalahan. Pengalaman inilah
yang menjadi cikal bakal yang memunculkan gagasannya mengenai revolusi ilmiah.
Revalusi ilmiah di mengerti oleh Kuhn sebagai episode-episode perkembangan
nonkumulatif dimana paradigma yang lama digantikan seluruhnya atau sebagian
oleh paradigma baru yang tidak dapat didamaikan dengan paradigma sebelumnya.[5]
Jadi dapat disimpulkan dengan penggunaan istilah
paradigma itu, Kuhn hendak menunjuk pada sejumlah contoh praktek ilmiah aktual
yang diterima atau diakui dalam lingkungan komunitas ilmiah, menyajikan
model-model yang berdasarkannya lahir tradisi penelitian ilmiah yang terpadu
(koheren). Contoh praktek ilmiah itu mencakup dalil, teori, penerapan dan
instrumentasi. Dengan demikian, para ilmuan yang penelitiannya didasarkan pada
paradigma yang sama, pada dasarnya terikat pada aturan dan standar yang sama
dalam mengemban ilmunya. Keterikatan pada aturan dan standar ini adalah
prasyarat bagi adanya ilmu normal. Jadi, secara umum dapat dikatakan bahwa
paradigma itu adalah cara pandang atau kerangka berpikir yang berdasarkan fakta
atau gejala diinterpretasi dan dipahami.
Istilah Paradigma berkaitan
erat dengan ilmu normal.[6]
Mereka yang bekerja didalam paradigma umum dan dogmatis, menggunakan sumber
dayanya untuk menyempurnakan teori, menjelaskan data-data yang membingungkan,
menetapkan ketepatan ukuran-ukuran standar yang terus meningkat dan melakukan
kerja lain yang diperlukan untuk memperluas batas-batas ilmu normal.
Sedangkan
pengertian paradigma menurut kamus filsafat adalah :
- Cara memandang sesuatu.
- Model, pola, ideal dalam ilmu pengetahuan. Dari model-model ini fenomena dipandang dan dijelaskan.
- Totalitas premis-premis teoritis dan metodologis yang menentukan dan menentukan atau mendefinisikan suatu study ilmiah kongkrit dan ini melekat di dalam praktek ilmiah pada tahap tertentu.
- Dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan problem-problem riset.
Paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan
asumsi-asumsi teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai) sehingga
merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode serta penerapan dalam ilmu
pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, cirri serta karakter ilmu
pengetahuan itu sendiri.[7] Dalam
“The structure of Science Revolution”, Kuhn (1989) menggunakan paradigma dalam
dua pengertian. Di satu pihak paradigma berarti keseluruhan konstelasi
kepercayaan, nilai, teknik yang dimiliki bersama oleh anggota masyarakat ilmiah
tertentu. Di pihak lain paradigma menunjukan sejenis unsur dalam konstelasi itu
dan pemecahan teka-teki yang kongkrit yang jika digunakan sebagai model, pola,
atau contoh dapat menggantikan kaidah-kaidah yang eksplisit sebagai dasar bagi
pemecahan permasalahan dan teka-teki normal sains yang masih tersisa.[8]
·
Revolusi Sains: Permasalahan dan Keutamaannya
Sebagaimana
telah disinggung dalam uraian terdahulu, revolusi sains muncul karena adanya
anomali dalam riset ilmiah yang dirasakan semakin parah dan munculnya krisis
yang tidak dapat diselesaikan oleh paradigma yang dijadikan referensi riset.
Revolusi sains di sini dianggap sebagai episode perkembangan non-kumulatif yang
di dalamnya paradigma yang lama diganti sebagian atau seluruhnya oleh paradigma
baru yang barangkali bertentangan.
Adanya
revolusi sains bukan merupakan hal yang berjalan dengan mulus tanpa hambatan.
Sebagian ilmuwan atau masyarakat sains tertentu ada kalanya tidak mau menerima
paradigma baru. Dan hal ini menimbulkan masalah sendiri yang memerlukan
pemilihan dan legitimasi paradigma yang lebih definitif. Dalam pemilihan
paradigma tidak ada standar yang lebih tinggi dari pada persetujuan masyarakat
yang bersangkutan. Untuk menyingkapkan bagaimana revolusi sains itu dipengaruhi,
kita tidak hanya harus meneliti dampak sifat dan dampak logika, tetapi juga
teknik-teknik argumentasi persuasif yang efektif dalam kelompok-kelompok yang
membentuk masyarakat sains. Oleh karena itu, permasalahan paradigma sebagai
akibat dari revolusi sains, hanyalah sebuah konsensus yang sangat ditentukan
oleh retorika di kalangan akademisi atau masyarakat sains itu sendiri. Semakin
paradigma baru itu diterima oleh mayoritas masyarakat sains maka revolusi sains
kian dapat terwujud.
Selama
revolusi, para ilmuwan melihat hal-hal yang baru dan berbeda dengan ketika
menggunakan instrumen-instrumen lama. Seakan-akan masyarakat profesional itu
tiba-tiba dipindahkan ke daerah lain di mana obyek-obyek yang sangat dikenal
sebelumnya tampak dalam wujud yang berbeda dan juga berbaur dengan obyek-obyek
yang tidak dikenal. Kalaupun ada ilmuwan yang tidak mau menerima paradigma baru
sebagai landasan risetnya dan ia tetap bertahan pada paradigma lama maka
aktivitas-aktivitas risetnya hanya merupakan tautologi, yang tidak berguna sama
sekali.
C.
Latar
Belakang Lahirnya Paradigm Thomas S Kuhn
Gagalnya kaum falsifikasionis
memperhitungkan kompleksitas yang terdapat pada teori yang pentign-penting.
Chalmers mengatakan penekanan kaum falsifikasionis yang melakukan dugaan dan
falsifikasi, tidak mampu mengkarakteristik dengan memadai asal mula dan pertumbuhan
teori-teori yang komplek realistis, yang memandang teori sebagai suatu struktur
yang utuh.
Pandangan tentang teori sebagai struktur yang komplek adalah
pandangan yang pernah dan kini banyak mendapat perhatian. Thomas Kuhn adalah
filsuf yang memperkenalkan dalam bukunya, The Structure of Scientific
Revolution tahun 1962. Teori Kuhn terdapat peranan penting yang dimainkan oleh
sifat-sifat sosiologis masyarakat ilmiah dan pendekatan yang menggunakan
pandangan filosofis yang tahan terhadap kritik yang berdasarkan sejarah ilmu,
dan para digma Kuhn juga dijadikan sebagai salah satu alasan terjadinya proses
perkembangan pemikiran (ilmu).
BAB III
ANALISIS
Masalah ilmu pengetahuan mungkin menjadi masalah
terpenting bagi kehidupan manusia. Hal ini menjadi ciri manusia karena manusia
senantiasa bereksistensi, tidak hanya berada seperti batu atau rumput yang
berada di tengah lapangan. Oleh karena itu, manusia berbudaya, mengembangkan
ilmu pengetahuan dan menggunakannya untuk kehidupan pribadi dan lingkungannya
yang telah mereka antisipasikan.
Menurut Kuhn, ilmu dapat berkembang maju dalam
pengertian tertentu, jika ia tidak dapat mencapai kesempurnaan absolud dalam
konotasi dapat dirumuskan dengan definisi teori. Oleh karena itu ia memandang
bahwa ilmu itu berkembang secara open-endend atau sifatnya selalu terbuka untuk
direduksi dan dikembangkan. Tidak dapat juga dipungkiri ilmu yang terspesialisasi
itu semakin menambah sekat-sekat antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu
yang lain, sehingga muncul arogansi ilmu yang satu terhadap ilmu lain. Tugas
filsafat diantaranya adalah menyatukan visi keilmuan itu sendiri agar tidak
terjadi bentrokan antara berbagai kepentingan.
Bagaimanapun penilaian orang, Kuhn telah berjasa
besar, terutama dalam mendobrak citra filsafat ilmu sebagai logika ilmu, dan
mengangkat citra bahwa ilmu adalah suatu kenyataan yang punya kebenaran
seakan-akan obyektif. Di samping itu teori yang dibangun Kuhn mempunyai
implikasi yang sangat luas dalam bidang-bidang keilmuan yang beraneka ragam.
Selama lebih dari dua dekade, gagasan Kuhn tentang paradigma menjadi bahan
diskusi, sejumlah kajian kritis baik yang mendukung maupun yang menentang
berkembang dalam berbagai disiplin ilmu masing-masing. Paradigma sebagai kosa
kata menjadi wacana tersendiri baik pada level teori maupun praksis.
Latar Belakang
Lahirnya pemikiran Thomas Khun
|
Gagasan tentang
Paradigma menurut Thomas Khun
|
Analisis
|
-
Gagalnya kaum falsifikasionis memperhitungkan kompleksitas
yang terdapat pada teori yang pentign-penting.Chalmers mengatakan penekanan
kaum falsifikasionis yang melakukan dugaan dan falsifikasi, tidak mampu
mengkarakteristik dengan memadai asal mula dan pertumbuhan teori-teori yang
komplek realistis, yang memandang teori sebagai suatu struktur yang utuh.
|
-
secara umum dapat dikatakan
bahwa paradigma itu adalah cara pandang atau kerangka berpikir yang
berdasarkan fakta atau gejala diinterpretasi dan dipahami.
-
Di satu pihak paradigma berarti
keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai, teknik yang dimiliki bersama oleh
anggota masyarakat ilmiah tertentu. Di pihak lain paradigma menunjukan
sejenis unsur dalam konstelasi itu dan pemecahan teka-teki yang kongkrit yang
jika digunakan sebagai model, pola, atau contoh dapat menggantikan
kaidah-kaidah yang eksplisit sebagai dasar bagi pemecahan permasalahan dan
teka-teki normal sains yang masih tersisa.
-
paradigma itu adalah cara
pandang atau kerangka berpikir yang berdasarkan fakta atau gejala
diinterpretasi dan dipahami.
|
Bagaimanapun penilaian orang, Kuhn telah berjasa
besar, terutama dalam mendobrak citra filsafat ilmu sebagai logika ilmu, dan
mengangkat citra bahwa ilmu adalah suatu kenyataan yang punya kebenaran
seakan-akan obyektif. Di samping itu teori yang dibangun Kuhn mempunyai
implikasi yang sangat luas dalam bidang-bidang keilmuan yang beraneka ragam.
Selama lebih dari dua dekade, gagasan Kuhn tentang paradigma menjadi bahan
diskusi, sejumlah kajian kritis baik yang mendukung maupun yang menentang
berkembang dalam berbagai disiplin ilmu masing-masing. Paradigma sebagai kosa
kata menjadi wacana tersendiri baik pada level teori maupun praksis.
|
BAB IV
KESIMPULAN
Dalam perkembangan sejarahnya,
ilmu dipandang sebagai aktivitas yang murni dan tidak terkait dengan
kekuasn dan ideologi serta bebas dari nilai subyektivitas. Dan kepercayaan
inipun sampai sekarang masih banyak diyakini oleh banyak orang. Pengetahuan yang
ada dalam teori juga banyak diyakini keobyektivannya baik dalam ilmu alam
maupun Ilmu sosial. Tetapi seiring dengan perkembangan filsafat keilmuan,
asumsi tersebut banyak tekikis dan menyatakan bahwa sebuah teori pengetahuan
sangat terkait erat dengan subyektivitas ilmuwan yang menemukan sebuah teori
dan juga terkait dengan ideology yang melatarbelakangi corak berfikirnya.
Seorang ilmuwan yang corak berfikirnya positivistic pasti hasil penelitiannya
tidak akan jauh dari prosedur yang positivis, begitupun dengan yang lainnya.
. Paradigma menggambarkan system
keyakinan yang mendasari upaya pemecahan teka-teki. Lingkup paradigma
biasanya persoalan Aspek-aspek alam yang mana yang biasanya dilaporkan oleh
para ilmuwan itu? Apa yang menentukan pilihan mereka? Dan karena kebanyakan
pengamatan ilmiah itu memerlukan banyak waktu, perlengkapan, dan uang, apa yang
memotivasi para ilmuwan untuk meneruskan pilihan itu sampai memperoleh
kesimpulan?”. Paradigma lama bertarung dengan paradigm baru yang lebih rasional
dan maju. Paradigm baru ini lalu menjadi mapan dan usang lalu digantikan
dengan paradigma yang lebih baru, begitupun seterusnya.
Daftar
Pustaka
Sardar
,Ziauddin. Thomas Kuhn Dan Perang Ilmu, Yogyakarta: Penerbit Jendela
2002
Muslih
M. Filsafat Ilmu Kajian Atas Asumsi Dasar Paradigma dan Kerangka Teori
Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Belukar 2004
Soetomo ,Greg, Sains
Dan Problem Ketuhanan Cet. VI; Yogyakarta: Kanisius 1995
S. Kuhn Thomas,
The Structure of Scientific Revolutions, Peran Paradigma Dalam Revolusi Sains, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya 2005
Lorens, Bagus. Kamus
Filsafat . Cet. III; Jakarta: Gramedia 2002
Sidharta ,Arif . Apakah
Filsafat Dan Filsafat Ilmu Itu .Cet. I; Bandung: Pustaka Sutra 2008
[1] Ziauddin Sardar, Thomas Kuhn
Dan Perang Ilmu, Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2002, hal 9-10
[2] Muslih M.
2004. Filsafat
Ilmu Kajian Atas Asumsi Dasar Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan.
Belukar, Yogyakarta, Indonesia. Hal.4
[3] Ziauddin Sardar, Thomas Kuhn
Dan Perang Ilmu, Yogyakarta:Penerbit Jendela, 2002.hal 30-31.
[4] Thomas S. Kuhn, The Structure
of Scientific Revolutions, Peran Paradigma Dalam Revolusi Sains, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2005 hal 10.
[5] Greg Soetomo, Sains Dan
Problem Ketuhanan (Cet. VI; Yogyakarta: Kanisius, 1995), hal. 21
[6] Thomas S. Kuhn, The Structure
of Scientific Revolutions, Peran Paradigma Dalam Revolusi Sains, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005 ..hal 24
[7] Lorens Bagus, Kamus Filsafat
(Cet. III; Jakarta: Gramedia, 2002), hal. 779
[8] Arif Sidharta, Apakah
Filsafat Dan Filsafat Ilmu Itu (Cet. I; Bandung: Pustaka Sutra, 2008), hal.
93
No comments:
Post a Comment