Thursday, June 6, 2019

Peran Paradigma Dalam Revolusi Sains Menurut Pemikiran Thomas S Khun (B)


Abstrak .
Adanya revolusi sains bukan merupakan hal yang berjalan dengan mulus tanpa hambatan. Sebagian ilmuwan atau masyarakat sains tertentu ada kalanya tidak mau menerima paradigma baru. Dan hal ini menimbulkan masalah sendiri yang memerlukan pemilihan dan legitimasi paradigma yang lebih definitif. Dalam pemilihan paradigma tidak ada standar yang lebih tinggi dari pada persetujuan masyarakat yang bersangkutan. Untuk menyingkapkan bagaimana revolusi sains itu dipengaruhi, kita tidak hanya harus meneliti dampak sifat dan dampak logika, tetapi juga teknik-teknik argumentasi persuasif yang efektif dalam kelompok-kelompok yang membentuk masyarakat sains.
Oleh karena itu, permasalahan paradigma sebagai akibat dari revolusi sains, hanyalah sebuah konsensus yang sangat ditentukan oleh retorika di kalangan akademisi atau masyarakat sains itu sendiri. Semakin paradigma baru itu diterima oleh mayoritas masyarakat sains maka revolusi sains kian dapat terwujud.
revolusi sains muncul karena adanya anomali dalam riset ilmiah yang dirasakan semakin parah dan munculnya krisis yang tidak dapat diselesaikan oleh paradigma yang dijadikan referensi riset. Revolusi sains di sini dianggap sebagai episode perkembangan non-kumulatif yang di dalamnya paradigma yang lama diganti sebagian atau seluruhnya oleh paradigma baru yang barangkali bertentangan.
Dalam perdebatan antara murni dan tidaknya sebuah pengetahuan dari kekuasaan dan ideology inilah Thomas S. Kuhn turut serta dalam kancah polemic ini. Karya monumentalnya yang berjudul The Structure of Scientific Revolution banyak mengubah persepsi orang terhadap ilmu. Jika sebagian orang mengatakan bahwa pergerakan ilmu adalah bersifat linier- akumulatif, maka tidak demikian dengan pandangan Kuhn.
Kata kunci: Thomas S Khun, Revolusi, Sains.

                       
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Selama hampir satu abad, sampai terjadinya perang Dunia I, ilmu secara nyaris universal telah dipandang dengan kacamata heroik. Para ilmuwan berjuang sendirian untuk mencari kebenaran. Ilmu adalah aktivitas yng murni dan otonom, terlepas dari teknologi dan industry serta mengatasi atau melampui masyarakat. Kemurnian penelitian ilmiah secara khusus ditegaskan di Universitas-universitas dimana riset dilakukan dan demi pegetahuan dan dimana generasi para ilmuwan masa depan dididik. Namun kendati ilmu tetap murni sepanjang zaman, tetap saja terdapat kesalahan-kesalahan yang harus dikoreksi.
Tapi tidak semua meyakini akan kemurnian ilmu. Ernst Mach (1838-1916) fisikawan dan filosof ilmu, dalam beberapa dasawarsa menjelang Perang Dunia I, ketika para ilmuwan fisika terlibat dalam industry dan militer, ia justru membela ilmu yang tepat guna untuk memenuhi kebutuhan manusia. Mach ditentang oleh Max Planck (1858-1947) fisikawan  Jerman yang mendukung idealitas ilmu yang lebih otonom. Perdebatan mereka memunculkan banyak isu epistemology dan politik yang penting, dan isu yang paling bertahan diantaranya adalah yang memandang realism bertentangan dengan instrumentalisme dalam filsafat ilmu. [1]
Dalam perdebatan antara murni dan tidaknya sebuah pengetahuan dari kekuasaan dan ideology inilah Thomas S. Kuhn turut serta dalam kancah polemic ini. Karya monumentalnya yang berjudul The Structure of Scientific Revolution banyak mengubah persepsi orang terhadap ilmu. Jika sebagian orang mengatakan bahwa pergerakan ilmu adalah bersifat linier- akumulatif, maka tidak demikian dengan pandangan Kuhn. Menurut Kuhn, ilmu bergerak melalui tahapan-tahapan yang akan berpuncak pada kondisi normal dan kemudian membusuk karena telah tergantikan oleh ilmu atau paradigm baru. Demikian seterusnya, paradigm baru mengancam paradigm lama yang sebelumnya juga menjadi paradigm baru. Sehingga terjadilah proses benturan antar paradigma. Banyak orang menganggap bahwa ilmu adalah bebas nilai tetapi menurut Kuhn ilmu sagat terkait erat pada paradigm subyektif ilmuwan.
Ciri khas yang membedakan model filsafat ilmu baru ini dengan model yang terdahulu adalah pendekatan/perhatiannya yang besar terhadap sejarah ilmu dan filsafat sains. Dan peranan sejarah ilmu dalam upaya mendapatkan serta mengkonstruksikan wajah ilmu pengetahuan dan kegiatan ilmiah yang terjadi. Bagi Kuhn sejarah ilmu merupakan starting point dan kaca mata utamanya dalam menyoroti permasalahan-permasalahan fundamental dalam epistemologi, yang selama ini masih menjadi teka-teki. Menurutnya, dalam setiap perkembangan ilmu pengetahuan selalu terdapat dua fase yaitu; normal science dan revolutionary science. Singkatnya, normal science adalah teori pengetahuan yang sudah mapan sementara revoutionary science adalah upaya kritis dalam mempertanyakan ulang teori yang mapan tersebut dikarenakan teori tersebut memang problematis. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dipaparkan tentang Thomas S. Kuhn serta paradigma menurut Thomas S. Kuhn serta beberapa hal yang menjadi Latar belakang lahirnya paradigm Thomas S Kuhn.











BAB II
Pembahasan
A.    Biografi Thomas S khun
Thomas S. Kuhn dilahirkan di  Cicinnati, Ohio pada tanggal 18 juli 1922. Kuhn lahir dari pasangan Samuel L, Kuhn seorang Insinyur industri dan Minette Stroock Kuhn. Dia mendapat gelar B.S di dalam ilmu fisika dari Harvard University pada tahun 1943 dan M.S. Pada tahun 1946. Khun belajar sebagai fisikawan namun baru menjadi pengajar setelah mendapatkan Ph.D dari Harvard pada tahun 1949. Tiga tahunnya dalam kebebasan akademik sebagai Harvard Junior Fellow sangat penting dalam perubahan perhatiannya dari ilmu fisika kepada sejarah(dan filsafat) ilmu. Dia kemudian diterima di Harvard sebagai asisten profesor pada pengajaran umum dan sejarah ilmu atas usulan presiden Universitas James Conant.
Setelah meninggalkan Harvard dia belajar di Universtitas Berkeley di California sebagai pengajar di departemen filosofi dan sains. Dia menjadi profesor sejarah ilmu pada 1961. Di berkeley ini dia menuliskan dan menerbitkan bukunya yang terkenal The Structure Of Scientific Revolution pada tahun 1962. Pada tahun 1964 dia menjadi profesor filsafat dan sejarah seni di Princeton pada tahun 1964-1979. Kemudian di MIT sebagai professor filsafat. Tetap di sini hingga 1991.[2]
Pada tahun 1994 dia mewawancarai Niels Bohr sang fisikawan sebelum fisikawan itu meninggal dunia. Pada tahun 1994, Kuhn didiagnostik dengan kanker dari Bronchial tubes. Dia meninggal pada tahun 1996 di rumahnya di Cambridge Massachusetts. Dia menikah dua kali dan memiliki tiga anak. Kuhn mendapat banyak penghargaan di bidang akademik. Sebagai contohnya dia memegang posisi sebagai Lowel lecturer pada tahun 1951, Guggeheim fellow dari 1954 hingga 1955, Dan masih banyak penghargaan lain.
Karya Kuhn cukup banyak, namun yang paling terkenal dan mendapat banyak sambutan dari filsuf ilmu dan ilmuan adalah The Structure of Scientific Revolution,sebuah buku yang terbit pada tahun 1962, dan direkomendasikan sebagai bahan bacaan dalam kursus dan pengajaran berhubungan dengan pendidikan, sejarah, psikologi, riset dan sejarah serta filsafat sains.
 Kuhn meniti karirnya mula-mula sebagai seorang ahli fisika, baru dalam perkembangan selanjutnya ia mendalami sejarah, sejarah ilmu dan filsafat ilmu. Karena begitu antusiasnya kepada sejarah dan khususnya sejarah ilmu, ia mengklaim bahwa filsafat ilmu sebaiknya berguru kepada sejarah ilmu yang baru.
Gagasan Kuhn ini sekaligus merupakan tanggapan terhadap pendekatan Popper pada filsafat ilmu pengetahuan. Menurut Kuhn, Popper menjungkir-balikkan kenyataan dengan terlebih dahulu menguraikan terjadinya ilmu empiris melalui jalan hipotesa yang disusul dengan upaya falsifikasi. Namun Popper justru menempatkan sejarah ilmu pengetahuan sebagai contoh untuk menjustifikasi teorinya. Hal ini sangat bertolak belakang dengan pola pikir Kuhn yang lebih mengutamakan sejarah ilmu sebagai titik awal segala penyelidikan.
Dengan demikian filsafat ilmu diharapkan bisa semakin mendekati kenyataan ilmu dan aktivitas ilmiah sesungguhnya. Terjadinya perubahan-perubahan mendasar dalam sejarah ilmu justru tidak pernah terjadi berdasarkan upaya empiris untuk membuktikan salah satu teori atau sistem, melainkan melalui revolusi-revolusi ilmiah. Dengan demikian Kuhn beranggapan bahwa kemajuan ilmiah pertama-tama bersifat revolusioner bukan maju secara kumulatif.
Pengertian paradigma adalah model utama, pola atau metode (untuk meraih beberapa tujuan). Seringkali paradigma merupakan sifat paling khas atau dasar dari sebuah teori atau cabang ilmu.
Paradigma dalam disiplin ilmu intelektual adalah cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam birfikir (kognitif), bersifat (efektif), nilai, dan praktek yang diterapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khusunya dalam disiplin intelektual.

Dengan diterbikannya Structure of scientific revolution pada tahun 1962, Thomas Samuel Kuhn mengawali sebuah zaman baru dalam memahami ilmu.[3] Kuhn memandang ilmu dari perspektif sejarahwan professional tertentu. Ia mengeksplorasi tema-tema yang lebih besar misalnya seperti apakah ilmu itu didalam prakteknya yang nyata dengan analisis kongkrit dan empiris. Didalam Structure ia menyatakan bahwa ilmuwan bukanlah para penjelajah berwatak pemberani yang menemukan kebenaran-kebenaran baru. Mereka lebih mirip para pemecah teka-teki yang bekerja didalam pandangan dunia yang sudah mapan. Ilmu bukan merupakan upaya untuk menemukan obyektivitas dan kebenaran, melainkan lebih menyerupai upaya pemeecahan masalah didalam pola-pola keyakinanyang telah berlaku. Kuhn memakai istilah paradigma untuk menggambarkan system keyakinan yang mendasari upaya pemecahan  teka-teki didalam ilmu.[4] Dengan memakai istilah paradigma, tulisnya, “saya bermaksud mengajukan sejumlah contoh yang telah diterima tentang praktik ilmiah nyata-contoh-contoh yang meliputi hukum, teori, aplikasi, dan instrumentasi-yang menyediakan model-model yang  menjadi sumber tradisi ilmiah riset tertentu yang koheren. Inilah tradisi-tradisi yang oleh sejarah ditempatkan didalam rubric-rubrik seperti “Ptolemaic Astronomy atau Copernican, Aristotelian Dynamic atau Newtonian, corpuscular optic atau wave optic” dan sebagainya.
B.     Pengertian Paradigma
Thomas Samuel Kuhn mula-mula meniti karirnya sebagai ahli fisika, tetapi kemudian mendalami sejarah ilmu. Lewat tulisannya, The Structure of Scientific Revolutions (1962), ia menjadi seorang penganjur yang gigih yang berusaha meyakinkan bahwa titik pangkal segala penyelidikan adalah berguru pada sejarah ilmu. Sebagai penulis sejarah dan sosiolog ilmu kuhn mendekati ilmu secara eksternal. Kuhn dengan mendasarkan pada sejarah ilmu, justru berpendapat bahwa terjadinya perubahan-perubahan yang berarti tidak pernah terjadi berdasarkan upaya empiris untuk membuktikan salah (falsifikasi) suatu teori atau system, melainkan berlangsung melalui revolusi-revolusi ilmiah. Dengan kata lain, Kuhn berdiri dalam posisi melawan keyakinan yang mengatakan bahwa kemajuan ilmu berlangsung secara kumulatif. Ia mengambil posisi alternatif bahwa kemajuan ilmiah pertama-pertama bersifat revolusioner. Secara sederhana yang dimaksud dengan revolusi ilmiah oleh Kuhn adalah segala perkembangan nonkumulatif di mana paradigm yang terlebih dahulu ada (lama) dig anti dengan tak terdamaikan lagi, keseluruhan ataupun sebagian dengan yang baru.
Gagasannya yang sangat radikal dan progresif tersebut kiranya berasal dari pengalaman ilmiah yang pernah dihadapinya sendiri. Pada tahun 1947 Kuhn diminta untuk mengajar mekanika klasik abad ke 17, maka kemudian ia membaca mekanika Aristotelian yang melatar belakangi perkembangan mekanika Galilei dan Newton. Dia sangat heran dan sering tidak percaya bahwa mekanika Aristotelian inilah yang mendasari lahirnya mekanika Galilei dan Newton yang sangat termasyhur abad ke 17, Karena ia melihat betapa mekanika Aristoteles itu mengandung begitu banyak kesalahan-kesalahan. Pengalaman inilah yang menjadi cikal bakal yang memunculkan gagasannya mengenai revolusi ilmiah. Revalusi ilmiah di mengerti oleh Kuhn sebagai episode-episode perkembangan nonkumulatif dimana paradigma yang lama digantikan seluruhnya atau sebagian oleh paradigma baru yang tidak dapat didamaikan dengan paradigma sebelumnya.[5]
Jadi dapat disimpulkan dengan penggunaan istilah paradigma itu, Kuhn hendak menunjuk pada sejumlah contoh praktek ilmiah aktual yang diterima atau diakui dalam lingkungan komunitas ilmiah, menyajikan model-model yang berdasarkannya lahir tradisi penelitian ilmiah yang terpadu (koheren). Contoh praktek ilmiah itu mencakup dalil,  teori, penerapan dan instrumentasi. Dengan demikian, para ilmuan yang penelitiannya didasarkan pada paradigma yang sama, pada dasarnya terikat pada aturan dan standar yang sama dalam mengemban ilmunya. Keterikatan pada aturan dan standar ini adalah prasyarat bagi adanya ilmu normal. Jadi, secara umum dapat dikatakan bahwa paradigma itu adalah cara pandang atau kerangka berpikir yang berdasarkan fakta atau gejala diinterpretasi dan dipahami.
Istilah Paradigma berkaitan erat dengan ilmu normal.[6] Mereka yang bekerja didalam paradigma umum dan dogmatis, menggunakan sumber dayanya untuk menyempurnakan teori, menjelaskan data-data yang membingungkan, menetapkan ketepatan ukuran-ukuran standar yang terus meningkat dan melakukan kerja lain yang diperlukan untuk memperluas batas-batas ilmu normal.  
Sedangkan pengertian paradigma menurut kamus filsafat adalah :
  1. Cara memandang sesuatu.
  2. Model, pola, ideal dalam ilmu pengetahuan. Dari model-model ini fenomena dipandang dan dijelaskan.
  3. Totalitas premis-premis teoritis dan metodologis yang menentukan dan menentukan atau mendefinisikan suatu study ilmiah kongkrit dan ini melekat di dalam praktek ilmiah pada tahap tertentu.
  4. Dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan problem-problem riset.
 Paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai) sehingga merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, cirri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.[7] Dalam “The structure of Science Revolution”, Kuhn (1989) menggunakan paradigma dalam dua pengertian. Di satu pihak paradigma berarti keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai, teknik yang dimiliki bersama oleh anggota masyarakat ilmiah tertentu. Di pihak lain paradigma menunjukan sejenis unsur dalam konstelasi itu dan pemecahan teka-teki yang kongkrit yang jika digunakan sebagai model, pola, atau contoh dapat menggantikan kaidah-kaidah yang eksplisit sebagai dasar bagi pemecahan permasalahan dan teka-teki normal sains yang masih tersisa.[8]

·         Revolusi Sains: Permasalahan dan Keutamaannya
Sebagaimana telah disinggung dalam uraian terdahulu, revolusi sains muncul karena adanya anomali dalam riset ilmiah yang dirasakan semakin parah dan munculnya krisis yang tidak dapat diselesaikan oleh paradigma yang dijadikan referensi riset. Revolusi sains di sini dianggap sebagai episode perkembangan non-kumulatif yang di dalamnya paradigma yang lama diganti sebagian atau seluruhnya oleh paradigma baru yang barangkali bertentangan.
Adanya revolusi sains bukan merupakan hal yang berjalan dengan mulus tanpa hambatan. Sebagian ilmuwan atau masyarakat sains tertentu ada kalanya tidak mau menerima paradigma baru. Dan hal ini menimbulkan masalah sendiri yang memerlukan pemilihan dan legitimasi paradigma yang lebih definitif. Dalam pemilihan paradigma tidak ada standar yang lebih tinggi dari pada persetujuan masyarakat yang bersangkutan. Untuk menyingkapkan bagaimana revolusi sains itu dipengaruhi, kita tidak hanya harus meneliti dampak sifat dan dampak logika, tetapi juga teknik-teknik argumentasi persuasif yang efektif dalam kelompok-kelompok yang membentuk masyarakat sains. Oleh karena itu, permasalahan paradigma sebagai akibat dari revolusi sains, hanyalah sebuah konsensus yang sangat ditentukan oleh retorika di kalangan akademisi atau masyarakat sains itu sendiri. Semakin paradigma baru itu diterima oleh mayoritas masyarakat sains maka revolusi sains kian dapat terwujud.
Selama revolusi, para ilmuwan melihat hal-hal yang baru dan berbeda dengan ketika menggunakan instrumen-instrumen lama. Seakan-akan masyarakat profesional itu tiba-tiba dipindahkan ke daerah lain di mana obyek-obyek yang sangat dikenal sebelumnya tampak dalam wujud yang berbeda dan juga berbaur dengan obyek-obyek yang tidak dikenal. Kalaupun ada ilmuwan yang tidak mau menerima paradigma baru sebagai landasan risetnya dan ia tetap bertahan pada paradigma lama maka aktivitas-aktivitas risetnya hanya merupakan tautologi, yang tidak berguna sama sekali.
C.  Latar Belakang Lahirnya Paradigm Thomas S Kuhn
            Gagalnya kaum falsifikasionis memperhitungkan kompleksitas yang terdapat pada teori yang pentign-penting. Chalmers mengatakan penekanan kaum falsifikasionis yang melakukan dugaan dan falsifikasi, tidak mampu mengkarakteristik dengan memadai asal mula dan pertumbuhan teori-teori yang komplek realistis, yang memandang teori sebagai suatu struktur yang utuh.
Pandangan tentang teori sebagai struktur yang komplek adalah pandangan yang pernah dan kini banyak mendapat perhatian. Thomas Kuhn adalah filsuf yang memperkenalkan dalam bukunya, The Structure of Scientific Revolution tahun 1962. Teori Kuhn terdapat peranan penting yang dimainkan oleh sifat-sifat sosiologis masyarakat ilmiah dan pendekatan yang menggunakan pandangan filosofis yang tahan terhadap kritik yang berdasarkan sejarah ilmu, dan para digma Kuhn juga dijadikan sebagai salah satu alasan terjadinya proses perkembangan pemikiran (ilmu).

















BAB III
ANALISIS
Masalah ilmu pengetahuan mungkin menjadi masalah terpenting bagi kehidupan manusia. Hal ini menjadi ciri manusia karena manusia senantiasa bereksistensi, tidak hanya berada seperti batu atau rumput yang berada di tengah lapangan. Oleh karena itu, manusia berbudaya, mengembangkan ilmu pengetahuan dan menggunakannya untuk kehidupan pribadi dan lingkungannya yang telah mereka antisipasikan.
Menurut Kuhn, ilmu dapat berkembang maju dalam pengertian tertentu, jika ia tidak dapat mencapai kesempurnaan absolud dalam konotasi dapat dirumuskan dengan definisi teori. Oleh karena itu ia memandang bahwa ilmu itu berkembang secara open-endend atau sifatnya selalu terbuka untuk direduksi dan dikembangkan. Tidak dapat juga dipungkiri ilmu yang terspesialisasi itu semakin menambah sekat-sekat antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu yang lain, sehingga muncul arogansi ilmu yang satu terhadap ilmu lain. Tugas filsafat diantaranya adalah menyatukan visi keilmuan itu sendiri agar tidak terjadi bentrokan antara berbagai kepentingan.
Bagaimanapun penilaian orang, Kuhn telah berjasa besar, terutama dalam mendobrak citra filsafat ilmu sebagai logika ilmu, dan mengangkat citra bahwa ilmu adalah suatu kenyataan yang punya kebenaran seakan-akan obyektif. Di samping itu teori yang dibangun Kuhn mempunyai implikasi yang sangat luas dalam bidang-bidang keilmuan yang beraneka ragam. Selama lebih dari dua dekade, gagasan Kuhn tentang paradigma menjadi bahan diskusi, sejumlah kajian kritis baik yang mendukung maupun yang menentang berkembang dalam berbagai disiplin ilmu masing-masing. Paradigma sebagai kosa kata menjadi wacana tersendiri baik pada level teori maupun praksis.

Latar Belakang Lahirnya pemikiran Thomas Khun
Gagasan tentang Paradigma menurut Thomas Khun
Analisis
-          Gagalnya kaum falsifikasionis memperhitungkan kompleksitas yang terdapat pada teori yang pentign-penting.Chalmers mengatakan penekanan kaum falsifikasionis yang melakukan dugaan dan falsifikasi, tidak mampu mengkarakteristik dengan memadai asal mula dan pertumbuhan teori-teori yang komplek realistis, yang memandang teori sebagai suatu struktur yang utuh.

-          secara umum dapat dikatakan bahwa paradigma itu adalah cara pandang atau kerangka berpikir yang berdasarkan fakta atau gejala diinterpretasi dan dipahami.
-          Di satu pihak paradigma berarti keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai, teknik yang dimiliki bersama oleh anggota masyarakat ilmiah tertentu. Di pihak lain paradigma menunjukan sejenis unsur dalam konstelasi itu dan pemecahan teka-teki yang kongkrit yang jika digunakan sebagai model, pola, atau contoh dapat menggantikan kaidah-kaidah yang eksplisit sebagai dasar bagi pemecahan permasalahan dan teka-teki normal sains yang masih tersisa.
-          paradigma itu adalah cara pandang atau kerangka berpikir yang berdasarkan fakta atau gejala diinterpretasi dan dipahami.

Bagaimanapun penilaian orang, Kuhn telah berjasa besar, terutama dalam mendobrak citra filsafat ilmu sebagai logika ilmu, dan mengangkat citra bahwa ilmu adalah suatu kenyataan yang punya kebenaran seakan-akan obyektif. Di samping itu teori yang dibangun Kuhn mempunyai implikasi yang sangat luas dalam bidang-bidang keilmuan yang beraneka ragam. Selama lebih dari dua dekade, gagasan Kuhn tentang paradigma menjadi bahan diskusi, sejumlah kajian kritis baik yang mendukung maupun yang menentang berkembang dalam berbagai disiplin ilmu masing-masing. Paradigma sebagai kosa kata menjadi wacana tersendiri baik pada level teori maupun praksis.














BAB IV
KESIMPULAN

Dalam perkembangan sejarahnya,  ilmu dipandang sebagai aktivitas yang murni dan tidak terkait  dengan kekuasn dan ideologi serta bebas dari nilai subyektivitas. Dan kepercayaan inipun sampai sekarang masih banyak diyakini oleh banyak orang. Pengetahuan yang ada dalam teori juga banyak diyakini keobyektivannya baik dalam ilmu alam maupun Ilmu sosial. Tetapi seiring dengan perkembangan filsafat keilmuan, asumsi tersebut banyak tekikis dan menyatakan bahwa sebuah teori pengetahuan sangat terkait erat dengan subyektivitas ilmuwan yang menemukan sebuah teori dan juga terkait dengan ideology yang melatarbelakangi corak berfikirnya. Seorang ilmuwan yang corak berfikirnya positivistic pasti hasil penelitiannya tidak akan jauh dari prosedur yang positivis, begitupun dengan yang lainnya.
. Paradigma menggambarkan system keyakinan yang mendasari upaya pemecahan teka-teki.  Lingkup paradigma biasanya persoalan Aspek-aspek alam yang mana yang biasanya dilaporkan oleh para ilmuwan itu? Apa yang menentukan pilihan mereka? Dan karena kebanyakan pengamatan ilmiah itu memerlukan banyak waktu, perlengkapan, dan uang, apa yang memotivasi para ilmuwan untuk meneruskan pilihan itu sampai memperoleh kesimpulan?”. Paradigma lama bertarung dengan paradigm baru yang lebih rasional dan maju. Paradigm baru ini lalu menjadi mapan dan usang  lalu digantikan dengan paradigma  yang lebih baru, begitupun seterusnya.
   






Daftar Pustaka
Sardar ,Ziauddin. Thomas Kuhn Dan Perang Ilmu, Yogyakarta: Penerbit Jendela 2002
Muslih M. Filsafat Ilmu Kajian Atas Asumsi Dasar Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Belukar  2004
Soetomo ,Greg, Sains Dan Problem Ketuhanan Cet. VI; Yogyakarta: Kanisius 1995
S. Kuhn Thomas, The Structure of Scientific Revolutions, Peran Paradigma Dalam Revolusi Sains, Bandung: PT Remaja Rosdakarya  2005
Lorens, Bagus. Kamus Filsafat . Cet. III; Jakarta: Gramedia  2002
Sidharta ,Arif . Apakah Filsafat Dan Filsafat Ilmu Itu .Cet. I; Bandung: Pustaka Sutra 2008


[1] Ziauddin Sardar, Thomas Kuhn Dan Perang Ilmu, Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2002, hal  9-10
[2] Muslih M. 2004. Filsafat Ilmu Kajian Atas Asumsi Dasar Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan. Belukar, Yogyakarta, Indonesia. Hal.4
[3] Ziauddin Sardar, Thomas Kuhn Dan Perang Ilmu, Yogyakarta:Penerbit Jendela, 2002.hal 30-31.    
[4] Thomas S. Kuhn, The Structure of Scientific Revolutions, Peran Paradigma Dalam Revolusi Sains, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005 hal 10.
[5] Greg Soetomo, Sains Dan Problem Ketuhanan (Cet. VI; Yogyakarta: Kanisius, 1995), hal. 21
[6] Thomas S. Kuhn, The Structure of Scientific Revolutions, Peran Paradigma Dalam Revolusi Sains, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005 ..hal 24
[7] Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Cet. III; Jakarta: Gramedia, 2002), hal. 779
[8] Arif Sidharta, Apakah Filsafat Dan Filsafat Ilmu Itu (Cet. I; Bandung: Pustaka Sutra, 2008), hal. 93

No comments:

Post a Comment

Ucapan selamat hari raya idul fitri 2020 atau 1441 H

Hari raya idul fitri dirayakan oleh umat Islam khususnya yang bertepatan pada bulan Syawal, dengan cara saling meminta maaf kepada orang-ora...